Bab 29

1.6K 320 41
                                    

Maaf yaa..
Baru update lagi..
Terlalu sibuk di dunia nyata.. Whakakaa..

Masih ada yang baca kah?
Cusss..
Dibaca...

Btw gak ada yang mau ikutan banjir hadiah pulsa yang aku buat?
Baaahhh..sudah pada kaya Raya kayaknya kalian..

Kalau kalian kaya Raya, cek video belanja online ku di youtube..
Kmrn aku buka 8 belanjaan online yang baru sampe.. 😆😆😆

Cuss bisa dilihat..

Jika dia bukan siapa-siapa, kamu tidak akan merasa kehilangan saat dia tiba-tiba menghilang.

Embusan napas Zhafir berulang kali terdengar berat. Dia memijat pelipisnya yang terasa berat sembari menikmati angin malam hari ini.

Setelah tadi dia melakukan sholat magrib di mushola, tentu saja tanpa Aiz yang tiba-tiba memiliki alasan sakit perut dan tidak ingin sholat berjamaah, akhirnya Zhafir memilih pergi sendiri. Hingga selepas isya dia baru kembali ke rumah.

Namun kali ini dia tidak langsung masuk ke dalam rumahnya. Melainkan dia duduk sendiri di teras rumah, dengan seribu pikiran di dalam otaknya.

Sesekali Zhafir akan menepuk nyamuk-nyamuk yang mulai menggentayanginya. Meskipun seperti itu, Zhafir seolah enggan untuk masuk ke dalam. Karena pikirannya kali ini terasa sangat ingin meledak, dan sulit dia kendalikan.

Saat dia menundukkan kepalanya, dengan kedua tangannya dia lipat di atas pahanya, perlahan terdengar suara pintu rumah terbuka.

Ternyata ibunya, Nada, yang keluar rumah karena melihat bayangan Zhafir yang berada di luar dan tidak kunjung masuk. Kembali ditinggal Agam bertugas, Nada memang merasa sangat kesepian. Hanya Zhafir lah harapannya untuk bisa mengusir kesepian itu setelah direpotkan mengurus Zyva seharian.

"Kenapa enggak masuk, Bang?"

"Lagi ngadem, Bu."

"Memangnya AC kamarmu mati?"

Zhafir tersenyum, menggeleng perlahan sambil melihat wajah ibunya yang menatapnya tajam.

"Enggak kok. Cuma belum mau di kamar aja."

Nada sengaja mengambil posisi duduk di kursi lainnya. Keduanya terpisahkan meja kecil yang berada di tengah kedua kursi tersebut.

Pikiran keduanya terbang bebas, mengikuti embusan angin malam ini. Namun tiba-tiba saja Nada tertawa geli atas pikirannya itu.

"Dulu, waktu pertama pisah sama ayah kayak gini, ibu usir rasa kesepian ibu sambil lihatin ikan-ikan percobaan. Tapi setelah belasan tahun mengalami hal ini, ibu udah kebal rasanya berada jauh dari ayah. Yah, meskipun waktu ibu diisi sama kalian, kamu dan Zyva, tapi tetap aja kadang kalau mikirin kejadian-kejadian dulu, pengen ketawa aja rasanya."

If Our Love Was a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang