Bab 17

1.8K 366 193
                                    

Aku tidak ingin iri melihat kebahagiaan yang orang lain miliki. Karena apa yang mereka capai, setidaknya ada air mata dan perjuangan di dalamnya. Sedangkan aku, belum sama sekali berjuang untuk mendapatkanmu.

Pesta mewah itu dibuat. Setelah persiapan yang cukup matang, ballroom hotel mewah sudah disulap begitu indah. Tata ruangan dan makanan menjadi perhiasan yang membuat orang terpukau. Bukan hanya dari kalangan tamu undangan, tapi para keluarga pun dibuat terkagum-kagum atas kemewahan pesta salah satu cucu Al Kahfi group dengan seorang Abdi negara berpangkat kapten laut bernama Hadaya Shaqr Akhdan.

Disepanjang mata memandang, laki-laki berseragam putih memenuhi ballroom hotel ini. Dengan upacara pedang pora, para tamu lainnya berusaha mengabadikan kemewahan ini dengan ponsel masing-masing.

Terkecuali Zhafir.

Dia hanya berdiri disalah satu sudut ruangan, memandang dari kejauhan kakak sepupunya, Shafa berjalan dibawah pedang yang diangkat tinggi-tinggi, bersama suaminya Hadaya. Atau yang Zhafir dengar dipanggil mas Daya.

Memang tidak pernah ada yang menyangka Shafa akan menikahi salah satu Abdi negara yang memiliki pangkat cukup baik untuk laki-laki seusia Daya. Apalagi keluarga Al Kahfi sendiri tidak memiliki latar belakang keluarga yang berhubungan dengan laki-laki berseragam, sehingga pesta mewah dan pertama ini, benar-benar memukau semua orang.

"Kok di sini?" Suara seorang perempuan membuat Zhafir sadar dari lamunannya. Dia sekilas tersenyum melihat Syahla, kakak sepupunya, berdiri di sampingnya.

Tampilan Syahla hari ini memang sangat cantik. Gaun berwarna biru, dengan backless, menjadikan Syahla seperti sumber air ditengah-tengah kekeringan.

"Terus gue harus di mana, Mbak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus gue harus di mana, Mbak?"

"Kumpul sama yang lain lah. Itu pada ngumpul di dekat panggung mereka." Kata Syahla menunjuk ke tempat di mana semua sepupu mereka berkumpul.

"Enggaklah. Di sini aja. Lebih tenang."

Perkataan dari Zhafir membuat Syahla tertawa. Gosip yang sampai di telinganya beberapa waktu lalu, terjadi keributan antara Zhafir dan Aiz. Awalnya Syahla tidak percaya. Tapi melihat kondisi ini, Syahla yakin ada yang terjadi di antara keduanya.

"Mbak Lala kenapa enggak ikut gabung? Kan mas Abi enggak ada."

Syahla tertawa. "Enggak ada hubungannya sama Abi."

"Terus? Kenapa enggak ke sana?"

"Lo usir gue?"

Zhafir tersenyum. "Enggak gitu, Mbak. Cuma Zhafir males aja jadi bahan gosip nantinya."

"Males jadi bahan gosip, atau merasa enggak enak karena ada yang merhatiin."

Menatap Syahla bingung, Zhafir mengikuti arah pandang Syahla. Ternyata di salah satu tamu, ada seseorang yang memang sudah dia hindari sejak dirinya berdamai dengan Aiz.

If Our Love Was a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang