Bab 26

1.6K 359 55
                                    

Update terusss..
Semangat..
Kalian semangat vote dan komen..
Aku semangat buat update..

Btw.. Jangan lupa cek video baruku..
Di youtube..
Tutorial make up MURAH tapi gak MURAHAN... 😁😁😁😁


Aku tidak akan lelah mengingatkanmu untuk menjadi lebih baik. Karena yang kutahu Surganya Allah, terlalu luas untuk dinikmati sendirian.

Zhafir ragu mendatangi rumah tetangganya itu hanya demi meminta kunci motornya kembali. Tapi pagi ini dia butuh sekali motornya. Karena akan ada ujian pagi ini. Dan dia sama sekali tidak boleh terlambat jika masih menginginkan nilai.

Untuk itulah dengan sangat terpaksa, kedua kaki Zhafir melangkah menuju rumah Aneska. Rumah itu masih sangat sepi. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 6.15. Karena sadar tidak mau terlambat, Zhafir mempercepat langkahnya.

Dia mengucapkan salam sejenak, sebelum mengetuk pintu rumah tersebut. Bentuk komplek perumahan tanpa pagar ini memang membuat Zhafir dengan mudah masuk ke dalam pekarangan rumah, tanpa membuka pintu pagar terlebih dahulu.

Berbeda dengan rumah kakeknya, dan rumah keluarganya yang lain.

Beberapa kali Zhafir mengetuk dan mengucapkan salam, akhirnya ada seseorang yang membukakan pintu untuk Zhafir. Dia adalah Karim. Ayah dari gadis yang kemarin mengambil kunci motornya.

"Assalamu'alaikum, pagi Om."

"Wa... wa'alaikumsalam." Kening Karim langsung berkerut dalam. Dia memastikan dengan sangat jelas siapa yang mendatangi rumahnya pagi-pagi.

Kali ini Karim tidak salah lagi. Dia adalah Zhafir. Putra dari tetangga sebelah rumahnya, Agam.

Setelah kemarin melakukan kesalahan fatal, Lila sampai membuat kuis, tebak-tebakan nama dua anak laki-laki muda yang menjadi tetangga mereka.

Dan Lila menjelaskan dengan sangat jelas poin utama agar Karim mudah mengingatnya.

Warna kulit.

Warna kulit Aiz, atau tetangga depan rumahnya, atau anak dari pasangan Wahid dan Kiki, memiliki warna kulit putih ke arah pucat. Sedangkan Zhafir kulitnya seperti laki-laki normal lainnya. Tidak terlalu hitam, namun tidak seputih Aiz.

Lalu perbedaan mencolok kedua, bentuk hidung dari kedua laki-laki muda itu. Jika Zhafir memiliki hidung mancung, maka Aiz kebalikannya. Hidung Aiz sangat minimalis. Alias pesek.

"Ayo masuk dulu."

Karim langsung membuka pintu rumahnya lebar-lebar, seakan menyambut Zhafir dengan tangan terbuka lebar.

"Maaf Om. Saya buru-buru. Saya hanya ingin..... "

"Dia mau minta kunci motornya doang, Paps." Aneska yang baru bangun menghampiri Zhafir. Pakaiannya yang sangat terbuka membuat Zhafir menundukan kepalanya.

Tangannya mengadah, meminta Aneska agar gadis itu dengan mudah menyerahkannya. Akan tetapi kali ini Zhafir salah menebaknya.

Aneska tidak memberikan. Dia berjalan keluar dari rumah, memberikan jarak dengan Karim, agar gadis itu bisa bertanya leluasa dengan Zhafir.

"Tolong jawab pertanyaan gue kemarin. Kenapa kalian berdua salahin gue terus menerus. Emang gue ngapain kalian?"

Dari yang Karim lihat, putrinya itu sudah seperti bos yang berhasil membuat Zhafir tidak berbicara. Jika melihat kondisi ini, Karim seperti mengingat masa lalunya dengan Lila.

Karakter bossy Aneska memang sangat mirip dengan Lila.

"Bukannya gue udah jawab." Kata Zhafir perlahan. Kepalanya masih tertunduk, meskipun mereka berdiri cukup dekat.

If Our Love Was a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang