Bab 24

1.5K 346 96
                                    

Belum buka, kan? 😆😆😆
Bacanya sambil kalian buka aja..
Semoga berkah ibadah kita hari ini.. Aamiin.

Btw..
Dilapak sebelah udah aku kasih tahu, di sini belum.. 😆😆😆
Aku punya akun youtube loh..
Whakaka.. Insha Allah mulai besok bakalan aktif di sana juga.. Yah lumayan lah.. Udah banyak yg request video A, B, C,  D

Pokoknya kalian jangan lupa subscribe..
Namanya SHISAKATYA.
Sekarang sih baru ada 3 video. 2 video tentang Raden dan Adel. 1 video bocilku.

Oh iya, kalau kalian mau request video bisa.. Whakaka.. Sok profesional amat.. 🤣🤣
Kagak sih..
Cuma ya gitu.. Pemula mau coba emang gak boleh.

Request apa aja silakan. Asal jangan suruh aku masak. 🤣🤣🤣
Kmrn ada minta aku share murrotal. Aduh malu banget aku. Aku gak sehebat itu. Agamaku seujung kuku doang guys.. Blm mampu. Nanti yang ada aku didemo.
Tapi kalau kalian minta aku ceritain tentang cerita2 Islam, insha Allah bisa aku penuhi. Aku bakalan cari2 cerita2 Islam terbaik buat kalian.

Pokoknya bebas, kalian minta aku apa, aku coba penuhi..
Pokoknya jgn lupa subscribe.. Woke..

Nambah : promo dilapak sendiri mah gpp kali. 🤣🤣🤣
Sorry gue bukan tipe nyampah dilapak org. Byee

Hingga saat ini aku hanya merasa yakin,  jika suatu saat nanti aku akan mendapatkan segala hal yang sudah kudoakan dari hati yang tulus ini.

Setelah berdiskusi banyak hal dengan Wahid dan Karim, Agam memiliki banyak hal yang dia pikirkan dalam otaknya kini. Gestur tubuhnya langsung berubah. Dia sibuk terdiam, memandang keluar jendela bagian belakang rumahnya hingga tidak sadar jika Nada memerhatikannya.

Nada cukup peka jika Agam sibuk dengan pikirannya kini. Perempuan itu mendekat. Mencari perhatian kepada suaminya yang lebih sering berada di luar rumah demi pekerjaan.

"Ada apa sih, Mas?" tanya Nada sambil memeluk Agam.

Agam segera merangkul tubuh istrinya itu. Berulang kali dia mengecup kening Nada hingga istrinya itu mendongak, melihat ekspresi serius di wajah Agam.

"Ish, kalau ditanya itu harus dijawab. Malah diem aja."

"Aku baru mau jawab. Kamu udah emosi aja."

"Terus ada apaan?"

Setelah menarik napasnya dalam, Agam mulai mengatakan apa yang dia pikirkan sejak tadi.

"Entah kenapa rasanya saat ini aku melihat Zhafir seperti isim mufrod, tunggal sendiri. Dia seakan tidak bermakna jika tidak disatukan dengan yang lainnya."

Di sampingnya, Nada mengangak lebar. Sudah sekian belas tahun dia tidak mendengar kalimat nahwu lagi dari Agam, hingga otaknya seperti sedang bekerja keras untuk memahami semuanya.

"Terus?" tanya Nada meminta untuk melanjutkan.

Agam menatap Nada, mengecup kening istrinya itu sekali lagi. "Aku hanya takut dia fi’il mudhori’ alladzi lam yattashil bi-akhirihi syai'un, sibuk mencari sesuatu, namun sampai diakhir tidak menemukan apapun."

"Apalagi itu?" akhirnya Nada bersuara. Dia kacau jika harus mengingat-ingat tentang ilmu ini.

Akhirnya Agam tertawa. Dia sadar sejak dulu istrinya itu terlalu kesal jika dia ajak untuk berpikir tentang ilmu nahwu.

"Sudahlah. Jangan kamu pusingkan apa yang aku katakan tadi."

"Ish, ya udah. Kalau gitu ngomong yang jelas." Kata Nada benar-benar penasaran.

If Our Love Was a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang