BAB 3 | Arzi Oktavian

233 47 12
                                    

XII IPA 6

Sepuluh menit berlalu, akhirnya bel istirahat pertama berbunyi. Sem sudah duduk di bangku tembok di depan kelas ini sejak tadi. Beruntung kelasnya jam kosong hingga jam istirahat, dan tugasnya juga cepat selesai, jadi dia tidak usah berlarian ke kelas ini.

"Arzi!" sapa Sem pada Ketua OSIS itu saat dia terlihat berjalan melewati pintu kelas.

"Sem? Ada apa? Kenapa nggak nyuruh aku ke kelas kamu aja? Kamu nggak lari-larian lagi, kan, ke sini?" balas Arzi sembari menoleh dan berhenti di depan Sem.

Dia memang terbiasa memakai aku-kamu kepada Sem, katanya untuk menyegani. Mungkin Arzi tipe yang terlalu menganggap serius semuanya. Dia jadi ingat Sem sering mencarinya ke kelas saat jam istirahat, sampainya malah sering ngos-ngosan, dan Arzi merasa tidak enak jika partnernya seperti itu karena mencarinya.

"Nggak, kok. Gue cuma mau nanya, kapan bisa rapat evaluasi MOS? Sekalian gue mau ngebahas LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) OSIS. Kan MOS event terakhir kita, jadi gue mau ngelarin semua secepatnya. Gue harap lo juga setuju," ujar Sem.

Sem memang terbiasa memakai gue-lo ke semua orang, dia tidak mau terlalu menganggap serius jabatannya, baginya ini hobi yang harus dipertanggungjawabkan. Dia hobi berkegiatan, apa aja, asalkan positif, apalagi kalau dilakukan bersama-sama. Ayahnya mengajarkan untuk jangan pernah menganggap pekerjaan itu sebagai pekerjaan, tapi nikmati sebagai hobi, maka tidak akan membebani karena saat seseorang melakukan hobinya, dia akan merasa santai dan rileks, juga akan jauh dari kata stress.

"Sabtu gimana, Sem? Aku rasa teman-teman semuanya sedang sibuk mengejar ketertinggalan, apalagi kamu, kan?" goda Arzi sambil tersenyum.

"Zi, lo sumpah ya, suka banget ngeledek gue begituan, padahal kan belajar itu kewajiban, lo yang harusnya banyak-banyak belajar sekarang," ledek Sem tidak mau kalah.

"Aku nggak sesempurna kamu, Sem, yang hebat ngelakuin segalanya. Ya udah, sabtu aja, ya?" balas Arzi masih sambil tersenyum ditambah kali ini dia mengusap kepala Sem.

Arzi jauh lebih tinggi dari Sem, tingginya 182 cm sedangkan Sem hanya 155 cm. Arzi bukan anak paski tapi dia anak basket sekaligus kaptennya. Dia termasuk si tampan yang diincar banyak cewek, atau mungkin karena itu dia menang pemilu ketos tahun lalu? Entahlah, yang penting kinerjanya bagus.

"Oke," jawab Sem sambil membuat tanda oke juga dengan jarinya.

"Ada anak baru di kelas lo, ya? Kenalin ama gue, dong." Sekarang Sem sedang celingak-celinguk ke dalam kelas Arzi walaupun pandangannya terhalang badan besar orang yang sedang berada di depannya ini.

"Gak mau, ntar kamu suka terus saingan aku nambah lagi," ucap Arzi sambil terus menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan untuk menghalangi Sem.

Arzi adalah korban pertama Sem di SMA ini, dia sudah menargetkan Arzi semenjak Arzi dinobatkan sebagai King di MOS tahun mereka, walaupun bukan Sem Queen-nya. Awalnya Sem tidak mau mencolok sama sekali, tapi entah apa yang terjadi, sekarang keadaannya malah seperti ini.

Sem sudah mengakui permainannya pada Arzi bahkan sebelum Arzi dan dia menjabat, harusnya tidak ada apa-apa lagi di antara mereka. Sem tahu Arzi hanya bercanda karena sekarang Arzi sudah punya pacar.

"Kedengaran ama cewek lo baru tau. Nah, itu dia. Kok duduknya mojok gitu? Sendirian lagi. Kalian gak mau temenan ama dia?" tunjuk Sem pada anak laki-laki yang wajahnya asing itu.

"Ih, jangan nunjuk-nunjuk, Sem. Nggak sopan." Arzi menurunkan tangan Sem dengan lembut. Begitulah Arzi, dia lembut pada perempuan, pantas diincar-incar gitu, pasti ceweknya tidak tenang, nih.

"Eh, iya. Sorry-sorry," balas Sem sambil nyengir.

"Dia yang belum mau buka diri sama kita, tiap diajakin ke kantin atau ke tempat lain dia gak mau, diajak ngomong juga cuma dijutekin," jelas Arzi.

"Menarik," gumam Sem dengan senyum gajenya.

"Jadi kamu beneran mau jadiin dia target?" Arzi benar-benar tidak habis pikir dengan partnernya ini, sudah kelas dua belas masih saja mau main-main.

"Ssht! Jangan ngomong keras-keras, ntar ketahuan, kan, nggak asik. Jangan bilang siapa-siapa, ya, apalagi ke dia, oke?" ucap Sem dengan memelankan suaranya.

"Terserah kamu aja. Kamu mau ke kantin, kan? Bareng aja, yuk! Aku gak nerima penolakan. Udah lapar nih, denger kamu ngomong," ajak Arzi, lalu dia menarik tangan Sem untuk ikut dengannya.

Tanpa Arzi dan Sem sadari ada yang sejak tadi memperhatikan mereka yaitu Ina, pacar Arzi.

Ina memang sudah sering mendengar gosip kalau Ketua OSIS dan Ketua MPK di SMA mereka benar-benar cocok, sedangkan dia hanya siswi biasa yang bukan apa-apa dibandingkan mereka. Dia selalu berusaha menepis semua pikiran buruk itu, tapi kali ini dia tidak bisa mengelak. Dia sudah melihat Arzi beberapa kali bersama Sem tapi hanya sebatas hubungan kerja, dan kali ini dia tidak menyangka akan melihat hal ini secara langsung dan dari dekat.

Tepat di tanggal jadian mereka yang keenam bulan, di saat Ina ingin memberi kejutan pada Arzi, ternyata telah ada perempuan lain yang bersama pacarnya.

Ina bahkan sulit menahan air matanya saat mengingat tatapan, sikap, dan ucapan Arzi pada Sem. Seingatnya Arzi bahkan tidak pernah menatap dan tersenyum padanya sehangat itu.

_____

-KhaKai💚

Semilova [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang