BAB 28 | Mama Friski?

95 17 5
                                    

Minggu awal di bulan Agustus.

Senin ini pendaftaran untuk pengurus baru OSIS Smunja telah dilaksanakan. Pendaftaran yang hanya satu hari ini telah mencatatkan seratus delapan puluh nama sesuai kuota dan persyaratan yang telah ditentukan.

Sekarang di jam pulang sekolah, seluruh Pengurus MPK, inti dan komisi, ditambah beberapa pengurus OSIS sedang mempersiapkan ruangan OSIS untuk tes wawancara besok hingga sembilan hari ke depan. Ruangan dibagi menjadi empat sekat sesuai jumlah pewawancara, kemudian ditambah satu sekat untuk ruang tunggu.

Di bagian depan ruangan dengan enam puluh delapan kursi itu, terlihat tiga orang cewek sedang menyusun jadwal wawancara. Sedangkan yang lainnya merupakan pengurus cowok yang sedang bekerja sama mempersiapkan ruangan sesuai format.

Ketika semua sedang asik melaksanakan tugas masing-masing, tiba-tiba datang Buk Wati, wali kelas Sem.

"Assalamualaikum, anak-anak," salam Buk Wati saat dia memasuki ruangan OSIS. Semua menoleh dan menjawab salam guru matematika itu dengan ramah.

"Boleh ibuk pinjam ketua-nya sebentar?" tanya Buk Wati basa-basi karena melihat keasikan pengurus MPK/OSIS sedang bertugas. Mereka memang selalu tampak menikmati kegiatannya.

"Boleh dong, Buk," ujar Putra selaku Ketua Pemilu dengan percaya diri.

"Bukan kamu, Put. Ketua MPK maksud ibuk," kekeh Buk Wati diikuti tawa yang lainnya. Sem yang dimaksud juga ikut tertawa.

"Aduh, Putra." Sem geleng-geleng kepala sambil terkekeh pelan.

"Ya udah, lo balik sana. Gue izin bentar ya, ketua," canda Sem pamit pada Putra yang memang saat ini menjadi ketuanya, mengingat dia sekarang Wakil Ketua Pemilu dan LDK.

Sesampainya di luar ruangan, Sem melihat seorang wanita karir paruh baya yang rasanya tidak asing.

"Tante?" sapa Sem ragu.

"Iya, Sem," jawab wanita di depannya dengan tersenyum ramah.

"Ibuk sudah kenal dengan Sem?" tanya Buk Wati.

"Tentu saja. Sem adalah orang yang sangat berjasa bagi anak saya," ujar wanita itu dengan yakin.

Sem seketika ingat. Wanita ini adalah mamanya Friski. Dia pernah bertemu sekali dengan wanita ini saat dia mencari Friski ke rumahnya satu tahun lalu, saat insiden Friski menghilang. Ternyata mama Friski masih mengingat dia walau hanya bertemu sekali. Sem mengulum senyum. Kemudian menyalami wanita di depannya.

"Bagaimana kabar tante sekarang?"

"Alhamdulillah baik, sayang," jawabnya dengan penuh kasih sayang khas seorang ibu.

"Karena ibuk dan Sem udah saling kenal, saya tinggal dulu, ya," pamit Buk Wati. Tadi mama Friski memang meminta bertemu dengan tutor anaknya dan Buk Wati mengira mereka belum saling mengenal.

Sepeninggalan walasnya, Sem mengajak mama Friski, yang bernama Alde, untuk mencari tempat bicara karena mereka masih berdiri di depan ruang OSIS.

"Mari, tante! Kita ke kafe depan sekolah aja," ajak Sem karena dia yakin ada banyak hal yang ingin diceritakan Alde padanya, terutama mengenai menghilangnya Friski sejak kamis kemaren.

"Apa kamu tidak apa-apa? Tadi tante liat kamu sedang sibuk," segan Alde karena memang dia sempat menengok ke dalam ruang OSIS.

"Nggak papa, Tan. Lagian bukan Sem yang mengkoordinir sekarang, udah ada Putra di sana yang gantiin Sem," jelas Sem. Tentu dia tidak akan melepaskan kesempatan berharga ini. Dia harus tahu kemana gembalaannya itu menghilang.

Semilova [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang