BAB 50 | Masa yang Berulang

71 16 66
                                    

Bel pulang akhirnya berbunyi. Sem sedikit lega karena dia akan segera keluar dari sini.

Ah, kalau diingat-ingat kejadian ini mirip dengan yang terjadi satu tahun kemudian, saat Sem baru mengenal Lya di hari terakhir MOS, persis saat dia juga sengaja mengurung diri di bilik toilet agar tidak menjadi bahan evaluasi kakak-kakak MPK/OSIS.

Masa depan memang selalu mengulang masa lalu baginya, baik dia sadari maupun tidak.

"Sem! Lo baik-baik aja, kan?" tanya Kori cemas begitu dia berhasil menemukan sahabatnya.

Sem hanya mengangguk dan menggumamkan kata terima kasih.

"Lo kenapa? Kok lo bisa dikunciin? Siapa yang ngelakuin ini?" tanya Kori terus-menerus sembari memberikan tas Sem dan berjalan keluar.

"Bukan siapa-siapa. Hanya beberapa ekor lalat," jawab Sem datar tanpa menoleh pada Kori sedikit pun.

Kori yang hampir tiga tahun sekelas dengan Sem sudah paham betul jika sahabatnya berkelakuan seperti ini. Pilihan terbaik untuk sekarang adalah dia berhenti bertanya. Sem akan cerita jika sudah waktunya, dia yakin itu.

Ketika mereka sudah memasuki koridor yang menuju gerbang, Sem lagi-lagi dibuat kesal hanya karena melihat Daniel lagi-lagi berdiri di sana.

"Ngapain dia selalu nungguin gue di gerbang, sih? Mau kasih tau semua orang kalo dia lagi dekatin gue? Ck!"

Baru saja Sem mengeluh, ternyata Daniel sudah menoleh. Walaupun jarak mereka cukup jauh, Sem tahu kalau Daniel memang melihatnya karena sekarang anak laki-laki itu sedang berlari kecil menuju ke arahnya.

Sem memilih diam di tempat, kali ini dia tidak akan lari lagi. Dia harus memperjelas batasan di antara mereka.

"Lo ngeluarin apaan, sih? Batu? Sampe jam pulang, betah amat di toilet," canda Daniel tidak menyadari ekspresi datar Sem.

"Sem di-"

"Kori," potong Sem langsung pada klarifikasi yang akan diberikan sahabatnya.

"Apaan?" tanya Daniel tampak sedikit heran.

"Bukan apa-apa. Mau nganterin gue pulang, kan?" ajak Sem mendadak yang sukses membuat Daniel merasa tidak percaya.

"Maaf, ya. Kita masih belum bisa pulang bareng lagi. Gue duluan. Bye bye," pamit Sem pada Kori yang juga sama terkejutnya dengan Daniel.

Sem melangkah mendahului Daniel, membuat laki-laki tinggi itu harus sedikit mengejar langkah kecilnya.

"Hei! Lo kesambar petir di toilet, hah?" tanya Daniel begitu dia berhasil menyusul Sem. Hal itu juga menarik perhatian beberapa pasang mata di sekitar mereka. Ah, bukan beberapa, tapi banyak, karena suara Daniel cukup keras dan menggema di koridor ini.

Sem hanya diam dan memilih meneruskan langkahnya. Dia harus memikirkan cara untuk mengakhiri semua ini dengan cepat dan tepat.

Perjalanan pulang bagi mereka selalu seperti biasa, cukup diam dan diam. Menit-menit pun berlalu hingga Sem sampai di rumahnya.

"Gue kira lo bakal banyak omong sekarang gara-gara lo yang ngajak pu-"

"Kenapa lo dekatin gue? Jawab, Dan." Pertanyaan yang sama dengan yang kemaren. Ekspresi datar masih bersemayam di wajah Sem, mengabaikan wajah tampan yang baru saja tersenyum di depannya.

Daniel mulai merasa bingung dengan sedikit menggerakkan alisnya. "Lo kenapa?"

"Lo yang kenapa!" bentak Sem secara tidak sadar.

Daniel segera turun dari motornya dan memposisikan diri tepat di depan Sem. "Siapa yang gangguin lo?" tanyanya lagi, mencoba untuk sabar.

"Lo! Lo yang gangguin gue! Sadar, nggak?!"

Semilova [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang