BAB 7 | Pramuka, Pradana

153 39 6
                                    

"Lo di ekskul mana sekarang?" tanya Lya saat dia dan Sem sudah keluar dari masjid sekolah.

Setelah anak laki-laki menunaikan ibadah, sekarang giliran yang perempuan. Sem dan Lya juga telah selesai menunaikan ibadah mereka. Saat ini di sekeliling mereka sudah tampak ramai, baik dengan anak laki-laki maupun anak perempuan yang sedang mempersiapkan diri mengikuti ekskul pertama di semester ini.

"Pramuka," jawab Sem singkat.

"Kok nggak di olimpiade?"

"Lo lupa Pramuka bakalan ada event apa?" balas Sem santai seperti biasa.

"Iya, gue inget. Tapi bukannya lo harus fokus ke olimpiade sekarang?"

"Itu mah pribadi, lagian dosen privat gue ada. Kalo lo gimana?"

"Gue juga pramuka. Soalnya gue denger Theo milih ekskul itu," balas Lya dengan cara membisikkan kalimat terakhirnya pada Sem sambil tersenyum.

"Udah mulai aja lo, bakalan kalah gue kayaknya, nih. Tunggu, jangan bilang lo udah chatting-an ama dia," tebak Sem ketika dia menyadari kalau Lya sudah punya kontak WA-nya Theo.

"Udah," jawab Lya singkat sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi dijutekin, kan? Atau nggak dibales sama sekali?" tebak Sem yang mampu mengganti senyum di wajah Lya dengan tampang cemberut.

"Dijutekin doang, kok. Lo tau dari mana?" tanya Lya heran, secara dia yakin Sem baru mengenal Theo, dan tidak mungkin Sem tiba-tiba langsung tahu sifat seseorang semudah itu. Tapi nyatanya memang tidak sulit bagi Sem untuk mengenali orang-orang.

"Gue udah dua kali ketemu dia. Gue belum cerita ke lo, ya?"

"Kapan lo cerita? Jangan nikung-nikung dong, dia target gue bukan target lo," balas Lya dengan wajah yang tambah cemberut.

"Nggak usah gitu juga muka lo, Maimun. Jeleknya nambah, tuh," ledek Sem, tentu tidak serius karena aslinya sahabatnya ini termasuk peringkat atas cewek tercantik di sekolah. Tidak benar-benar diperingkatkan, sih. Itu hanya anggapan Sem, tapi memang betul Lya ini cantik.

"Jadi gini, waktu itu... bla bla bla..." Mengalirlah cerita Sem saat dia pertama dan kedua kalinya bertemu dengan Theo.

"Lo udah gituin dia dan lo belum tau namanya? Atau jangan-jangan dia juga belum tau nama lo?" heran Lya semakin bertambah setelah mendengar cerita Sem.

"Nggak tau, ah. Gue juga gak jamin dia ingat wajah gue, kan disini banyak wajah baru buat dia," balas Sem sambil mengidikkan bahunya.

"Pasti ingat, nggak mungkin dia gak ingat. Eh, orang udah pada ngumpul tuh," tunjuk Lya saat mereka hampir tiba di salah satu sisi lapangan upacara tempat ekskul Pramuka berkumpul. Mereka pun mempercepat jalannya.

"Kak, sorry, ya. Aku sama Lya telat," ucap Sem formal karena dia menghormati dua kakak senior sekaligus pelatih mereka ini.

Dua orang itu adalah Kak Fariz dan Kak Kevin. Mereka cowok, dan karena di Pramuka mereka dipanggil 'Kak'.

"Telat apanya? Baru ngumpul juga," balas Kak Fariz terlihat lebih santai dari Sem.

"Langsung aja masuk barisan, Sem, Lya," pinta Kak Kevin. Mereka berdua pun berlalu mengikuti instruksi seniornya itu.

Setelah kata-kata pembukaan dan penyambutan oleh dua orang perlatih mereka, tibalah saatnya anggota Pramuka memperkenalkan diri masing-masing, baik itu anggota baru ataupun yang sudah lama di organisasi ini.

"Kita mulai dari Pradana Pa, silahkan Theo!" ucap Kak Kevin.

"Apa?!" batin Sem seakan dia menaikkan volume suaranya di sana. Dia sangat terkejut bahkan sampai menampakkan raut wajah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Pradana Pa mereka sebelumnya memang telah mengundurkan diri dengan alasan pribadi. Saat itu semua orang setuju saja karena dalam semester ini juga akan diadakan pelantikan pengurus Pramuka yang baru, dan calon Pradana Pa selanjutnya juga sudah menjadi calon kuat. Jadi saat itu orang-orang berpikir bahwa calon Pradana Pa ini bisa langsung bertugas untuk menggantikan Pradana Pa yang mengundurkan diri walaupun dia belum dilantik.

Tapi saat ini Sem benar-benar tidak tahu kapan si anak baru itu dilantik menjadi Pradana. Siapa yang memilih dia dan kapan dia dipilih saja Sem tidak diberitahu.

"Perkenalkan nama saya Alexander Theora Adityas, kalian boleh manggil saya Theo. Saya dari kelas XII IPA 6. Semoga kita bisa bekerja sama," ucap Theo percaya diri lalu kembali duduk ke tempatnya semula.

Ngomong-ngomong, saat ini posisi mereka semua sedang duduk di lapangan sejak mereka mendengarkan arahan dan nasihat dari para pelatih.

"Sem, kamu mau memperkenalkan diri juga?" tanya Kak Fariz basa-basi.

Dia sebenarnya tahu popularitas Sem, dia juga yakin anak-anak kelas sepuluh juga sudah mengenal Sem. Tapi kali ini Kak Fariz bertanya untuk menegur juniornya itu karena melihat Sem tidak fokus. Tentu saja Kak Fariz juga sudah tahu apa yang dipikirkan Sem, apalagi kalau bukan soal Theo yang tiba-tiba jadi Pradana.

"Maaf, Kak." Sem segera tersadar saat mendengar teguran Kak Fariz. Dia langsung berdiri dan maju ke depan untuk memperkenalkan diri.

"Saya Semilova, biasa dipanggil Sem. Kelas XII IPS 2. Pradana Pi. Terima kasih," ucap Sem singkat lalu kembali ke posisi duduknya.

Saat ini Sem tidak dalam mood yang baik, mengingat beberapa minggu ke depan dia akan bekerja sama dengan orang yang menyebalkan. Dia bahkan masih tidak habis pikir bagaimana caranya anak baru yang belum sampai dua minggu di sini malah tiba-tiba saja sudah diberi tanggung jawab sebesar itu. Sedangkan dia harus berusaha untuk menunjukkan kemampuan yang dia miliki sekaligus meyakinkan orang-orang bahwa dia benar-benar mampu, dan itu semua tidak terjadi dalam waktu singkat.

"Sehebat apa dia?" batin Sem lagi. "Ini bahkan baru pertemuan pertama pelatih dengan dia, kan? Atau pembina yang memutuskan sendiri? Masa, sih? Apa yang dilihat Buk Nela dari dia?" lanjut Sem masih di batinnya. Buk Nela adalah pembina Pramuka tapi saat ini beliau masih belum hadir di sana.

"Terima kasih semuanya. Senin kita akan langsung melakukan tes untuk peserta yang akan diikutkan di event bulan depan. Hasilnya akan diumumkan hari selasa dan kita langsung mulai latihan rutin sepulang sekolah. Selain Pradana Pa dan Pi, silahkan bubar!" tutup Kak Kevin mengakhiri pertemuan hari itu setelah sesi perkenalan diri juga berakhir. Hari pertama ini memang tidak akan maksimal dan hanya diisi sesi pengenalan-pengenalan seperti ini.

Semuanya telah bubar kecuali dua orang pelatih dan dua orang yang diminta untuk tinggal sebelumnya. Lya juga sudah pergi meninggalkan Sem setelah dia berpamitan.

"Sem, kami tahu kamu pasti berta-"

"Langsung saja," potong Sem dingin terhadap ucapan Kak Fariz.

"Buk Nela menunjuk Theo menjadi Pradana minggu kemarin, katanya kita tetap butuh Pradana Pa walaupun kemampuan kamu tidak diragukan untuk bisa meng-handle semuanya," jelas Kak Fariz.

"Lalu untuk apa dia kalau ada aku?" tanya Sem tanpa menoleh ke arah Theo sedikit pun.

Theo yang tampak geram dengan cara Sem yang seakan meremehkannya mulai membuka mulut, namun kembali terkatup karena intrupsi dari suara lain yang baru hadir di sana.

"Untuk menggantikanmu," ujar Buk Nela, pembina mereka. Saat ini beliau telah berdiri di antara empat orang itu.

"Maksudnya, Buk?!" tanya Sem terkejut, bahkan dia sampai tidak bisa mengontrol nada bicaranya yang kini meninggi pada pembina yang dihormatinya itu. Dia sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya saat ini. Dia tidak terima anak baru itu menjadi partner-nya, dan sekarang malah posisinya akan diambil begitu saja tanpa dia tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Kamu tidak diikutkan di event kali ini," jawab Buk Nela terus terang.

Dan ekspresi Sem sudah tidak terbaca. Dia sendiri juga tidak tahu apa yang sedang dia rasakan sekarang. Dia yang selama ini selalu diharapkan dimana pun dia berada, untuk pertama kalinya telah ditolak mentah-mentah entah dengan alasan apa.

_____

-KhaKai💚

Semilova [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang