Jakarta, sekitar tiga tahun lalu.
Seperti biasa, selama satu minggu di awal tahun ajaran baru Sem tidak akan masuk kelas. Dan saat dia masuk kelas nanti, kursi yang tersisa hanyalah kursi di pojok seperti tahun lalu, ketika dia kelas delapan dan juga menjadi panitia MOS.
Kali ini Sem mendapatkan posisi di samping Asep, mereka sebenarnya duduk sendiri-sendiri, jadi tepatnya Sem berseberangan dengan cowok cupu itu.
"Cie yang pasangannya udah masuk kelas, nggak sibuk lagi ngurus negara, sekarang mau fokus ngurus cowoknya. Hahaha," tawa Daniel meledak begitu melihat Sem telah menduduki tempat duduknya. Daniel duduk di depan Asep, dan Sem di seberang Asep. Itu bukan kebetulan, memang Daniel yang mengaturnya seperti ini.
Asep hanya tertunduk mendengar ejekan Daniel. Ini sudah tahun ketiganya sekelas dengan Daniel, entah takdir sial apa yang mengikutinya, dia bahkan sudah terlalu terbiasa jika hanya diejek begitu oleh si berandal itu.
"Asep, maksud dia apaan, ya?" Sem yang bingung bertanya pada Asep yang masih terdiam.
"Dia nggak bakal berani ngomong selama gue di sini. Oh iya, kan pacarnya ada di samping dia, buat saling menguatkan gitu, ouuhh," ledek Daniel menjadi-jadi ditambah nada bicara di akhir yang diperlebay. Sontak seisi kelas yang sejak tadi memperhatikan mereka sambil menahan tawa akhirnya tertawa juga.
Tanpa orang-orang sadari rahang Sem mulai mengeras. Dia menatap lurus Daniel dan mengabaikan suara tawa di sekitarnya.
"Jadi kau tahu?" ucap Sem dingin yang sukses membuat seisi kelas terhening kembali, begitu pun Daniel yang terdiam tidak menjawab pertanyaan Sem.
Melihat reaksi Daniel, perlahan Sem menarik sebelah sudut bibirnya membentuk senyuman miring. Dia paham maksud Daniel melakukan semua ini.
Ingatannya mengalir sejenak pada minggu lalu, saat dia dan Kori melihat pengumuman pembagian kelas. Sem yang tengah berlari kecil, tiba-tiba berhenti dan membalikkan badan begitu sadar dia melewati sosok yang tinggi dan familiar, Daniel, di antara kerumunan orang di sana. Jarak Sem saat itu sudah lumayan jauh, namun cukup untuk melihat seringain aneh di wajah anak laki-laki tersebut. Firasat Sem sedikit memburuk, entahlah, dia merasa aneh saja ketika melihat ekspresi itu, apalagi setelah percakapan singkatnya dengan Kori tentang Daniel yang mungkin saja terdengar oleh orangnya langsung. Bodo amat, Sem pun kembali berlalu sesuai tujuan awalnya saat itu.
Namun, saat ini Sem seolah langsung paham maksud dari firasat buruknya itu. Memang benar Daniel mendengar ucapan sarkasnya minggu lalu.
"Maaf karena aku sudah membandingkanmu dengan Asep, bahkan aku juga lebih memilih Asep. Dan aku rasa aku tidak harus menjelaskan kalau itu hanya kiasan. Tapi melihat perlakuanmu hari ini, aku merasa sangat perlu menjelaskannya padamu," lanjut Sem dengan nada yang masih sama dinginnya.
Daniel masih terdiam merasakan dinginnya Sem saat ini. Kori yang duduk jauh di depan pun ikut merasa takut mendengar Sem berbicara formal seperti itu. Kori tahu kalau saat ini Sem sedang marah, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia merasa malu karena secara spontan dia juga ikut menertawakan Sem dan Asep sebelumnya.
"Kau tidak lebih baik dari Asep. Kau tampan, aku akui. Penggemarmu berserakan, juga aku akui. Toh, semua orang juga tahu itu. Tapi Asep, dia tidak mengusik hidupmu dan hidup siapapun. Bagaimana denganmu? Hanya karena tidak terima seseorang membandingkan kau yang super sempurna ini dengan orang biasa seperti Asep, kau bersusah payah membuat skenario agar orang yang membadingkanmu dan orang lain tahu bahwa kau tidak tertandingi. Dan kau bilang apa tadi? Asep tidak akan bicara selagi ada kau? Hei, sadar! Mulut dan suara diberi Tuhan. Kau siapa sampai berani mengatur seenaknya? Apa kau pikir ketampanan yang kau bangga-banggakan itu tidak diberi Tuhan? Ingat, hanya karena kasih sayang Tuhan, jika tidak, mungkin tidak ada yang bisa dibanggakan darimu. Prestasi? Karakter? Nggak ada. Kau minus terlalu banyak di keduanya. Lihat, kan? Kau tidak lebih baik dari Asep, bukan, maksudku kau sama sekali tidak lebih baik dari siapapun. Apa sekarang kau juga akan memojokkan semua orang karena perkataanku ini?" jelas Sem panjang lebar yang kali ini ditambah dengan nada meremehkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/190304715-288-k248885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semilova [TERBIT]
Teen FictionKetika kamu terlalu berani bermain-main dengan perasaan. "Seperti namamu, Semilova, cinta di musim semi. Aku jatuh cinta padamu seperti di musim semi, rasanya begitu indah. Tapi setelah aku mengenalmu, kau seperti musim dingin yang datang sebelumnya...