Itu mulmed kudu diliat ya, lumayan buat cuci mata😂
Terimakasih karena masih mau baca cerita ini❤️
Btw nama Trias tuh bacanya
Tri-Yas ya bukan Tri-As**
Perlu waktu hampir satu minggu bagi Kara untuk menerima semuanya. Dan dalam kurun waktu itu juga, Ralin tidak pernah absen untuk terus memberi sahabatnya itu suntikan semangat. Oleh karena itu, saat Kara memutuskan untuk kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa, Ralin senang bukan main. Ralin sebenarnya tahu bahwa Kara masih berduka, namun ia begitu salut dengan kontrol emosi dari sahabatnya itu. Karena selama hampir satu minggu waktu yang dihabiskan Kara, tidak ia pakai untuk menangis dan terus berlarut-larut dalam kesedihan. Dalam hari-hari itu, Kara mencoba berpikir lebih dewasa dengan menyusun kembali rencana kehidupannya dimasa depan.
Untuk ukuran orang yang kini tinggal sebatangkara, mungkin kedengarannya dia memang terlalu cepat dalam melepaskan kepergian Nadine. Tetapi tidak begitu. Kara berduka, sangat. Namun itu semua tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak melanjutkan kehidupannya. Bagaimana pun, mau tidak mau, atau sekeras apa saja Kara mencoba menghindar, toh masa depannya akan terus berlanjut 'kan?
Selama ini, Kara sudah terbiasa hidup keras. Ditinggalkan orang tua saat usianya baru menginjak 9 tahun membuat sifat mandirinya terbentuk secara bertahap dari tahun ketahun. Kara bukanlah gadis manja, ia adalah gadis kuat yang selalu melewati ujian dengan berlapang dada. Walaupun tidak mudah, tapi ia selalu berusaha untuk berpikir positif bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya adalah jalan terbaik untuknya.
Kita memang tidak tahu, tapi apabila Tuhan sudah merencanakan sesuatu, maka yakinlah bahwa itu pasti yang terbaik untuk kehidupanmu. Pernah dengar bahwa kedewasaan itu tidak diukur dari umur? Ya itu memang benar. Kedewasaan itu diukur dari bagaimana cara berpikir seorang manusia. Seperti Kara, walaupun umurnya masih belia, serta banyak ujian hidup yang dilewatinya, dia masih bisa bertahan walau tidak ada seorang pun kelaurga yang kini tinggal bersamanya.
Masalah berduka, masa depan, dan lain-lain mungkin sedikit banyak sudah berhasil ia atasi. Hanya saja, satu alasan yang kini masih sedikit berat untuk diterima hatinya. Alasan yang juga membuat Kara sempat mengulur waktu untuk pergi kesekolah lantaran tidak siap jika hatinya tiba-tiba menjadi dendam saat melihat wajah orang itu. Wajah orang yang berhasil diselamatkan Nadine dari maut, Trias Samudera. Lelaki yang kini duduk di kursinya yang berada di pojokan sambil sesekali melirik Kara yang mejanya terletak di barisan nomer dua dari depan.
Merasa ada yang sedang memperhatikan, Kara menengok kebelakang. Matanya seketika bertubrukan dengan iris kelam milik Trias. Padangan mereka sempat terkunci pada mata masing-masing selama beberapa detik sebelum akhirnya Trias membuang wajah dan kembali sibuk dengan ponselnya. Kara pun hanya menghirup nafas dalam-dalam, ia pikir sepertinya Trias tidak terlalu peduli dengan peristiwa yang terjadi semalam. Bahkan, Kara pun baru sadar bahwa lelaki itu kemarin tidak datang melayat kerumahnya.
Kara memang tidak tahu masalah apa yang tengah dihadapai Trias hingga lelaki itu sempat terpikir bunuh diri, namun yang pasti, akibat pemikiran pendeknya itu nyawa Kakaknya sudah melayang. Walaupun Kara yakin bahwa saat itu Trias tidak meminta Nadine untuk menyelamatkannya, tetapi tetap saja 'kan harusnya Trias menghargai pengorbanan Nadine untuknya?
Ngomong-ngomong soal Nadine yang meninggal karena menyelamatkan Trias, hanya Kara saja yang tahu. Ia memang sengaja tidak memberitahukan hal itu kepada Azka lantaran takut jika nanti ada dendam dihati matan calon kakak iparnya itu ketika mengetahui alasan dibalik tertabraknya Nadine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara
Teen Fiction"Lo mau duit berapa?" Laki-laki itu medecih pelan, mengabaikan tatapan tajam dari sang gadis yang masih terpaku akibat ucapannya. "Maksud kamu?" Kening sang gadis berkedut, dia masih belum sepenuhnya mengerti. "Nggak ada manusia yang beneran baik d...