Dari pada keluyuran, mendingan mantengin wattpad terus nunggu update-an cerita-cerita kesukaan kalian :)) #staysafe #dirumahaja
Selamat membaca ❤️❤️
**
Belum genap tiga menit sejak bel pergantian jam berbunyi. Namun Pak Edon selaku guru yang akan mengisi mata pelajaran berikutnya sudah melenggang masuk ke dalam ruangan berbentuk kubus itu. Membuat para murid yang tadi sempat gaduh kini lebih memilih untuk mengunci mulut lalu kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Termasuk, tiga biang onar kebanggaan XII Ips-3; Arkan, Raga, dan Trias yang juga ikutan kicep gara-gara tatapan tajam dari guru super killer itu.
Entah kesialan apa yang menerpa mereka bertiga sampai tidak berhasil bolos seperti biasanya. Padahal selepas pelajaran seni budaya tadi, Trias dan kedua sahabatnya sudah meninggalkan kelas lebih cepat. Bahkan lebih dulu dari pada Bu Mika yang saat itu masih disibukkan dengan nilai ujian praktek teman-temannya.
Tiga sejoli itu bahkan sempat merasa bahagia, merasa hebat karena lagi-lagi berhasil membolos pada mata pelajaran matematika. Namun, apa lah daya ketika dewi fortuna sedang tidak berpihak kepada mereka. Belum selusin tiga pasang kaki itu melangkah, bel pergantian jam sudah berbunyi. Hingga akhirnya mereka yang sibuk berjalan sambil hahahihi secara tidak sengaja bertemu dengan Pak Edon yang notabene-nya termasuk guru paling disiplin dan nggak pernah sekalipun telat ngisi jam pelajaran-atau juga bisa dikatakan sebagai guru yang sering masuk tepat waktu, tapi pas udah mau kelar, malah korupsi waktu.
Guru matematika yang sudah hafal kelakuan tiga anak didiknya itu pun mulai mendumel panjang kali lebar. Tak hanya sampai marah-marah. Bahkan Pak Edon juga melayangkan jeweran pedas di telinga mereka-kecuali Raga-karena kata Pak Edon, diantara tiga curut itu cuma Raga yang paling sering masuk.
"Ini semua gara-gara elo, Ri! Coba aja tadi lo jalannya cepet. Pasti kita nggak bakalan sampe ketemu Pak Edon!" kata Arkan sambil menopang dagu.
"Kok malah gue sih?" jawab Trias tak terima. "Bukannya tadi yang jalannya lemot itu ini kutu kupret, ya?" ucap laki-laki itu sambil menunjuk Raga.
"Si taii! Ngap-" belum sempat Raga menyelesaikan kalimatnya, Arkan langsung memotong.
"Diem lo, nyet. Gue masih kagak ikhlas lo tadi nggak ikutan di jewer."
"Yeee salah siapa lo sering nggak masuk mas mapel matematika? Makanya kek gue dong!" Raga mengucapkannya dengan penuh kebanggan.
"Bacot lo bedua. Dari pada banyak cingcong mending sekarang kita mikirin gimana cara keluar dari kelas ini." ucap Trias memberi saran. Belum juga genap tiga puluh menit pelajaran bergulir ia sudah merasa kebosanan.
"Pake cara yang biasa aja." Arkan memberi masukan.
Trias nampak menimbang, "yakin lo? Masalahnya ini tuh Pak Edon loh. Nggak mungkin segampang itu lah buat kita kadalin. Boro-boro bisa kabur, yang ada kita malah digibang!"
"Kalau belum dico-" kali ini ucapan Raga kembali terpotong. Tapi bukan karena Arkan dan Trias yang menyela. Namun karena penghapus papan tulis baru saja dilayangkan kepada mereka bertiga. Tuh 'kan! Apes lagi 'kan!
"Itu tiga orang di belakang lagi ngomongin apa? Rame banget kayaknya." ucap Pak Edon diiringi nada tajam. Sontak, seluruh isi kelas pun ikutan menoleh ke tiga kursi yang berjejer di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara
Teen Fiction"Lo mau duit berapa?" Laki-laki itu medecih pelan, mengabaikan tatapan tajam dari sang gadis yang masih terpaku akibat ucapannya. "Maksud kamu?" Kening sang gadis berkedut, dia masih belum sepenuhnya mengerti. "Nggak ada manusia yang beneran baik d...