Udah 1 bulan nggak update hehehe.....
Kalau ada typo tolong kasih tau ya :))
Enjoy😘
*
Waktu masih menunjukkan pukul 6.15 pagi ketika Kara mulai berjalan menuruni anak tangga dengan seragam putih abu-abu yang sudah melekat rapi pada tubuhnya.
Sambil membenahi letak kerudung putihnya yang sedikit miring, gadis itu lalu melangkah ringan menuju dapur, bermaksud untuk ikut membantu asisten rumah tangga yang saat ini ia yakin tengah sibuk menyiapkan sarapan.
Saat Kara menunduk kebawah untuk menyamakan panjang kerudungnya, tiba-tiba saja bahunya bertubrukan dengan tubuh seseorang hingga membuat tubuh seseorang itu sedikit terhuyun kebelakang. Kedua bola matanya seketika melebar. Gadis itu spontan mundur beberapa langkah kebelakang setelah sadar bahwa orang yang barusan ia tabrak ternyata adalah Trias.
"E..eh? Ma-maaf aku nggak sengaja," ucap Kara sedikit tergagap. Duh! Pagi-pagi begini kenapa pula dia harus berurusan dengan Trias. Kara 'kan tidak mau kalau paginya malah diawali dengan kata-kata kasar yang ia yakin sebentar lagi akan meluncur keluar dari mulut pedas lelaki itu.
Kara langsung menunduk dalam, seolah-olah sedang menyiapkan diri untuk mendengarkan makian Trias. Namun sekian detik berlalu, anehnya lelaki itu masih tak bergeming. Ia hanya terdiam sambil memandang Kara dengan tatapan sinis sebelum akhirnya memilih melanjutkan langkah menuju anak tangga.
Hampir setengah menit, Kara belum juga beranjak pada posisinya. Matanya malah sibuk menatap punggung Trias yang mulai menghilang dari pandangan matanya. Tumben sekali lelaki itu tidak marah-marah padanya. Padahal, Kara jelas-jelas sudah menabrak lelaki itu walaupun tanpa disengaja.
Gadis itu lalu mengedikkan bahunya, memilih bersikap tidak peduli dan kembali meneruskan langkahnya menuju dapur.
Sesampainya di dapur, ternyata dugaan Kara tadi benar. Bi Yati dan Bi Rina sama-sama tengah disibukkan dengan pekerjaan masing-masing hingga tidak menyadari akan kehadiran Kara yang tengah memandang mereka berdua dari belakang.
"Ada yang bisa Kara bantu nggak, Bi?" katanya sambil berjalan menuju kitchen set.
Kedua asisten rumah tangga itu buru-buru menghentikan pekerjaannya masing-masing, mereka menoleh kebelang.
"Ehh ada Non Kara. Gimana tidurnya, Non, nyenyak nggak?" tanya Bi Yati, ramah.
Kara mengulas senyuman manis lalu mengangguk kecil.
"Aduh, Non. Ini sarapannya belum siap gimana ya?" kata Bi Rini merasa tak enak hati. "kalau Non laper Bibi buatin susu dulu aja ya? Lumayan lah buat ngeganjel perut."
"Ehh.. nggak usah, Bi. Saya nggak laper kok," tolak Kara halus. "justru saya kesini buat bantu-bantu Bibi siapin makanan," katanya menawarkan bantuan. Tangan gadis itu bergerak menggambil pisau dapur, bermaksud ingin membantu Bi Yati memotong sayuran.
Namun, belum sempat gadis itu berhasil memotong satu sayuran pun ketika tiba-tiba Bi Yati merebut secara halus pisau tadi dari tangan Kara, ia meletakkan kembali benda tajam tersebut ditempat semula.
"Ya Allah, Non nggak usah Non. Biar Bibi aja yang potong sayurannya. Nanti itu bajunya Non kotor loh. Lagian ini udah tugasnnya Bibi, Non." kata Bi Yati sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara
Teen Fiction"Lo mau duit berapa?" Laki-laki itu medecih pelan, mengabaikan tatapan tajam dari sang gadis yang masih terpaku akibat ucapannya. "Maksud kamu?" Kening sang gadis berkedut, dia masih belum sepenuhnya mengerti. "Nggak ada manusia yang beneran baik d...