Selamat hari jum'at :))
Jan lupa baca surah al-khafi ya gaesss❤️😺
**Ada sedikit rasa penyesalan yang tiba-tiba saja muncul dalam diri Kara saat mengetahui ketempat macam apa Sekar mengajaknya pergi malam-malam begini.
Yang pasti, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah sekedar berpasrah diri. Pasrah ketika Sekar menarik tangannya, lalu membawanya masuk ke dalam toko-toko bermerek yang mana hanya sekedar melihat harga barang-barangnya saja, kedua bola mata Kara sudah nyaris copot.
Tapi lucunya, hampir dua jam berlalu sejak mereka masuk dari satu toko ke toko yang lain, Sekar tidak membeli satu barang pun untuk dirinya sendiri. Wanita itu malah sibuk membelikan Kara berbagai macam barang tanpa memedulikan kalau gadis itu suka atau tidak.
Selama menurut Sekar barang yang dibelikannya itu cocok dan terlihat lucu saat Kara mengenakannya, maka wanita itu dengan senang hati akan langsung menyeret Kara ke kasir dan membayar semua benda yang sudah ia pilihkan untuk anak gadisnya itu.
Kara sudah berjuang mati-matian dan menolak secara halus bahwa ia tidak perlu semua barang-barang itu. Namun, sayangnya usahanya tersebut sia-sia. Sekeras apa pun ia menolak, Sekar tetap saja bersikeras membelikannya tas, sepatu, baju, gamis, atau barang lainnya yang menuturut Kara tidak penting sama sekali.
Dan ajaibnya lagi, Sekar tidak mengeluarkan uang sedikitpun ketika membayar semua barang-barang yang ia belikan untuk Kara. Wanita itu cuma perlu mengeluarkan satu kartu plastik kecil berbentuk persegi
panjang untuk membayar semua tagihan.Kara bahkan sempat terkejut dan bertanya-tanya dalam hati apakah memang semua orang kaya membelanjakan hartanya semudah itu? Mereka membeli barang-barang mahal layaknya membeli gorengan di pinggir-pinggir jalan. Tanpa pikir panjang, tanpa perlu memikirkan barang itu perlu atau tidak. Yang penting kalau suka, ya tinggal ambil, lalu bayar pakai kartu. Semudah itu cuy.
"Malam ini Mama seneng banget." Ucap Sekar disertai senyuman manis. Raut antusias bahkan masih terlihan jelas di wajahnya yang awet muda itu. "Kamu gimana? Seneng juga kan pastinya?"
Kara segera mengangguk, "iya, Ma." Katanya sambil tersenyum malu-malu.
"Mama sempat iri sama temen-temen Mama yang sering shopping terus quality time sama anak ceweknya. Waktu itu, Mama juga berharap banget kalau Mama bisa melakukan hal yang sama kayak mereka. Bukannya Mama nggak bersyukur punya anak cowok kayak Trias, tapi, ya kamu tau sendiri lah sebenci apa anak itu sama Mama. Kayaknya sebelum diajak pun, pasti Trias udah keduluan sensi terus mikir yang enggak-nggak." kata Sekar panjang lebar. Tiada angin tak ada hujan, tiba-tiba wanita itu langsung curhat kepada Kara. "Kadang, Mama juga bingung gimana cara buat bisa ngerti pola pikir anak bandel yang satu itu," lanjutnya.
Kara cuma bisa mengangguk sambil mendengarkan celotehan Sekar. Ia pun harus mengakui kalau apa yang dikatakan Sekar barusan memang ada benarnya. Benar kalau Trias memang sesulit itu untuk di pahami.
"Sebenernya, dari dulu aku juga nggak pernah ngerti sama pola pikirnya Trias, Ma." ucap Kara yang akhirnya juga ikutan curhat, "maaf banget kalau kesannya aku ngatain dia. Tapi, Trias itu emang ngeselin banget." Persetan kalau Sekar tersinggung karena Kara sudah berani mengatai anak semata wayangnya itu. Yang jelas, Kara cuma ingin mengeluarkan kekesalannya terhadap Trias yang selama ini sudah menumpuk dalam hatinya.
"Oh ya? Emangnya, selama ini kamu di apain sama dia?" tanya Sekar penasaran. Ia benar-benar tidak tau sama sekali bagaimana kelakuan anaknya itu di sekolah.
"Aku nggak tau letak kesalahan aku sama dia tuh dimana. Tapi Trias kayakya emang benci banget sama aku sampai-sampai setiap kali dia ngomong, kata-katanya yang dia ucapin berhasil buat aku sakit hati dan nangis beberapa-kali." Malam ini napaknya Kara benar-benar merealisasikan tuduhan Trias yang selalu menganggap dirinya mengadu kepada Sekar atau Erwin.
Sudah berkali-kali Kara mencoba untuk menyanggah bahwa apa yang diasumsikan Trias kepada dirinya itu tidak benar. Tapi pada akhirnya, Trias masih saja keras kepala dan tidak mau mendengar penjelasan Kara. Makanya, dari pada terus dituduh yang tidak-tidak, lebih baik Kara benar-benar mengadu 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Estungkara
Teen Fiction"Lo mau duit berapa?" Laki-laki itu medecih pelan, mengabaikan tatapan tajam dari sang gadis yang masih terpaku akibat ucapannya. "Maksud kamu?" Kening sang gadis berkedut, dia masih belum sepenuhnya mengerti. "Nggak ada manusia yang beneran baik d...