Gue sebel sama permintaan Mama. Gue yakin gak bisa nurut soal itu. Dia minta gue ikut ke Makassar. Ya, gue gak bisa lah. Gue disini jagain anak orang. Tanggung jawab buat kebahagiaan cewe yang gak tau orang tuanya dimana. Gue gak tega ninggalin pacar gue di Jakarta sedangkan gue ada di Makassar.
Gue di rumah Tria sekarang, walau udah malem banget. Itu karena males sama Mama yang seenaknya maksa gue pindah sana. Di pelukan gue sekarang juga ada Indira. Gue kangen dia. Aroma mawar di tubuhnya masih jadi aroma paling enak. Rambutnya wangi.
"Vin, kapan pulang? Aku pingin tidur sama kamu," keluhnya.
"3 hari lagi ya. Sabar. Aku juga pingin bobok ma kamu. Ntar kuda-kudaan juga ya," aku mengusap rambut hitamnya perlahan. Kemudian mengecupnya.
Aduh! Dia malah cubit perut gue. Sakit. "Mesum! Huh! Gimana kabar Mama sama Papa mu?" pertanyaan yang agak ketus. Huhu, kan gue emang kangen kuda-kudaan ma dia.
"Baik," jawabku.
"Cuma mama tambah cerewet," tambahku.
"Haha, gapapa. Bersyukur bisa lihat dan ketemu mama,"
Mulai mellow. Gue harus cari topik lain biar gak bikin suasana makin gak enak.
"Iya. Beb, bulan depan kita ke dokter mata ya," ajakku
"Buat apa?"
"Periksa mata,"
"Mata kamu kenapa?"
"Agak bermasalah,"
"Kok bisa?" gue geli lihat reaksinya. Wajah khawatir sambil ngeraba wajah gue.
"Kepo. Udah tidur gih. Dah malem, aku mau pulang. Di cariin Mama pasti,"
"Aku masih kangen beb,"
"Besok aku kesini lagi. Kan libur. Hehehe. Jadi bisa lebih lama,"
Indira anggukin kepalanya. Gue ambil ancang-ancang buat berdiri. Lama duduk langsung berdiri kan gak baik. Wk. Sebelum gue tinggal, keningnya gue cium, pipi dan bibirnya juga. Hehehe.
"Aku pulang dulu ya. Janji abis ini bobok. Yaudah, aku duluan. Good night my princess. Love you, muach,"
Gue langsung keluar. Tria dah nungguin ternyata. Gue kasih kode buat ijin balik. Dia cuma bales dengan lambaian tangan. Gue cepet-cepet balik karena ngantuk dan pasti Mama bakal mikir aneh-aneh.
Dan bener aja sampe di kost Mama udah nyerocos banyak hal. Dan bawa-bawa Gracia segala. Gue gak masalah kalo yang di salahin Gracia. Tapi, masalahnya dia malah salahin gue. Kan ngeselin.
"Kamu bilang Gracia yang jahat dan nakalin kamu. Buktinya? Kamu malah pergi sampe larut malam. Kemana aja kamu?! Mana cewek yang sering kamu ajak tidur bareng itu?!"
"Apaan sih. Gaje. Males bahas Gracia terus!" gue jawab sambil lepas sepatu.
"Jawab! Mana cewe yang sering tidur sama kamu?!"
"Gak ada!"
"Gak usah bohong kamu! Selama ini ada cewe yang selalu tinggal dan tidur disini. Siapa dia?! Jawab!"