Dua tahun berlalu, nama Shani kembali melambung. Berita tentang Shani Indira menyebar. Nama Indira berubah menjadi Shani di seluruh majalah bahkan berita. Berita terakhir saat dia hilang dan memutuskan kekasih sejenisnya. Kini sebuah berita baru menyebar, Shani dekat dengan Boby. Dia seorang sutradara asal Bali. Kedekatan mereka mulai tersebar di jejaring sosial bahkan media lain. Hingga Viny melihat berita itu hampir di setiap media masa.
Viny yang tengah duduk di depan Sinka mulai tersenyum getir. Akhirnya Viny menemukan keberadaan Shani. Banyak media memuat tentang gadis yang sekarang menjadi pemain drama tersebut.
"Kak? Kenapa sih?" tanya Sinka saat sadar raut Viny berubah menjadi sedikit sendu. Viny mematikan ponselnya lalu menggeleng lambat. Detik selanjutnya dia mengusap lembut pucuk kepala Sinka. Lalu mencubit sedikit pipi gadis gendut itu.
"Pulang yuk," ajak Sinka sambil berdiri. Viny yang menyetujui itu ikut berdiri.
Angin malam di tepi pantai cukup membuat mereka merasa dingin. Namun, Viny sedari tadi enggan beranjak. Kali ini dia mau menuruti ajakan Sinka. Liburan kuliah mereka habiskan di Bali. Saat melangkah Viny berpikir dan berdoa agar bisa bertemu Shani suatu hari nanti. Berita gadis yang dia cinta sudah ia dapat. Tetapi, ada alasan kenapa harus dia sembunyikan rasa senangnya itu.
Sinka menarik tangan Viny menuju kamar hotel. Setelah membuka pintu Viny segera berbaring. Sedangkan Sinka masuk kedalam kamar mandi dahulu untuk membasuh kaki, tangan, dan wajah lalu menyusul Viny.
Sinka melompat ke kasur, langsung memeluk Viny yang baru saja terlelap. Karena kaget gadis itu terbangun.
"Kaget dut,"
"Ya maaf sih Kak," jawab Viny sambil terus memeluk Viny dari kiri. Tangan kirinya memainkan ponsel, melihat spam chat dari Cicinya.
Drtt...
"Tibon!!"
"Apaan sih Ci?!"
"Di cari ponakan lu ini. Ngeselin dah!" Naomi, kakak Sinka tampak menunjukan Keanu keponakan mereka.
"Ya Wawa jele!" seru Sinka kegirangan melihat Keanu muncul dari pangkuan Naomi.
"Tibon cini! Wawa ma Tita!" oceh bocah 2 tahun itu.
"Uwh, Baby boy! Tibon kangen huhu," Sinka menampakkan wajah gemasnya.
"Lo ke bali buat ngamar sama si tepos lagi?" tanya Naomi saat melihat Sinka menyandar di bahu seseorang, Naomi yakin itu pasti Viny.
"Anjir!" Viny yang merasa tersebut angkat bicara. Sinka mengarahkan kamera ponselnya menghadap Viny.
"Iya, ngapa? Iri lu gak bisa tidur sama Babang Kinal atau sama si badai lo itu, si Veranda?" tanya Sinka.
"Taek lu!"
"Pos tepos! Jangan lu apa-apain adek gue!"
"Adik lu yang minta di apa-apain," jawab Viny santai.
"Kak, ih jan bongkar dong," geram Sinka pada Viny.
"Ternyata lu sama aja kek gue ya Dut. Sukanya minta duluan. Wkwkwk, gapapa enak kok minta duluan,"
"Dih, ogah di samain kek Cici. Aku mah imut, wle. Cici aja yang gampang on fire,"
"Yain,"
"Tibon ain obil,"
"Iya. Wawa main ma Tita dulu ya. Tibon mau bobok. Dadah!"
Sinka mematikan ponselnya kemudian tidur memeluk Viny. Sementara Viny masih terus manatap langit kamar hotel. Pikirannya malah terulang kembali pada sosok Shani, ucapan Mama dan Papanya serta kenyataan Shani adalah kakaknya.