21

1.3K 90 2
                                    

Shani POV

Aku gak tau apa yang buat Viny bisa ketemu aku lagi. Gak terduga sama sekali. Buku sejarah pun gak mencantumkan itu di dalamnya. Menyenangkan sekaligus menyedihkan.

Rinduku terbalaskan ketika bertemu dengannya. Dia juga merindukanku seperti aku merindukannya. Tetapi, satu hal yang menghancurkan sebuah mimpi besarku yang kembali tumbuh. Keinginan untuk rumah tanggaku nantinya. Satu fakta yang aku baru tau saat bertemu Viny kembali. Dia adik kandungku. Bagaimana aku tak terkejut?

Rasanya hendak pingsan kala itu. Kami sudah jatuh dalam kata cinta. Aku mencintainya. Hingga sekarang pun masih, walau kedudukan secara umum dia adikku. Aku menyukai adik yang lahir dari rahim ibuku. Aku masih teramat sangat berharap dan mencintainya sebagai kekasih.

Dasar aku.

"Udah nunggu lama?" Ah, akhirnya dia dateng juga. Aku berdiri kemudian mengecup pipinya.

"Nggak kok, baru 15 menit," jawabku kemudian menyuruhnya duduk.

Aku lagi dapet job di Jakarta, jadi aku bisa ketemu sama Viny lagi. Project 2 minggu kedepan. Bisa banyak habisin waktu sama Viny kurasa. Ngomong-ngomong dia makin tinggi. Auranya itu loh makin wah aja. Tiap lihat jadi makin cinta.

"Udah pesen?" Tanyanya. Dia kayaknya repot banget bawa barang ini itu. Gak tau namanya yang jelas buat ngedesain.

"Belum sih," jawabku.

Dia berdiri menuju tempat pemesanan. Kayaknya dia lagi sibuk deh, demi ketemu aja sampe mau repot gini. Gimana mau move kalo gini dianya. Terbaik. Love you adekku.

"Nih mochacchino," dia menaruh segelas mochacchino dingin di hadapanku.

"Makasih,"

Benar saja dia kayaknya sibuk. Abis duduk langsung buka tugas di laptop. Dia milih duduk di sebelahku, biasanya di depanku.

"Sibuk?" Tanyaku. Retoris ya?

"Gk terlalu sih," jawabnya. Matanya fokus ke arah layar laptop.

Aku menyenderkan kepala di bahunya. Melihat setiap pekerjaan yang dia lakukan. Aku lihat-lihat ribet emang. Huft!

"Sayangg... Gak kangen aku?? Capek loh dari tempat ambil gambar kesini buat ketemu kamu," rengekku.

"Aku kan udah bilang, aku mau ngerjain tugas," enteng banget sih dia kalo ngomong. Ngeselin deh.

"Iya,"

***

[Author]

"Pulang jam berapa??" Tanya Shani.

"Gak tau," jawab Viny singkat. Sangat singkat bagi Shani.

"Yaudah deh, kalo bisa nginep hotelku aja sih. Tiati ya," Shani mulai unmood mendengar jawaban Viny yang terdengar cuek itu.

"Iya," jawab Viny sebelum keluar dari mobil Shani.

"Vin," panggil Shani. Viny terhenti saat hampir keluar dari mobil. Namun, Shani menarik lengan Viny cepat. Bibirnya dia tempelkan di bibir Viny. Seolah tak peduli situasi Shani melumati bibir Viny dengan paksa. Cengkraman tangannya lebih kuat sekarang, tanpa sadar itu memberikan bekas cukup jelas di tangan Viny.

Shani menutup pintu mobilnya. Sebelumnya dia menarik Viny untuk kembali masuk. Gerakannya mematikan pergerakan Viny. Bibir Shani terus melumat bibir Viny, tanpa balasan dari lawannya sekarang.

Viny sedikit mendorong tubuh Shani menjauh dengan tenaga yang dipunya. Dia masih masih terlampau malah untuk hal ini. Ada satu hal yang sangat mengganjal kali ini di hatinya. Bahkan ini cukup menguras tenaganya. Menjadi cuek ke Shani bukan keinginannya, namun harus dia lakukan sebagai basa basi.

"Kamu kenapa sih cuek banget?" Tanya Shani heran. Tidak biasanya Viny akan menolak ajakan dari Shani.

"Gapapa. Kan aku udah bilang aku lagi capek. Aku lagi gak mau aneh-aneh Shan. Ngerti ya? Sayangku ke kamu gak sebatas sex. Oke?"

"Tapi kamu gak biasanya gini Vin. Kenapa sih?" Shani tetap menyelidik.

"Gapapa,"

"Sinka?!" tuduh Shani.

"Nggak!" Bantah Viny cepat.

"Duduk yang bener", perintah Viny. Shani kembali duduk di tempatnya. Merapikan pakaiannya dan juga lipsticknya.

"Cerita," pinta Shani. Sejurus puppy eye membuat Viny cukup luluh.

"Minggu lalu aku ke Makassar. Aku cerita kita ketemuan lagi. Mama tanya gimana kabar kamu," jawab Viny. Shani hanya mengangguk.

"Aku jawab sesuai dengan kenyataan yang ada. Mama kangen kamu. Dia bilang pingin minta maaf ke kamu," lanjut Viny.

"Udah," timpal Shani atas permintaan maaf sang bunda padanya.

"Farhan dateng. Dia lamar aku, dan aku terima lamaran itu," ucapan Viny seperti petir menggelegar bagi Shani.

Selama beberapa detik dia membeku kaku. Kepalan tangannya mengeras. Tanpa sadar air matanya meleleh mengalir deras melewati pipinya. Tangisan tak henti keluar dari dua keindahan dunia Viny itu.

"Aku serius soal ini. Dia beneran ngelamar aku dan ku terima. Maaf, aku emang ngerasa sangat cukup untuk hubungan kita. Aku rasa emang seharusnya kita menjalani selayaknya adik dan kakak pada umumnya," ucapan Viny menancapkan luka dalam pada Shani. Lagi-lagi Shani merasakan perihnya cinta. Rasa kehancuran itu kembali terulang lagi. Viny melakukan hal itu.

"Sampe kapan pun aku sayang kamu Shan. Hanya nasib kita aja yang gini. Aku gak terlahir jadi seorang laki-laki. Aku cuma wanita biasa. Maaf. Aku rasa kita cukup disini aja ya?" Viny menambahkan kalimat-kalimatnya.

Shani menangis tak henti. Viny pun ikut menangis. Dia sendiri merasa belum rela melepas Shani secepat itu. Baru dua bulan yang lalu mereka bertemu. Sekarang perpisahan kembali terjadi. Bahkan rasanya ini lebih berkemungkinan membuat Shani hancur lebur.

"Setelah lulus nanti aku bakal langsung nikah sama Farhan. Mama juga pingin kamu cepet nikah Shan. Aku saranin, kamu sama Boby," ucap Viny.

"Apa salahku sama Tuhan?! Apa?! Kenapa aku dapet nasib sesial ini!! Emang aku gak boleh marah kalo di mainin gini?! Iya?! Kamu pikir aku cuma pingin mainan aja sama kamu?! Aku serius waktu bilang pingin hidup selamanya sama kamu. Aku serius waktu bilang aku mau jadi istrimu dulu. Tapi, ini? Kamu hancurin semua itu Vin! Aku kecewa!! Lagi-lagi kalian kecewain aku!" Shani sangat membenci suasana dan situasi ini. Dia merasakan kejadian bersama Adit itu terulang lagi.

"Kamu gak ada bedanya sama Adit!!"

"Maaf,"

"KELUARR!!!" Bentak Shani.

Mendengar bentakan itu Viny sembat memejamkan matanya. Selanjutnya dia keluar dari mobil, menghargai permintaan Shani. Otak jiwa Shani kembali hancur hanya karena masalah cinta. Dia merasa di permainkan oleh keadaan. Dia merasa menjadi korban permainan Tuhan.

"ARGHH!! KENAPA HARUS VINY!!" Teriak Shani yang tampak seperti orang depresi. Segala keinginannya terpendam sia-sia. Menjadi abu yang tertiup angin.

Tbc.

Short part. Sorry.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang