22

1.3K 90 5
                                    

"SHAN!!"

Viny segera berlari menuju grombolan para pria yang ada di dalam diskotik itu. Tanpa peduli sapa yang dia dorong saat itu, tenaganya seolah terisi penuh untuk menghancurkan tempat itu. Telpon yang dia dapatkan membuat Viny merasa sangat bersalah atas perkataannya siang tadi pada Shani.

"MINGGIR!!"

Bragh!!

Viny menerobos dan mengandalkan bahunya untuk Shani. Tiga pria itu langsung tumbang di tempat. Viny sangat emosi melihat Shani yang sudah mabuk berat karena minuman beralkohol. Shani hanya mengigau tubuhnya tampak lemas. Sedangkan pakaiannya sudah terbuka beberapa bagian.

"Lo apaan sih buat keributan di sini?!" Seseorang melabrak Viny. Pria itu sangat tidak terima.

Viny memang sudah tak bisa berpikir jernih sekarang. Yang ada di pikirannya hanyalah Shani, Shani, dan SHANI. Sekuat tenaga Viny membopong tubuh Shani. Tangisnya pun tak dapat di hentikan. Melihat pria mabuk itu memainkan tubuh Shani dengan seenaknya membuat Viny murka. Wanitanya di jadikan bahan kebejatan mereka.

"WOY!! TANGGUNG JAWAB ANJENG!!!"

Viny yang sudah hampir sampai mendengar suara itu malah ikut terbawa emosi.

"BACOT ANJENG!!" jawaban Viny membuat suasana tempat itu makin ricuh. Pria yang tak terima dengan perkataan Viny malah menghajar Viny dari samping. Membuat gadis itu terpelanting. Untung saja kepala Shani tidak terbentur di lantai melainkan mengenai sofa empuk.

Viny makin kesetanan melihat Shani hampir saja di buat luka karena pukulan itu. Secepatnya menaruh Shani. Viny malah berhadapan dengan pria itu. Lagi-lagi Viny mengambil barang untuk di pukulkan. Kali ini botol wishky dia pukulkan. Pria itu sempat kosong beberapa saat. Datang sosok lain yang malah ikut menghajar Viny membuat  mulut Viny mengeluarkan darah. Tangan Viny berhasil menarik sebuah kursi lagi. Menghajarkan ke tubuh pria itu hingga terjatuh. Viny segera membopong Shani lagi. Dengan cepat meninggalkan tempat itu dan membawa Shani ke kostnya.

***

"Shan!! Bangun Shan!!" Viny makin kalang kabut melihat Shani yang nafasnya jadi pendek. Dia takut terjadi sesuatu pada Shani nya itu.

Shani malah memuntahkan isi perutnya lagi. Ini sudah kali ke 4 dalam kurun waktu 2 jam. Wajah wanita itu berubah merah.

"Sinka!! Cepetan!!" Viny cukup jengkel karena Sinka tak kunjung menemukan kunci mobilnya.

"Shani... bangun Shan.. aku sayang kamu shan... bangun... aku mohonn.." Viny memeluk erat tubuh Shani yang mengeluarkan cukup banyak keringat.

"AYO KAK!!" Sinka berhasil menemukan kunci mobil Viny di dalam tas.

Viny segera membopong Shani kedalam mobilnya. Sinka yang menyupiri, di belakang ada Viny yang masih berusaha menyadarkan Shani yang makin lemas dan memerah.

Setiba di rumah sakit Viny kembali berlarian menggendong Shani. Perawat langsung menerima Shani dengan kursi roda. Kini wanita itu di bawa ke ruang ICU. Kondisinya memang sangat parah saat itu.

"Jangan masuk!!" Seorang perawat memperingat Viny dengan tegas.

Gadis itu melemas. Tangisnya makin pecah. Pikirannya malah berisi sesaat dokter keluar menemuinya dan mengatakan bahwa Shani sudah tak bernyawa lagi. Hal yang sangat dia takuti. Di sebelahnya ada Sinka yang ikut ketakutan melihat keadaan Shani yang parah seperti itu.

"Dutt.. Shani Dutt..." Sinka duduk di lantai memeluk Viny yang tampak lebih kacau darinya. Dia mengerti sebesar apa cinta Viny pada Shani. Kakak adik yang saling mencinta melebihi perasaan sebagai seorang saudara.

"Kak Vin, udah dong. Shani baik-baik aja. Dia pasti pulih Kak," Sinka berudaha menenangkan Viny.

"Ini salahku Dut," Viny tampak lemas. Tangisnya tak kunjung henti.

Perawat keluar dari ruangan Shani. Dia berdiri di depan bangsal mencari Viny dan Sinka. Sinka yang sadar pun meminta Viny berdiri untuk menemui perawat itu. "Ayo Kak," Sinka berdiri kemudian menarik lengan Viny.

"Gimana sus??" Tanya Sinka.

"Kalian keluarganya?" Tanya perawat itu.

"Saya pacarnya. Eh, maksud saya, saya adiknya Shani. Ada apa?" Perkataan Viny terdengar abstrak. Perawat itu paham suasana hati Viny kini.

"Pasien keracunan alkohol, untuk tingkatan ini pasien memang sudah parah. Banyak alkohol yang di konsumsi. Darah pasien akan di cek di lab. Semoga tidak ada komplikasi lain. Saat ini status pasien koma. Mungkin akan terjadi hingga 3 hari kedepan atau lebih. Tapi tak akan lebih dari dua minggu," ucap si perawat. Viny makin merasa bersalah. Otak Viny berputar pada masalahnya sendiri dan juga Shani.

"Shan, maafin aku," lirih Viny sebelum pingsan.

***

Viny membuka matanya. Sinka duduk bersama Naomi dan Kinal di sebuah sofa. Gadis itu malah ikut di rawat di rumah sakit. Namun hanya di biarkan berbaring tanpa ada tempelan apapun, seperti infus atau sebagainya.

"Udah bangun kak?" Sinka menutup bukunya kemudian beranjak menghampiri Viny.

Kinal yang baru di suapi Naomi juga ikut beranjak. Dia tau masalah yang Viny perbuat mengundang banyak mata publik. 2 jam mereka bertiga berurusan dengan wartawan. Benar-benar hal yang melelahkan.

"Masih pusing?" Tanya Sinka melihat Viny sedikit memijit kepalanya sendiri. Viny mengangguk.

"Kalian bikin heboh media massa. Gue bingung kalian tuh ngapain gitu loh sampe bisa ribut di club segala? Gila sumpah. Parahnya lo bikin rusak tuh tempat banyak yang luka juga. Kemasukan apaan lu?" Tanya Kinal. Belum berkenalan namun sudah memarahi Viny saja, itulah Kinal.

"Sorry gue gak tau, gue emosi Shani di lecehin disana. Gue gak terima cowo-cowo itu sentuh badan Shani. Manfaatin Shani yang lagi mabuk berat gitu," jawab Viny lemas. Tenaganya benar-benar habis.

"Ck! Lo bego sih. Untung punya kenalan pengacara. Coba kalo nggak, bisa di penjara langsung lu!" Omel Naomi.

"Ci, bisa gak sih gak ngomelin Viny. Lagi sakit masih aja di omelin," tegur Sinka. Dia tidak terima melihat Viny selalu di rendahkan oleh kakaknya itu.

Cklek...

Jelita, Bonbon, serta Tria ikut memasuki ruang rawat Viny. Begitu juga dengan seorang suster yabg merawat Viny 2 jam lalu.

"Ada keluhan mbak?" Tanya sang suster. Viny menggeleng, "Nggak ada,"

"Ini dari dokter ada vitamin, di minum  3 x 1 hari," ujar si suster sembari memberikan obat itu pada Sinka.

"Makasih sus," balas Sinka.

"Sus, gimana keadaan Shani?" Tanya Jelita.

"Maaf, itu bukan tugas saya jadi saya kurang tau soal itu. Permisi," suster itu meninggalkan ruangannya. Semua terdiam tak berani berbicara kecuali Kinal dan Bonbon.

"Paling Shani 3 hari sampe seminggu sih. Gue pernah dulu gitu, sampe kecelakaan juga. Santuy sih," celetuk Kinal tanpa rasa iba sedikitpun.

"Ye, makan apaan lu? Enteng banget dah kalo ngomong," sahut Bonbon.

"Udahlah, gak usah lebay. Gue yakin sebelumnya Shani gak pernah mabok banget kan? Paling pusing dikit pingsan. Lihat aja abis ini. Tuh badan bakal kuat sama alkohol,"

"Pacar lo otaknya ada apa gak sih ci?Heran gue lama-lama!" Omel Sinka. Dia memang kesal mendengar ocehan Kinal yang benar-benar tampak menggampangkan masalah Shani.

Tbc.

Pernah nemu orang kek Kinal?

Gaje gk sih nih part??

Bingung mau kuliah dimana 😪
Jadi pikiran 😣

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang