Setelah kejadian malam itu Alecya dan Jevandra benar-benar sedang melangsungkan perang dingin, mereka hanya berbicara sekenanya saja jika diperlukan dan jika di hadapan Yuno dan Jeano, namun ketika kedua anaknya menjauh atau bahkan sudah pergi ke sekolah, jangankan berbicara, berhadapan pun sepertinya enggan.
Dan meskipun sedang perang dingin Alecya tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri yang mengurus suami mulai dari membangunkan Jevandra, menyiapkan baju kantor, menyiapkan sarapan, bahkan tetap menyalimi tangan Jevandra saat suaminya itu pergi ke kantor.
Tapi sepertinya perang dingin hari ini agak sedikit terganggu karena kehadiran Jeden yang datang bersama dengan Jeano. Bungsu itu pulang lebih awal karena Yuno masih dalam masa uji coba ujian dan Jevandra pun juga tiba-tiba sudah pulang pada jam 15.00 sore padahal sebelumnya masih sering pulang larut malam.
Jelas Ale harus berhati-hati dalam bertindak di depan Jeden dan Jeano, tapi sepintar-pintarnya Ale menutupi akan tetap kalah dengan Jeden yang memiliki kepekaan tinggi. Anak itu paham jika Tante dan Omnya sedang berselisih terbukti ketika keduanya berpapasan di tangga sama sekali tidak ada yang menyapa bahkan saling melirik pun tidak.
Tapi Jeden pun juga paham kondisi jadi ia tetap diam saja, tetap berperilaku seperti biasa agar Ale dan Jevandra juga tidak curiga terhadapnya. Bahkan anak itu sekarang masih asik bermain game dengan Jeano di ruang tengah meskipun sesekali kepo dan melirik-lirik ke arah meja makan.
"Jean." panggil Jeden dengan suara yang pelan.
"Hah?" jawab Jeano yang masih fokus dengan game.
"Ayah Bunda berantem?"
"Iya kayanya, udah empat hari saling sinis." jawab Jeano.
Bahkan Jeano sendiri merasa jika kedua orang tuanya sedang bertengkar.
"Beneran berantem deh kayanya orang gak ada ngomong sama sekali padahal kan Ayah tipe cowok bucin." kata Jeden.
Jeano langsung menjeda gamenya.
"Iya kali kak? Jean cuma lihatnya sinis aja gitu, judes, apa lagi Bunda." kata Jeano.
"Jangan banyak berulah lo kalo gitu, Bunda kalo marah kan serem." kata Jeden.
Jeano langsung mengangguk.
"Assalamu'alaikum Yuno pulaaaang!"
Pintu samping terbuka dan muncul seorang Yuno Sanjaya.
"Sshhhhttttt." desis Jeden.
"Apaan dah lo?" tanya Yuno.
"Sini." Jeden mengayunkan tangan bermaksud meminta Yuno mendekat.
"Ayah udah di rumah?" tanya Yuno sambil mendekati Jeden dan adiknya.
"Udah dari jam tiga." jawab Jeano.
"Tumben, biasanya sama Abang duluan Abang." ujar Yuno.
"Ayah sama Bunda lagi berantem tau." kata Jeano.
"Beneran jadinya berantem?" tanya Yuno.
"Tuh kata kak Jeden gitu." balas Jeano.
"Kok lo tau tau aja Jed?" tanya Yuno.
"Orang sejak Ayah pulang tadi Bunda gak ada yang kaya menyambut Ayah dengan suka cita, gak ada gombalan cringe ala bapak bapak bucin yang biasa Ayah lakuin ke Bunda." jawab Jeden dengan sedikit lebay.
"Sebenernya beberapa hari yang lalu denger mereka ngomong suaranya kedengeran kaya marah-marah apa lagi Bunda, tapi gak tau kalo ternyata beneran sampai berantem." kata Yuno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Scars -JJH- ✔️
FanfictionBOOK I Ketika kebahagiaan palsu terasa menyenangkan, sebuah kisah cinta dan pengkhianatan yang terjadi hingga membuat semuanya harus berakhir.