Dalam gelapnya lorong di club 365, lelaki jangkung itu menghempaskan tubuh Kai pada dinding dingin club. Kai mengerang kesakitan sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Chanyeol dari pergelangan tangannya, tapi si menara itu terlalu kuat untuk ia lawan.
De javu.
Ini seperti malam itu, saat ia meronta ketika Chanyeol mengurungnya di antara badan kekarnya dan ranjang empuk. Satu hal yang berbeda kali ini adalah, Chanyeol tidak mabuk dan Kai-lah yang sedikit oleng.
“Lepaskan aku.”
"Apa yang kau lakukan disini?" Tidak biasanya Chanyeol berbicara dengan Kai seperti itu, dengan nada dingin dan mengintimidasi.
"Sejak kapan kau mulai peduli padaku, Chanyeol? Pergi saja sana, bercumbu dengan si jalang yang kau peluk tadi. Tinggalkan aku sendiri. Aku punya urusan yang harus diselesaikan." Ia menjawab sambil membalas tatapan marah Chanyeol dengan tak kalah dingin.
"Urusan apa? Menggoda Sunny?" Chanyeol tertawa pahit. "Maaf tapi kau dan aku harus bicara."
"Tidak ada yang harus kita bicarakan. Lepaskan aku." Desisnya.
“Oh benarkah, kita tidak punya sesuatu yang harus kita bicarakan? Kau menghindariku seperti wabah penyakit sejak malam itu! Jadi bagaimana? Bukankah kita harus bicara? Karena aku tidak bisa memahamimu!"
“Great, awesome, Park Chanyeol. Siapa yang menghindarimu? Kalau ada yang menghindar di antara kita itu kau! Kau menjauhiku, jadi jangan berani-berani kau menyalahkanku atas pertemanan kita yang jadi seperti ini!" Ia menyikut dada Chanyeol.
“Itu karena aku hampir meniduri sahabat baikku!"
"Kau pikir cuma kau yang merasa tersiksa, Chanyeol? Kau pikir aku tidak merasa tersiksa juga?"
"A-aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku mabuk, Jongin. Aku panik ketika melihatmu telanjang di sebelahku. Aku tidak bermaksud untuk menendangmu keluar dari apartemen."
Kai tertawa pahit dan melepaskan tangannya saat ia rasakan cengkeraman Chanyeol melemah. "Yeah, aku mengerti. Sungguh, aku mengerti kalau kau panik tapi aku tidak bisa menerima apa yang kau katakan malam itu."
“Aku tidak bermaksud—“
“Aku mengerti kalau orang-orang mengataiku gigolo, murahan, atau apapun itu. Aku paham… Tapi kalau kau yang mengatakannya… Kau memanggilku pelacur murahan, dan pemerkosa? Itu melukaiku, Chanyeol. Kau, temanku sendiri, mengataiku seperti itu? Rasanya sangat sakit."
Ia ingin berlari mengejar Kai dan meminta maaf, mungkin sambil menariknya ke dalam rengkuhannya dan memeluknya erat. Hanya saja ia tidak punya keberanian untuk melakukannya. Ia membeku di tempatnya, memikirkan apakah ia telah melakukan hal yang benar atau tidak.
Ia bahkan tidak mengerti dirinya sendiri. Terlalu banyak hal yang terjadi setelah malam itu. Ia tak sebodoh yang Kai pikir. Ia ingat dengan jelas apa yang terjadi saat itu, ia hanya terlalu takut untuk menerima fakta bahwa ia menyukai setiap ciuman yang mereka bagi dan setiap sentuhan yang mereka lakukan.
Heck, mereka adalah teman. Ia mencoba mengabaikan perasaannya berkali-kali, tapi hatinya selalu sakit dan ia tidak mengerti kenapa.
Segera setelah Kai menghilang dari pandangannya, Chanyeol meninju dinding kamarnya. Tidak peduli tangannya berdarah bahkan mematahkan jari-jarinya. Ia hanya ingin mengungkapkan kesedihan dan rasa hampa dalam hatinya.
Kenapa? Mungkin dia hanya denial. Mungkin ia telah menyukai Kai dari dulu, tapi terbutakan oleh obsesinya pada Byun Baekhyun.
Tidak. Kami sahabat… dan sahabat tidak jatuh cinta satu sama lain.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
The S Name [Translated Story]
FanfictionLuhan bertemu pujaan hatinya, seorang lelaki tampan berkulit pucat dengan tahi lalat di leher, persis seperti yang dikatakan peramalnya. Sayangnya semua tidak berjalan lancar seperti yang ia mau... The original story belong to taedaebae (AFF) (link...