"Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Hello, Sehun? Ini Luhan… Uhm… Kalau kau sudah dengar pesan ini, telpon aku ya?"
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Hai, Sehun… hahaha… Apakah kau masih sibuk? Oh, aku mengerti kalau memang masih sibuk… Kalau kau ingin tahu, aku baik-baik saja sepertinya… uhh… bisakah… kau meneleponku… please?"
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Sehun, kau masih ke kampus kan? Aku mencarimu… A-a-a—uhm… tidak jadi. Jaga dirimu, okay?"
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Kau dimana? Jaga dirimu, okay? Sudah tiga hari dan aku—…"
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Kau tahu? Aku diterima sebagai penyerang di tim sepakbola! Hebat kan?! Oh my God, Sehun! Aku akan bertanding bulan depan! Aku tidak sabar! ...A—aku harap… Uhm… Kai dan Chanyeol, kau ingat mereka? Sekarang mereka pacaran. Uhm… Bisakah kau menemuiku? Kau sudah tidak terlihat selama lima hari…"
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Kau tau sekarang hari apa? Tararararararan—hari ke 21 kita pacaran! Yehet! Satu minggu lagi, dan kita bisa merayakan monthsary, Oh Sehun!”
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. S-Sehunnie… Kamu dimana...? A-aku merindukanmu...”
“Aku sedang sibuk. Tinggalkan pesan setelah bunyi beep. Hello, Sehun… kalau kau masih—YAH! Kembalikan, Kai!” Luhan mencoba mengambil ponselnya, tapi tubuh Kim Jongin yang lebih tinggi serta tangannya yang panjang membuat Luhan kesulitan untuk meraih ponselnya.
“Kau mengirimkan pesan suara hampir tiap jam, hyung. Itu menyebalkan.” tukas Kai.
“Sayang~ biarkan saja. Sini duduk lalu makan cake gratis.” kata Chanyeol sambil mengunyah cake strawberry yang dibelikan Luhan.
“Aish. Kalian juga seperti ini seminggu yang lalu! Kalau saja kalian di posisiku pasti—asdgfnkhncsdfv” Kai menyuapi sesendok penuh cake ke mulut Luhan, memaksanya berhenti menggerutu.
“Kembwalikwan pwonshelmxhjev!!”
“Apa?”
“Ponselku!”
“Nope. Tidak. Tidak kecuali kau berjanji untuk berhenti menelpon bocah blonde itu.”
“Aku harus menelponnya!”
“Kau. Makan. Tidak boleh pegang ponsel. Kau melewatkan makan siangmu hanya untuk mengkhawatirkan bocah itu. Nanti dia juga datang sendiri.”
“T-tapi…”
“Hyung.” kata Kai dengan nada serius.
“Baiklah! Aku akan makan dulu lalu setelah itu kembalikan ponselku.” Keluh Luhan mengalah.
Kai menyeringai senang dan duduk di samping Chanyeol. Ia menyelipkan ponsel itu ke sakunya, jauh dari jangkauan Luhan. Luhan mengerucutkan bibirnya dan kembali ke posisinya semula, berpikir apakah ia bisa merebut ponselnya dari Kai dan menelpon Sehun.
“Psh, kalian juga seperti ini, beberapa hari yang lalu.” Ia terus menggerutu sambil menusuk-nusuk cake di depannya.
“Itu masalah lain, hyung. Jangan kaitkan kami dengan kisah cinta buatanmu. Kisah Jonginie dan aku lebih hebat dari buku romantis manapun yang pernah ditulis, kisah kami terlalu hebat sampai sampai pembaca akan serangan jantung karena fluff dan angstnya, ya kan sayang?” ujar Chanyeol.
“Aku tidak kenal kamu.” jawab Kai datar.
“Awwww. Jangan seperti itu. Kau bertingkah seperti kau tidak menyukai kisah cinta dramatis kita yang seperti film! Apakah kau malu menunjukkan pada dunia bagaimana kisah kita yang dari sahabat lalu pacaran serius? Kau malu? Malu? Tidak, kan? Kan?” Chanyeol mencebikkan bibirnya. Kai memutar bola matanya, menyesap Americano dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The S Name [Translated Story]
FanfictionLuhan bertemu pujaan hatinya, seorang lelaki tampan berkulit pucat dengan tahi lalat di leher, persis seperti yang dikatakan peramalnya. Sayangnya semua tidak berjalan lancar seperti yang ia mau... The original story belong to taedaebae (AFF) (link...