27. Adorable Baozi

415 72 23
                                    

“Sudah selesai.” kata pegawai salon sambil menepuk-nepuk debu dari baju Sehun. Ia melemparkannya senyum melalui cermin sebelum pergi ke meja kasir untuk memeriksa tagihan Sehun.

Lelaki itu menyentuh rambutnya yang baru saja diwarnai, mengatur poninya dan tersenyum. Warna coklat memang paling cocok untuknya. Warna yang tepat untuknya yang telah jadi seorang ayah. Selain itu, sudah tidak ada gunanya memberontak dengan menggunakan rambut blonde.

Ia membayar tagihannya sambil tersenyum ramah pada stylist noona sebelum keluar dari salon.

Ia tidak sabar untuk menunjukkan rambut barunya pada putranya Ilhoon. Sehun meloncat-loncat sebelum akhirnya berlari kecil pulang ke rumah. Bibirnya mengulas senyum yang biasanya jarang terlihat di wajahnya. Ia yang dulu bahkan sempat lupa caranya tersenyum... Tapi sekarang semua sudah berbeda. Ia bahagia… akhirnya ia punya alasan untuk hidup.

Luhan.

Senyumnya memudar, langkahnya melambat saat mengingat sosok lelaki dengan surai tembaga itu, mengingat senyum manis yang selalu ia berikan padanya. Jantungnya berdenyut sakit, tangannya berkeringat. Pesan suara terakhir Luhan membuatnya hampir menangis malam itu.

Ia bahagia.

Ia pura-pura bahagia.

Bagaimana bisa ia memberengut di depan Ilhoon?
Ia melihat kursi di bawah pohon di taman, jauh dari hiruk-pikuk kota. Ia butuh tempat yang tenang untuk berpikir… dan mengambil keputusan.

*

Bertemu Luhan adalah sesuatu yang tak pernah Sehun perkirakan. Ia bahkan tidak pernah terpikir seseorang akan jatuh dan mendaratkan muka tepat di selangkangannya, ia tidak pernah terpikir juga akan mengakui orang itu sebagai kekasihnya. Itu bukan hal yang biasa untuk dilakukan seorang Oh Sehun.

Tapi itu adalah hal yang baik.

Ia bahagia.

Sejak kencan pertama mereka —kencan es krim, ketika Luhan menangis hanya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Sehun mendesis ketika ia melihatnya di lapangan sepak bola. Dasar cengeng, batinnya. Dan orang yang cengeng adalah hal yang paling ia benci. Tidak pernah terpikir dalam benaknya kalau ia akan menyeruak di antara keramaian, menggenggam pergelangan tangan lelaki itu, mengumumkan pada semua orang kalau ia adalah kekasihnya, dan menyeretnya keluar untuk membeli es krim.

Air mata Luhan menggugah sesuatu di dalam hatinya, membuatnya dengan otomatis ingin melindungi lelaki itu dalam pelukannya.

Luhan yang sedang menangis itu... sangat menawan.

Meskipun tetap bertahan dengan wajah dingin, Sehun diam-diam tersenyum pada dirinya sendiri. Seolah memenangkan lotre, sang malaikat kampus berada di sampingnya, dan ia lemah pada hal-hal imut. Contohnya saja ia punya rilakkuma kecil bernama Pinku Pinku. Luhan yang imut benar-benar membuatnya lemah.

Teman-teman Luhan terkenal sebagai preman kampus. Memelototi semua orang yang berani mendekati Luhan dan siap meninju siapapun yang berani menyentuh kulit putih saljunya. Kai dan Chanyeol yang sering disebut "Penjaga Sang Malaikat" selalu berada di samping Luhan kemanapun ia pergi.

Sehun menganggap dirinya beruntung. Ia bertemu dengan rusa fajar itu tanpa penjagaan.

Ia juga berterimakasih pada Daeun, si jalang itu, karena telah kembali ke dalam hidupnya. Secara tidak langsung wanita itu membuat Sehun mengambil keputusan jelek terbaik dalam hidupnya.

Ciuman pertama mereka begitu murni dan manis. Hanya sebuah kecupan ringan di pipi, sebagai tanda terimakasih dari Luhan. Sangat sederhana tapi tanpa Luhan ketahui, ciuman itu memberikan Sehun kebahagiaan yang tak terhitung, membuatnya tak bisa tidur semalaman.

The S Name [Translated Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang