Happy Reading
.
.
.
Plak.
Satu tamparan Wonwoo terima dari tangan mulus sang ibu hingga membuat pipi tirusnya memerah. Sakit dan panas dirasanya, namun lebih sakit lagi hatinya yang begitu terluka. Ini adalah tamparan pertama dari ibu yang melahirkan seumur hidupnya. Wonwoo berpikir dalam kesakitannya bahwa ia memang berhak mendapatkan balasan dari apa yang telah diperbuatnya. Ia telah berbohong kepada semua orang yang bahkan sangat dekat dengannya.
Air matanya kembali meluncur deras tak bisa dibendung lagi. Sungguh ia menjadi terpojokkan seolah apa yang menimpa Minwoo adalah salahnya. Padahal kenyataannya bukan seperti itu. Bahkan apa yang dilakukannya kali ini adalah permintaan Minwoo. Tapi mengapa semua orang menyalahkannya dan begitu membencinya atas semua ini ? Apakah tindakannya ini salah ? Meskipun ini demi kebaikan sang kakak ?
Wonwoo terus menunduk tak berani menatap wajah mereka yang menatapnya. Nyonya Jeon terus saja mengguncangkan kedua bahunya dengan tangisan yang begitu keras. Wonwoo tahu bagaimana perasaan sang ibu yang harus melihat anaknya tiba-tiba saja terbaring kaku tanpa tahu penyebab awalnya. Jadi ia hanya terus diam sampai----
"Appa sangat kecewa sekali padamu, Wonwoo. Bagaimana bisa kau terus diam dan tidak memberitahu kami bahwa Minwoo sakit ? Apakah appa pernah mengajarimu hal seperti ini hemm.." Tuan Jeon berhasil membawa Wonwoo keluar dari ruangan rawat Minwoo dan membiarkan Nyonya Jeon yang mencoba ditenangkan oleh Mingyu.
Sekilas Wonwoo lihat tatapan Mingyu kepadanya yang begitu membencinya dan seolah dirinya ini tak bisa termaafkan, "___tegakkan kepalamu, Jeon Wonwoo !!" tambah Tuan Jeon yang hatinya sudah mulai tidak bisa tenang saat melihat anak yang selama ini disayanginya ini terus diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tuan Jeon merasa apa yang dilakukan Wonwoo ini salah besar. Anaknya ini telah membuatnya begitu kecewa seolah apa yang selama ini ia berikan kepadanya tak berarti apapun. Wonwoo bahkan lebih dekat dengannya dan selalu bersamanya. Tetapi mengapa Wonwoo seperti ini kepadanya ? Apakah ini adalah balasan Wonwoo atas kebaikannya dan tidak ingin ada saingan lagi ? Oh sungguh selama ini ia tidak pernah mengajarkan anaknya seperti ini.
Bruk.
Wonwoo menjatuhkan kedua lututnya dan memohon kepada ayahnya. Bahkan kedua tangan bergetarnya menggenggam erat kedua kaki sang ayah. Air matanya terus mengalir dengan isakan yang memilukan. Ia memang salah, tapi bisakah ayahnya ini tidak terus menyalahkannya ? Ia membutuhkan satu orang yang bisa mempercayainya dan juga membelanya. Ia memang lebih dekat dengan ayahnya, tetapi dugaannya salah. Bahkan ayahnya ini tidak senang dengan dirinya. Ayahnya seolah menjauh dan tak bisa diraih.
"Aku memang salah, Appa. Aku mohon jangan terus menyalahkanku. Aku hanya memilikimu seorang dan___"
"Tidak. Appa sudah tak bisa lagi mempercayaimu. Kau sudah membuat appa kecewa, Wonwoo-ya. Sebaiknya kau pergi dan jangan menemui Minwoo lagi atau pergi kemari."
Tuan Jeon kembali masuk kedalam ruang rawat Minwoo meninggalkan Wonwoo yang masih berada diluar. Ia tidak peduli lagi dengan anaknya yang satu itu. Yang Tuan Jeon pikirkan sekarang adalah kondisi Minwoo. Ia memang tidak terlalu dekat dengan Minwoo, tapi bukan berarti ia tidak menyayanginya. Bahkan ia sangat menyayanginya seperti Wonwoo. Dan sekarang ia merasa begitu hancur karena telah gagal menjadi seorang ayah yang tidak mengetahui kondisi anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Him [SVT / END]
Fanfiction"Aku bukanlah dirinya yang bisa membahagiakanmu dan menjadi seseorang yang selalu berada disisimu. Aku Jeon Wonwoo, bukan Jeon Minwoo." - Jeon Wonwoo.