Happy Reading
.
.
.
Belum sampai Nyonya Jeon memeluk tubuh anaknya---Wonwoo, suara dari belakangnya telah membuat fokusnya tertuju pada benda terjatuh itu. Ia membalikkan tubuhnya dan terkejut dengan yang dilakukan Ahjumma Park. Selama ini wanita paruhbaya itu telah lama bekerja dirumahnya tidak pernah melakukan kekacauan barang sedikitpun. Tapi mengapa ? Kali ini telah sukses membuat dirinya terkejut. Dan lagi raut wajahnya yang telah berubah antara terkejut juga takut. Ada apa ini ? Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya mengenai wanita paruhbaya itu.
Nyonya Jeon kembali menatap Wonwoo yang hanya diam dengan pandangan bingungnya. Ia tahu apa yang tengah Wonwoo pikirkan sekarang. Anak bungsunya ini pasti juga terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ahjumma Park. Dan ia begitu bodoh karena tidak sadar jika Wonwoo tidak bisa melihat. Ya. Itulah yang selama ini menghantui pikirannya. Anaknya tidak bisa melihat atas kesalahannya dimasa itu. Seandainya ia tidak membiarkan Wonwoo pergi, mungkin Wonwoo masih bisa melihat indahnya dunia. Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang ? Rasanya mustahil jika dirinya meminta kepada Tuhan untuk mengembalikan waktu ke masa itu.
"Eomma..." suara yang telah lama ingin didengarnya telah sukses membuatnya tersadar dari lamunannya. Terlihat jelas kedua tangan Wonwoo yang mencoba mencari keberadaannya. Dan detik itu pula air mata tak bisa dibendungnya. Ia menangis begitu deras dengan hati yang bertambah sesak.
Tak berkata. Nyonya Jeon langsung memeluk tubuh Wonwoo begitu erat. Ia benar-benar menangis dalam pelukan anaknya, tak peduli jika Wonwoo membenci dirinya yang menangis seperti ini. Lama mereka berdua berpelukan, Wonwoo bahkan tak berhenti mengelus punggung ibunya untuk menenangkannya. Walaupun ia juga tak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir.
"Maafkan eomma sayang. Semua ini salah eomma." gumam Nyonya Jeon seolah tengah menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan semua orang disana kecuali Ahjumma Park merasa tersentuh dengan perkataan Nyonya Jeon. Sangat tulus sekaligus menyakitkan hati mereka.
Wonwoo menggeleng cepat. Tidak. Ini bukan salah ibunya. Keluarganya tidak ada satupun yang harus disalahkan. Apa yang menimpanya adalah Takdir dari Tuhan yang mencoba memberikan suatu ujian untuknya. Bahkan ia tidak pernah meminta kepada sang pencipta untuk mengembalikan waktu kesaat dimana ia hampir meregang nyawa. Malah sekarang ia hanya bersyukur karena masih bisa berkumpul bersama keluarganya lagi, meskipun indera penglihatnya tak berfungsi.
Nyonya Jeon melepaskan pelukannya dan menatap wajah anaknya. Tanpa ragu ia menghapus jejak air mata pada kedua pipi tirus anak bungsunya. Ditatapnya sangat dalam kedua mata yang telah kehilangan sinarnya itu. Nyonya Jeon merasa aneh saat Wonwoo berjalan menjauh darinya dan lebih memilih mendekati Ahjumma Park yang masih diam terpaku tak jauh dari tempatnya berpijak. Wonwoo mencoba terus berjalan meskipun ia sangat kesulitan. Bahkan semua orang disana merasa takut jika Ahjumma park mencoba menyakitinya lagi.
"Ahjumma... Apa kau masih ingat saat kau mendorongku hingga membuatku seperti ini ? Aku lihat kau merasa bersalah saat itu." perkataan Wonwoo seketika itu membuat Ahjumma park melangkah mundur. Mengapa Wonwoo berkata seperti ini dihadapan orang asing ? Ah mengenai orang asing rasanya sangat salah. Bahkan dari orang yang berkumpul disana ada sosok laki-laki yang teramat dibencinya, siapa lagi jika bukan Kim Mingyu. Laki-laki yang disukai oleh mendiang anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Him [SVT / END]
Fanfic"Aku bukanlah dirinya yang bisa membahagiakanmu dan menjadi seseorang yang selalu berada disisimu. Aku Jeon Wonwoo, bukan Jeon Minwoo." - Jeon Wonwoo.