3. Kebencian.

1.1K 141 11
                                    

"Perasaan itu bisa ga di request? Meminta membenci orang lain misalnya?"

-Sabrina-

*****

Jika malam tadi dia tidak begadang nonton drama Korea saran dari sahabatnya, mungkin sekarang gadis itu tidak akan selelah ini karna berlarian dari gerbang sampai kelas dilantai dua, sebelah kiri diujung koridor.

Sedikit melelahkan karna hari senin ini, dia berpuasa.

Pagi ini sangat cerah, melihat langit berwarna biru gadis dengan senyuman merekah tak hentinya mengucapkan tahmid, ia teringat hadist yang mengatakan.

"Barang siapa yang membaca subhanallahi wa bi hamdihi sebanyak 100 kali dalam sehari, dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih dilautan." (HR. Bukhari 6405 & Muslim 2691.)

Mashaa Allah.

"sabrina, ngapain masih disini? Cepat kebawah! Kamu mau upacara apa tidak?!"

Suara itu, suara dari mulut yang tidak berjakun tapi mirip suara laki-laki yang berjakun.

"Iya buk."

Tak ada yang lebih bisa Sabrina ucapkan selain dua kata itu saja.

Dia Sabrina Humairah Putri, gadis berumur 17 tahun itu tumbuh menjadi gadis yang cantik, masih dengan pipi chubby. Bulu matanya lentik, menambahkan kesan pesona kala dirinya tersenyum.

Sabrina langsung kembali kebawah, tepatnya ke lapangan upacara. Meskipun panas yang terik pagi itu, tak membuat Sabrina mengutuk karna memutuskan untuk berpuasa. Jadi, panas atau pun tidak, tak terbesit untuk membatalkan puasanya.

"Woi Rin, sini!"

Namanya Alifya Renata. Gadis ceria, jago matahin tangan cowok yang selalu menggoda Sabrina. Masih belum memilih berhijab seperti Sabrina. Rambutnya kecoklatan sebahu itu, membuat wajahnya terlihat imut dan berseri.

Tapi satu hal yang orang lain takuti kepadanya, Alifya adalah atlet Taekwondo. Alifya bukan tipikal cewek jaim. Malah dia apa adanya baik didepan sahabatnya, ataupun semua orang.

"Kok baru dateng?" Alifya berbisik karna upacara pembukaan untuk semester dua baru saja dimulai.

"Sebelas IPA dua kenapa masih ribut?" tegur guru killer di depan mereka sambil sedikit berteriak.

"Diam, atau keluar dari barisan!" lanjutnya.

Padahal Alifya sudah mengecilkan volume suaranya, tapi mengapa masih terdengar?

Setelah merasa aman, Sabrina menjawab, "Kesiangan, karna drama."

Sabrina tidak fanatik soal drama Korea, Sabrina malah tidak pernah suka untuk mengikuti Drakor. Karna 2 minggu kemarin libur semester, Sabrina sempat suntuk hanya dirumah saja dan minta saran kepada Alifya untuk melakukan kegiatan apa. Saran Alifya ya itu, nonton drakor.

"Mampus. Pasti ketagihan."

Jujur Sabrina memang suka drama request dari Alifya itu, tapi Sabrina sadar tidak tontonan yang baik untuk dirinya. Mengingat karna drama itu, dia menjadi lalai.

"Ga mau," jawab Sabrina bergedik ngeri. Jangan sampai.

Setelah itu mereka mengikuti upacara dengan khitmat.

*****

Di umur 17 tahun, banyak hal yang baru kita alami bukan? Bahkan diumur itu kita dituntut untuk memutuskan sesuatu sendiri, tanpa fikir panjang terlebih dahulu. Umur yang labil, rentan sekali dengan lingkungan. Menuntut kita untuk belajar lebih dewasa lagi. Dan itu, sedang Sabrina alami.

Sabrina [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang