11. Senyuman perpisahan.

620 75 2
                                    

"Jika perpisahan bisa mendewasakan. Lantas, mengapa masih berpisah dengan kesedihan? Berilah senyuman perpisahan, itu lebih baik untuk menjadi mengesankan.

-Sabrina-

*****

Hari minggu pagi, hari yang berbeda pada minggu sebelumnya. Karna minggu kali ini, Sabrina bisa melihat wajah kasur Sabrin. Rasanya masih aneh saja, apalagi Sabrin hanya tidur dengan celana pendek tanpa baju.

Sabrina juga heran, kenapa cowok mandi bentar doang tapi bisa wangi banget? Giliran cewek udah luluran, perawatannya banyak, tapi masih kalah wangi sama cowok. Aneh. Ini yang dinamakan tidak adil.

Seperti pagi ini, Sabrin mengatakan wajah Sabrina masih kucel dan berantakan. Membuat Sabrina mengambil cermin kecil ditasnya. Sedetik kemudian Sabrina menoyorkan kepala Sabrin.

"Sembarangan!"

"Kok baju kita kembaran gini sih?"

Pertanyaan Sabrin membuat Sabrina melihat kearah baju yang dipakai Sabrin. Sabrina merindukan kelakuan kecil seperti ini dari Sabrin. Rasanya, mulai pagi ini akan membuat Sabrina semangat menjalani hari kedepannya. Karna kini, Sabrin ada untuk Sabrina selama 24 jam. Sabrina telah menemukan semangat hidupnya kembali.

"Kan kita emang kembar bego," ujar Sabrina sambil menalikan sepatunya.

"Oiya, kirain kita titisan jodoh."

"Bodo!!"

Sabrin tertawa, Sabrina menggemaskan. Zaky dan Zahra sudah ada didalam mobil, mereka akan melepaskan kepergian Dhini dan Jimmy ke Malaysia. Dan Sabrin akan tinggal disini untuk selamanya.

"Bang Zy mana? Kok belum keluar?" tanya Zahra saat Sabrin dan Sabrina sudah masuk ke dalam mobil.

"Tadi katanya sakit perut bun."

"BUNDAA!! Kucing ngapain main masuk aja kerumah buun!! Usir dong BUNDAAA!!"

Mendengar teriakan Kenzy membuat mereka yang didalam mobil tertawa. Pasalnya Kenzy menggelikan hewan kesayangan nabi itu. Bukan tanpa sebab, dulu Kenzy pernah dicakar habis-habisan oleh kucing tetangga karna kejahilannya sendiri. Setelah itu, jika ketemu kucing Kenzy akan menjerit ketakutan. Ah, lebih tepatnya geli dengan kucing. Lucu saja.

Setelah semua siap, mereka berangkat. Butuh waktu sekitar 90 menit untuk sampai ke bandara.

*****

"Mama pokoknya harus pulang dengan selamat, abang nungguin disini," ujar Sabrin saat hendak memeluk Dhini.

Sabrin memeluk Dhini dengan erat, sosok orangtua kedua yang selama ini menjaganya. Awalnya memang, Sabrin tak merasa nyaman dengan Dhini menyuruhnya untuk memanggil mama. Rasanya aneh saja saat itu. Tapi Dhini hanya membalas dengan senyuman jika Sabrin masih saja memanggil dengan sebutan tante. Lambat laun akhirnya Sabrin bisa terbiasa dengan sebutan itu. Kenyamanan akhirnya menghampiri.

Karna seseorang hanya butuh keterbiasaan untuk merasakan kenyamanan.

Dhini orangtua yang baik, ah bahkan semua orangtua pasti baik. Memberikan terbaik buat anaknya. Dulu Sabrin tak menyukai orang baru seperti Dhini dan Jimmy, Sabrin dulu beranggapan mereka tak tulus menyayanginya. Tapi beranjak dewasa, Sabrin menyadari jika mama dan papanya, sangat menyayangi Sabrin.

"Iya sayang, jaga diri baik-baik disini. Jangan bosen nerima telfon mama ya," jawab Dhini melepaskan pelukannya.

"Pasti ma, abang pasti juga ngabarin mama terus."

Sabrina [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang