"Mereka itu nyata. Membawa semua cita rasa, saat hanya mata yang berbicara. Menyalami rasa rindu, untuk sekedar menyapa.
Apa kabar kamu? Lama tak jumpa."-Sabrina-
*****
Waktu akan terus berjalan. Detik demi detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, jam akan berubah menjadi hari.
Hari-hari telah berlalu. Tentu, masih sukar untuk langsung berlabuh. Karna bagaimanapun, berlabuh itu untuk menetap. Bukan untuk meratap.
Disela kepahitan akan kenyataan, kita harus bisa mengambil hikmah menjadi pembelajaran di masa depan.
Sudah kali ketiga tahun berganti. Seseorang tengah berjalan di koridor sekolah itu masih sosok orang yang sama 3 tahun lalu. Hanya profesinya yang berbeda sekarang. Bukan lagi seorang mahasiswi, mengejar skripsi.
Tapi seorang ...
"Waalaikumussalam buuk," jawab semua siswa yang ada di kelas XI IPA 2 setelah mendengar salam dari sang guru Kimia.
"Lima menit cukup kan?"
"Yaa jangan dong buk, sepuluh menit kaya biasa aja sih buk," protes siswi berkaca mata paling belakang.
"Loh? Ibuk kan sudah telat masuk loh ini, kenapa masih minta sepuluh menit?"
"Ya kita belum siap buk, buat ulangan hari ini. Undur dong buuk ..."
"Ya undur minggu depan buk."
"Waktu sekarang udah mepet buk, bentar lagi bel."
"Iya buuk!" sorak seisi kelas.
Nyaris ingin sekali berteriak kali ini. Namun perempuan itu memilih untuk duduk kembali di kursinya sambil memijit pelipis dengan tangan kirinya yang menumpu diatas meja.
Pusing.
"Buk Arin ..." panggil seorang cowok berpawakan tinggi kini tengah berdiri didepan Sabrina.
"Buk, kali ini aja ya ... Kami pengen di undur ulangannya buk."
Murid Sabrina yang bernama lengkap Arka Pradipa Matteo sebagai ketua kelas itu tengah mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Duduk kembali Ka. Kita ambil absen dulu."
Setelah beberapa menit mengabsen nama 40 murid dikelas itu, Sabrina kini menatap satu persatu wajah berbawahan abu-abu yang tampak tegang.
"Jadi kalian mau ngundurin ulangan?"
Semua murid tampak bersemangat menjawab iya.
"Boleh. Syaratnya, kita langsung ulangan dua bab. Gimana? Deal?"
"Yaa ibuk, jangan belajar kejam dong buk. Baru juga kita nyaman sama ibuk, ga kejam kek guru lain."
Penuturan Arka membuat Sabrina menggelengkan kepala. Sikapnya mirip sekali dengan tantenya. Astaga.
"Ibuk tuh ga kejam, kalian mau deadline bab terakhir kapan? Tiga minggu lagi kalian mau ujian."
"Minggu depannya lagi kan masih bisa buk," ujar siswi di depan Sabrina berdiri.
Sabrina mengehela nafas.
"Yasudah. Tadinya ibuk mau kalian tiga minggu terakhir fokus bahas soal, tapi karna kalian siapnya begitu gapapa. Ibuk harap jangan sampe ada nilainya yang bikin ibuk naik darah. Sudah dikasih toleransi, awas ngelunjak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabrina [SUDAH TERBIT]
EspiritualSabrina Humairah Putri. Ada yang sanggup seperti Sabrina? Semua kehidupan Sabrina berubah setelah dia dipisahkan oleh ayahnya dengan saudara kembarnya sendiri. Perpisahan cukup lama itu, membuatnya belajar banyak hal. Yang pasti, belajar sabar. Tapi...