Prolog.

3.1K 201 24
                                    

"Ayaaah, A-ayah bohong kan? Ayah ga mungkin nyuluh Abli pelgi? Iya kan yah?" ucap gadis kecil itu sambil terus menarik celana bahan yang dipakai Ayahnya.

Sabrina kecil terus bertanya pertanyaan sama sejak ia mendengar percakapan Ayah dengan Bunda tadi. Walaupun Sabrina masih kecil, tapi Sabrina tau arti kata pergi dari mulut Ayah. Sabrina tidak mungkin bisa tidak menangis jika tau kembarannya akan tinggal bersama Tante Sabrina. Keinginan Sabrina hanya ingin terus bersama dengan kembarannya.

Kenapa Ayah setega itu memisahkan mereka?

"Ayaaah ..." rengek Sabrina lagi.

Sabrina menangis, mengetahui Ayah tidak memberi jawaban apa-apa. Dia berlari ke kamar meminta jawaban kepada kembarannya sendiri.

"Assalamualaikum Abli, Alin boleh masuk?" suaranya serak menahan tangis.

Sabrina kecil memegang knop pintu dan mencoba membukanya, ternyata terkunci. Sabrina tadi sempat melihat Sabrin setelah berteriak ayah jahat, ia berlari masuk ke kamar dan menangis.

Sabrina tau, Sabrin tengah bersedih karna akan pindah rumah dan tinggal bareng tante Dhini, yang merupakan kakak dari Ayah. Sabrina ingin cerita soal ini kepada bang Kenzy. Tapi Sabrina tau abang pasti sedang belajar di sekolah. Sabrina ingin sekali menangis, tapi kata Sabrin Sabrina tak boleh cengeng.

Menyadari tidak ada jawaban dari dalam kamar, Sabrina kembali menangis sambil menggigit bibir bawahnya, bahkan Sabrin tidak menjawab salamnya, apakah Sabrin sudah membenci dirinya?

Ah, Sabrina tak kuasa jika Sabrin yang ceria itu kini tengah menangis sendirian tanpa ada dirinya. Sabrina kecil tidak menyukai itu, ia ingin berada disamping Sabrin saat ini.

"Sayang."

"Bundaaa!!"

Sabrina kecil langsung memeluk Bunda dan tangisnya kembali pecah dipelukan bunda.

"Bun-bunda, Abli kenapa halus tinggal baleng tante Dhini sih bun? Ayah ga sayang ya sama kita? Kenapa Ayah misahin tempat tinggal kita bun? Alin mau ikut sama Abli aja bunda, Alin ga mau pisah sama Abli buun ..." rengek Sabrina kecil digendongan bunda.

Padahal Sabrina dan Sabrin sudah selalu bersama dari kecil, bahkan didalam rahim pun mereka sudah bersama. Tapi kenapa Ayah yang malah misahin mereka? Bahkan jika Sabrin sakit, Sabrina juga ikutan sakit. Setelah demam Sabrin turun, Sabrina juga akan begitu setelahnya. Ketika Sabrin jatuh dari sepeda, justru Sabrina yang merasa sakit dengan menangis seharian. Jika Sabrin sudah tidur, ia juga akan tidur. Ketika Sabrin sudah hafal doa kedua orang tua, Sabrina juga ikutan hafal. Lalu saat Sabrin sudah bisa mandi sendiri, Sabrina juga akan coba mandi sendiri.

Jadi, bisa dikatakan Sabrin lah motivasi Sabrina dalam hal apapun. Sabrin akan selalu mengajarkan Sabrina semua hal dengan sabar. Kini tidak mungkin mereka akan berpisah setelah sekian lama bersama. Padahal mereka ingin selalu bersama sampai kapan pun, akan sekolah di sekolahan yang sama dan akan selalu bareng kemana pun.

Sabrin lebih dulu lahir 20 menit dari Sabrina, Sabrin berperan sebagai abang. Dan memang terbukti Sabrin lah yang selalu menjaga Sabrina jika Ayah dan Bundanya bekerja.

"Kita ga akan pisah kok sama Abri. Kamu, Abri, bang Kenzy, Bunda, dan Ayah akan tinggal di rumah ini selamanya. Ga ada yang pergi dari rumah ini. Jadi anaknya bunda nan cantik dan sholehah ga boleh nangis lagi ya, oke?" ujar Bunda tersenyum.

Mendengar itu Sabrina kembali mengeratkan pelukannya dileher Bunda, dan mencium bibir Bundanya dengan sayang.

"Bunda ga bohong kan? Kan kata Bunda ga boleh bohong, nanti dimalahin sama Allah," ucap Sabrina yang masih kental dengan cadelnya.

"Iya sayang, Bunda ga bohong, kan Bunda takut sama Allah."

Setelah itu, barulah terbit senyum dibibir mungil Sabrina kecil itu. Ssbrina akan selalu bersama Sabrin sampai kapanpun. Ah bahagia sekali dirinya mendengar hal itu.

Sabrina menoleh ke arah pintu kamarnya, ternyata Sabrin sudah berdiri dengan mata merah dan sembam disana. Melihat itu Sabrina minta diturunkan dari gendongan Bunda, dan berlari memeluk Sabrin yang sebelum itu ia sempat berbisik.

"Ssstt.. Abli jangan nangis lagi ya, kita akan tetap tinggal baleng kok. Alin sayang Abli."

*****

Sabrina [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang