16 - Dongeng

12 4 0
                                    

"Ssttt. Jangan bilang kalau aku yang memberitahumu ya. Jadi, ibu kandung Reina yang sudah meninggal itu, adalah tangan kanan dari seorang penyihir di tempat tinggalnya dahulu."

Arnold menjelaskan hal itu kepada Billy secara sembunyi-sembunyi. Waspada, kalau sampai ada orang suruhan ayah Reina di tempat mereka makan saat ini, mungkin besok Arnold akan hilang dan tak lagi kembali.

"Ah, mana mungkin ada yang seperti itu. Gosip macam apa yang kau ceritakan barusan. Aku tak percaya."

Billy makin tak mengerti apa yang diceritakan Arnold. Mana mungkin ada penyihir di zaman pasca kemerdekaan seperti ini. Sihir dan segala yang berbau mistis hanyalah hal tak masuk akal yang belum bisa dibuktikan dengan logika manusia.

"Aku tak memintamu untuk percaya. Tapi setahuku, itu yang terjadi. Dan kau tahu? Ibu Reina sempat hampir diusir dari desanya karena kasus itu. Lalu, setelah pindah dari desa tersebut, ia dinikahi oleh pria yang saat ini jadi ayah Reina."

Jelas Arnold sembari terus mengunyah potongan pizza di tangannya.

"Diusir?"

Bagi Billy, ini sungguh terdengar seperti skenario film yang kerap kali ia saksikan di bioskop.

"Iya. Mereka bilang, almarhum ibu Reina akan membawa kutukan dan banyak kesialan. Setelah mereka menikah, perusaahan ayah Reina sempat bangkrut. Dan terbukti, ia meninggal tak lama setelah melahirkan Reina."

"Hahahahh. Apa-apaan cerita ini. Kau pasti mengarang yaa?"

Billy mulai memanas setelah mendengar penjelasan Arnold.

"Eitsss. Dengar dulu.."

Arnold memperhatikan keadaan sekitar mereka. Setelah memastikan bahwa tak ada orang yang mencurigakan, Arnold memberikan isyarat untuk mendekat ke arahnya. Ia tutup sisi kiri mulutnya dengan tangan, lalu mulai berbisik ke arah telinga Billy.

"Kabarnya, Reina juga mengalami kutukan itu. Mereka bilang, ia akan bernasib sama seperti ibunya.."

Bagai tersambar petir di siang bolong, pupil mata Billy mengecil setelah mendengar kalimat Arnold barusan.

Bernasib yang sama?
Meninggal maksudnya?

Reina memang terlihat tidak sehat. Pada pertemuan mereka yang terakhir kali sebelum Reina kembali bersekolah, gadis itu juga pingsan. Dan ternyata, ia adalah salah satu pasien di sebuah rumah sakit yang sedang menjalani perawatan dan terapi.

Selain itu, gadis dengan rambut hitam sebahu itu juga sering kali mengatakan bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Tapi mempercayai semua kisah tentang sihir yang tak masuk akal seperti itu akan membuat Billy merasa jadi manusia paling bodoh seantero jagat raya.

Billy segera menjauh dari Arnold. Ia pikir, mendengarkan penjelasan temannya ini mungkin akan memberinya titik terang atas masalah yang terjadi. Namun ternyata, apa yang ia dapatkan sungguh benar-benar mengecewakan. Hanya sebuah dongeng yang lebih cocok diceritakan di negeri antah berantah.

"Aku tak memintamu untuk percaya. Hanya saja, jauhi dia atau kau akan mendapatkan kesialan yang sama."

Kali ini, Arnold terlihat serius. Pizza di piringnya sudah habis, begitu juga dengan minuman bersoda yang ia pesan.

"Aku pulang duluan. Makananmu sudah aku bayar."

Billy membereskan jaket dan tas nya yang ada di meja. Lalu keluar dari tempat itu dengan perasaan yang tidak karuan. Ia longgarkan dasi seragam sekolahnya yang tiba-tiba terasa begitu kencang. Penat, mengapa ia justru mendengar hal-hal fiksi seperti ini.

Akhir-akhir ini, ada begitu banyak kejadian dan cerita yang berada jauh di luar nalar Billy. Tak bisa ia terima semuanya mentah-mentah. Tapi tak bisa ia tolak juga sebab tak mungkin sahabatnya itu akan menusuknya dari belakang.

Demi ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang