02 - Tentang Reina

75 13 6
                                    

"Jujur saja. Kamu... masih mencintainya bukan?"
.
.
.
.
.
Sebuah pertanyaan sulit yang jadi pembuka percakapan dua insan di tengah derasnya rintik hujan.

Entah apa yang ada di benak wanita itu. Sudah ribuan kali ia menanyakan pertanyaan yang sama kepada Billy, lelaki yang telah menjadi suaminya sejak dua tahun lalu. Namun, seolah tak pernah ada jawaban yang membuat hatinya merasa lega.

"Harus berapa kali aku katakan? Reina dan segala kisahnya sudah aku kubur dalam-dalam. Aku datang kesini pun, karena itu adalah permintaannya sebelum ia meninggal."

Lelaki itu kembali mengulangi penjelasan yang sama. Tak lagi tahu harus menjawab apa. Terkadang ia hanya berusaha maklum. Istri mana yang ikhlas melihat suaminya masih memikirkan perempuan lain, bahkan meski perempuan itu sudah tak lagi ada di dunia ini?

Billy memegang tangan perempuan disampinganya erat-erat. Menatap matanya dalam-dalam, lalu berusaha menenangkan istrinya itu sekali lagi.

"Sharon, dengar. Tak mungkin aku menikahimu, kalau hatiku masih jadi milik orang lain. Lagi pula, kita sudah punya bayi mungil yang lucu. Mari kita fokus menjadi orang tua yang baik, ya?"

Sekali lagi, nada bicaranya harus diturunkan. Agar perempuan itu bisa memahami tiap kata yang ia ucapkan. Sedikit saja emosi, bisa-bisa istrinya itu tak bicara selama tiga hari lebih.

Sharon hanya mengangguk pelan. Namun untuk tersenyum, ia masih belum mampu.

"Mau aku ceritakan bagaimana kisah SMA ku bersama Reina? Barangkali, setelah mendengar cerita ini kamu bisa paham, mengapa sampai akhir aku tetap bertahan pada janji yang telah aku buat. Dan barangkali pula, kamu ingin berteman dengannya seperti aku, ya walau mungkin hanya sebatas teman hayalan."

Tentu, tak sekali pun Billy ingin membongkar semua cerita masa lalunya. Tiap kali hujan turun seperti saat ini, suara Reina yang selalu memanggil namanya seolah kembali muncul entah dari mana. Tapi demi ketenangan batin Sharon, mau tak mau segalanya tetap harus dijelaskan.

Sharon kaget, tak pernah ia kira bahwa hari ini semua cerita tentang Reina akan diungkap. Reina yang ia kenal sebagai teman SMA suaminya, yang fotonya ia simpan di halaman depan album kenangan sekolah, yang jadi alasan kenapa suaminya itu sangat menghargai ibunya, yang berkali-kali namanya diucapkan Billy ketika mengigau di tengah malam. Semua tentang Reina, sejak pertama kali mendengar namanya selalu membuat Sharon kagum sekaligus cemburu.

Ada begitu banyak cerita yang ingin disampaikan Billy, tapi tentu, Sharon ingin tahu awal dari segalanya.

"Ceritakanlah, sayang. Aku akan mendengarnya sampai akhir. Tapi, apakah ini akan jadi cerita yang membosankan?"

Raut khawatir tergambar jelas diwajahnya. Malam mulai tiba. Tak akan cukup semuanya bila hanya diceritakan dalam perjalanan pulang.

"Dengar saja apa yang sanggup kamu dengar hari ini. Soal bosan atau tidak, kamu yang bisa menentukan. Dan satu lagi... pada pertengahan cerita, mungkin semuanya akan terdengar tidak masuk akal. Tapi percayalah, apa yang aku katakan memang benar-benar terjadi. Sungguh."

"Ckkkk.."

Iya, Sharon justru terkekeh melihat Billy yang berusaha meyakinkannya dengan wajah dan nada bicara yang serius. Sejak pertama kali bertemu, tak sekali pun lelaki itu pernah berbohong padanya, bahkan meski mereka berdua sedang bercanda. Dan kali ini ketika ia berusaha membuat Sharon yakin, entah kenapa rasanya justru terlihat menggelikan.

"Bertahun-tahun lalu, jauh sebelum kita pertama kali bicara, kamu sudah jadi orang yang paling aku percaya, Billy. Tak perlu khawatir, teruslah bercerita hingga aku bertanya."

Sharon tersenyum, lalu mulai menyimak dengan seksama. Hujan deras tadi kini berubah menjadi gerimis. Sebelum bayi mereka terbangun, semua tentang Reina-- teman SMA Billy yang sudah meninggal itu-- harus terungkap lebih dulu.

"Baik, mari kita mulai. Pertama kali aku bertemu Reina itu, ketika...."
.
.
.
.
.
Bersambung dulu ya teman-teman. Terimakasih sudah baca sampai bagian ini ^_^

Demi ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang