Lucas berdiri tegap dengan kedua tangan di pinggang menatap siswi yang baru saja berhenti di depannya. "Lepas sepatunya!"
Yang diperintah mendongak melebarkan mata bingung. "Hah?!.." siswi itu mematung beberapa saat lalu melirik pada kumpulan barisan rapi yang berjarak beberapa meter darinya. "Tapi kak, itu apelnya baru mulai." Tunjuknya dari sudut mata.
Kaka kelasnya itu melengos. "Terus? Gue nyuruh dateng jam 7 dan lo sampe jam 7 lebih 3. Ngotak ngga? Ini wilayah excellent. Zona grandmaster. Kalo lo ngga sanggup disiplin tepat waktu tanpa ngeluh, gue saranin keluar. Mumpung masih anak baru."
Cowok itu sedang memamerkan sekolahnya. Nggak papa sih, memang sistem sekolahnya bagus banget. Banyak lulusan sana yang bisa kuliah ke univ keren di luar Negeri atau jadi Atlet. Sering mengirim murid buat olimpiade internasional juga. Contoh saja basket dilatih oleh mantan NBA.
"Gue nyuruh lepas sepatu, bukan ngeliatin gue. Lo budek?" ucapnya sambil melotot hingga membuat Alisha menunduk takut.
Alisha terhuyung kedepan hampir jatuh karena dorongan siswi yang menghentikan larinya sambil memegang pundak Alisha sebagai tumpuan. Callia mencondongkan tubuhnya mengatur nafas yang masih ngos-ngosan.
"Maaf ka, tadi jalanan macet." katanya menatap mohon pada Lucas.
Cowok berbadan jangkung itu melipat tangan di dada dan menatap garang. "Terus? Gue keliatan peduli hah!"
"rumah gue sama sekolah kan jauh kak." Callia masih berusaha sambil menatap nelangsa.
Mendengar itu membuat Lucas menghembuskan nafas keras lalu mengangguk kecil. "Bell." panggilnya pada siswi yang bardiri di barisan depan paling ujung tak jauh darinya.
Cewek itu menoleh menyerahkan kertas dari sakunya pada Lucas setelah di perintah.
Lucas memandang Alisha dan Callia bergantian, membaca name-tag dari baju mereka satu persatu lalu mengeluarkan bolpoin dari saku bajunya. "Alisha Yara dan Callia Adira." ucapnya kemudian mencatat membuat Callia dan Alisha kebingungan.
"Mulai sekarang pindah kelas. Namanya udah gue catet. Ntar selese apel gue coret di daftar murid baru excellent. Udah, boleh bubar."
Kedua siswi di depan Lucas melebarkan mata, menggeleng kuat. Segera mereka melepaskan sepatu kirinya dan memberikan pada Lucas dengan sukarela.
🎬🎬🎬
Ternyata begini ya kelas impian. Alisha masih nggak menyangka duduk di IPA EXC, berbeda dengan kelasnya dulu yang berisik banget. Kelas ini tenang walaupun beberapa masih membuat kebisingan, seenggaknya kelas ini keliatan lebih teratur.
Irvan yang duduk di pojok paling depan dekat pintu sibuk membuka-buka buku. Nggak berbeda dengan Ian, Ferro, Vanya, dan Clarissa yang duduk di barisan belakangnya.
Semuanya terlihat serius dan sibuk. Hari ini seleksi anak didik olimp makanya mereka belajar dengan keras. Callia di sebelah Alisha sibuk menonton youtube tentang biologi, Monik duduk di samping Angel sedang menerangkan sebuah soal.
Reza sesekali membenarkan kacamatanya terlihat santai membaca buku. Lain kata dengan antengnya Brian dan Daniel yang duduk di belakang, mereka asik tidur dengan headset di telinga. Padahal masih pagi.
Duk.. Duk.. Tak.. Tak..
Alisha mengerutkan kening mendengar suara aneh. Cowok di depan Alisha tadi diam mendengarkan musik dari earphone dan sekarang tangannya bergerak-gerak mukul meja mengikuti musik yang didengar.
Kalo boleh jujur Alisha juga terganggu tapi bingung bagaimana caranya menegur. Ini baru hari pertama pertemuan mereka sebagai teman kelas tapi Alisha juga harus belajar buat tes Olimp matematika nanti.
Empat orang datang dengan kertas ditangan masing-masing. Seluruh penghuni kelas mulai berbenah menyisakan bolpoin di meja kecuali cowok di depannya yang malah makin kencang memukul meja, terlalu hanyut menikmati musik.
Alisha yang di belakangnya mau nggak mau menegur, menepuk pundaknya lalu mengarahkan dagunya kedepan membuat pemuda itu mengerti.
"Olimp matematika barisan meja sebelah kanan, lalu kimia, fisika, informatika, biologi, dan astronomi."
Mendengar instruksi dari kaka kelas di depan segera mereka beranjak dari kursi menuju tempat tujuannya masing-masing.
Alisha menoleh setelah di tepuk pundaknya. "Ini pulpennya jatuh." siswi itu terlihat ramah dengan senyum kalemnya. Cantik.
Alisha mengangguk, lalu duduk di kursi tengah barisan sebelah kanan.
"Jangan menghapus pakai Tipe-X, kalo salah cukup di coret. Setiap soal satu bidang olimp berbeda. Jadi kemungkinan untuk mencontek sangat kecil. Ingat, hanya lima soal. Kerjakan dalam waktu setengah jam. Manfaatkan waktu sebaik mungkin."
🎬🎬🎬
Daun-daun jatuh ke tanah semakin banyak akibat galah yang diayunkan berkali-kali oleh kedua siswa berseragam grandmaster. Kelihatan kayak lagi metik buah, padahal sedang mengambil sepatu yang diikat di batang pohon tinggi. Sudah keberapa kali mereka menggerakkan galah itu, sepatunya sudah geser sedikit demi sedikit.
Peraturan yang dibuat Lucas, sepatu boleh diambil saat selesai tes kedua. Yang artinya saat jam makan siang.
Alisha melirik ke balkon lantai tiga dan beberapa murid berkumpul disana. Mereka semua sedang menertawakan dirinya dan Callia. Meskipun tak terlihat jelas wajahnya, tapi Alisha tau si penyebab ini. Kaka kelas yang lagi menyodorkan jempol terbalik sambil tertawa adalah biangnya.
Ternyata benar isu yang di dengar sebelum bersekolah disini. Tahun pertama sebagai junior murid nggak bakal bisa bernafas dengan tenang atau dengan kata lain 'Senior is king'.
"Bangke, dasar kaka kelas sialan. Kurang kerjaan. Bego. Geblek. Dia yang ngga ngotak. Senior setan!" mendengar itu membuat Alisha menoleh terkejut. Callia mengambil galah dari tangan Alisha kasar dengan matanya yang masih melirik ke lantai tiga.
Gimana enggak marah, tadi pas tes face to face Callia dan Alisha ditanya kenapa cuman pakai sepatu sebelah. Si pembimbing yang tak lain kaka kelas juga bukannya bersimpati malah menertawakan. Nggak sampe disitu, saat di jalan turun dari lantai dua buat mengambil sepatu mereka berdua dilihatin, beberapa ada yang prihatin tapi lebih banyak menertawai.
Sambil melampiaskan kemarahannya Callia mengayunkan galah kuat membuat sepatunya langsung jatuh. Suara sorakan terdengar dari kaka kelas yang tadi menonton bahkan ada yang bersiul. Sialan.
"Wooaahhhh"
"Yahh.."
"Goooollll"
"Huuuuu"
"Jebreeeeet"
"Asik asik joss"
Alisha segera memungutnya lalu melepaskan ikatan kedua sepatu. "Setan setan setan.. Lucas setan!" gumam Callia di samping Alisha sedang memakai sepatunya.
"Call, ke kantin bareng yuk." ajak Alisha santai yang diangguki Callia masih dengan ekspresi kesal.
Alisha bukannya nggak marah, dia itu bukan tipe orang yang frontal sejenis Callia. Isi hatinya yang mengungkapkannya.
'Kaka kelas kejam.'
'Nggak punya otak'
'Jahat! Sialan!'
'Anjing!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Glass Bead
Teen Fiction"Nomer lo?" "Nomer apa ka?" Cewek itu bukannya bego. Dia hanya punya jawaban bercabang seperti nomor sepatu, dia kan lagi pake sepatu atau nomor loker dan mungkin juga nomor keberuntungan. Siapa tau kan cowok itu mau nanya gitu. -Nggak semua manusia...