Alisha melambaikan tangan pada kursi di tengah perpustakan. Ketiga temannya sedang berkumpul disana dengan buku tebal di masing-masing.
"Lo ngga evaluasi Sha?" Tanya Daniel yang duduk di samping Callia setelah Alisha duduk di depannya.
Alisha menggeleng. "Enggak, pembimbing gue ada urusan." Jawab Alisha santai.
Sudah keempat kalinya evaluasi, itu artinya mereka terbiasa. Mereka tak akan terlalu merasa terbebani atau tertekan hingga stres seperti saat pertama kali.
"Bagus lah kalo gitu, gue bisa minta ajar anak matematika. Gue mau nanya ini nih, ngga mudeng." Tunjuk Brian pada sebuah soal di sampingnya.
Alisha mengerutkan kening, mencoba memahami sambil membaca berkali-kali. "Bukannya ini belum di pelajarin ya?" Alisha menoleh dengan Brian yang juga melakukan hal sama hingga keduanya bertatapan.
"Ya iya sih. Tapi gue penasaran aja gitu."
"Bentar deh, ini kayaknya gue agak mudeng dikit." Callia mengambil buku Brian, memahami soalnya dengan mata sedikit menyipit.
Cewek itu kemudian mengangguk, mengambil bolpoin dan menuliskan rumus diatas kertas kosong. "Buku gue Call. Mata lo kemana sih?" Daniel merebut bukunya yang sudah di coret Callia.
Cewek itu meringis, masih sibuk memandangi buku milik Brian ditangannya. Alisha bersama Brian dan Daniel memandangi Callia serius. "Ini nih, nah kan ketemu."
Callia terlihat lebih cantik saat serius. Cewek itu bahkan memunculkan pesonanya saat kalem.
Brian melihat bukunya lalu manggut-manggut mencocokkan dengan jawaban Callia.
"Wah, lo bisa juga matematika ternyata." Daniel tertawa sambil mengusap kepala Callia. Cewek itu diam, memandangi Daniel tak suka. "Lo pikir gue ngga pinter? Rangking lo aja di bawa gue. Wlee.."
"Dih sombong. Lo ngga tau kan azab orang sombong matinya tertimbun pohon pisang."
"Apasih lo. Ngomongnya jadi ngelantur kaya..."
"Ssstt.." Callia melebarkan mata lalu menutup mulutnya sendiri, baru saja menyadari dirinya berbicara keras di perpustakaan hingga membuat orang-orang terganggu.
Daniel tertawa puas tanpa suara, membuat Callia semakin mendelik.
"Jawaban lo.." suaranya pelan tapi membuat Callia dan Daniel diam. Mereka berdua memandangi Brian.
"Kenapa Yan? Salah?" Callia terlihat was-was. Cowok itu menunjukkan kedua jempolnya keatas membuat Callia tersenyum lebar. "Berkat jawaban lo gue mudeng. Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Glass Bead
Teen Fiction"Nomer lo?" "Nomer apa ka?" Cewek itu bukannya bego. Dia hanya punya jawaban bercabang seperti nomor sepatu, dia kan lagi pake sepatu atau nomor loker dan mungkin juga nomor keberuntungan. Siapa tau kan cowok itu mau nanya gitu. -Nggak semua manusia...