*19

67 3 0
                                    

Siswi yang hari ini mengikat rambutnya itu menarik nafas dalam lalu menghembuskan lewat mulut. Tangan kanannya memegang kuat tempat pensil dan tangan kirinya meremas buku.

"Ngga masuk Sha?" Suara Eli terdengar dari belakang. "Oh, iya hehe." Ucapnya sambil tertawa palsu kemudian menarik knop pintu, padahal dalam hati sedang menguatkan diri.

Dia selalu teringat ucapan Callia walaupun beberapa kali mencoba untuk tak percaya. Dia Ezra yang baik tapi galak banget. Ada kemungkinan gitu Ezra jadi ganas.

Alisha menghembuskan nafas, melirik ke Eli yang sedang fokus dengan buku matematikanya. Siswi itu jadi ikut membuka buku matematika berusaha mengalihkan fikiran.

Ezra memasuki ruangan membuat jantung Alisha makin berdetak tak karuan. Dengan tumpukan kertas di tangan pemuda itu membuat Alisha teringat kejadian pagi tadi. Alisha menggeleng. Enggak, Ezra nggak bakal ngamuk kalo nggak ada kain merah alias pembuat onar.

Alisha menunduk saat dibagikan kertas berisi soal-soal. Dia berusaha mengerjakan dengan khusyuk walaupun beberapa kali melirik Ezra di depannya sedang membaca buku tebal.

Alisha mendesah kuat, dia harusnya fokus. "Kenapa?" Suara Ezra seperti bom ditelinga Alisha. Siswi itu menggeleng segera. Ezra paham gelagat Alisha yang aneh.

"Zra, gue udah. Nyusul ya." Seorang pemuda melongok dari jendela. Ezra mengangguk tanpa menoleh dan mengangkat tangan dengan menyatukan telunjuk dan ibu jari membentuk 'O'.

Siswa yang angkuh, Alisha makin berpikir Ezra memang memiliki kemungkinan buat menjadi seorang ketua geng. Gelagatnya, suaranya saat marah, atau dengan lirikannya yang sinis.

Alisha merapatkan pahanya menahan sesuatu. Lalu dia menggigit bibirnya melirik Ezra yang fokus membaca. Gadis itu meremas bolpoinnya. Alisha tak tahan.

Melirik Eli yang sudah jauh lima nomor membuat Alisha khawatir pembimbingnya kumat jika tak menyelesaikan tepat waktu. Dia menelan Saliva susah, sekarang dirinya makin tak fokus.

Dia menjinjit kaki sebelah kirinya, lalu menggigit telunjuk, menahan sekuat tenaga tak ingin mengeluarkan. Tak lama kemudian cewek itu menggetarkan kakinya, dia sudah diujung tanduk mau merembes. Menyadari ada yang aneh apalagi mejanya juga ikut bergetar karena kaki Alisha, Eli menoleh memperhatikan.

"Gue pengen ke wc." Ucap Alisha tanpa suara, dia bahkan memegang kertas untuk menutupi wajahnya dari Ezra. Eli menanggapi hanya melirik Ezra, mengatakan dengan bahasa isyarat. "Lo izin aja."

Alisha menggeleng kuat. Enggak lah dia kan nggak Berani sama Ezra. Tapi kalo ngompol ditanggung sendiri malunya, harga dirinya sebagai perempuan yang sudah balihgh dipertanyakan. Lalu apa kata dunia saat beredar kabar 'seorang siswi mengompol di tempat kejadian karena takut izin pada pembimbingnya.'

"Kenapa?" Tanya Ezra saat tahu kedua muridnya saling bertatap. Sedari tadi pemuda itu juga merasakan mejanya bergetar, dia hampir mengira gempa bumi tapi melihat ke arah benda lain yang sepertinya tak bergoyang membuat pemuda itu hanya diam ingin mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Itu kak, mau ke wc." Ucap Eli membantu Alisha. "Ooh. yaudah." Alisha tersenyum dan berdiri.

"Lo ngapain?" Tanya Ezra datar tapi terasa galak dimata Alisha. Pembimbingnya menyadari mejanya sudah tak bergetar, jadi Ezra dengan mudah bisa menyimpulkan siapa pencipta meja getar itu.

"Anu ka, sebenernya gue yang kebelet." Alisha meremas rok nya Kuat, dia bahkan menginjak kaki satunya agar bisa menahan dengan kuat, bentar lagi keluar malah di cegat Ezra. "Jangan kelamaan." Ucap Ezra menatap Alisha aneh.

Cewek itu segera keluar dari kursinya, berjalan dengan pelan takut bocor. Bagitu keluar dari kelas dia berlari kencang mencari toilet.

Glass BeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang