"Eh sha, kosong tuh kosong." Callia berjalan lebih dulu menuju meja tengah takut kedudukan orang, padahal mah meja panjang yang muat delapan orang, masih kosong pula. Siswi itu semangat banget walaupun kedua tangannya memegang piring. Alisha mengekor dibelakang lalu duduk di kursi depannya.
"Oiya air. Ambilin sha." Pintanya senyum membuat Alisha menghembuskan nafas malas. "Lo aja deh. Gue udah nyaman. Gantian." Giliran cewek ini yang menaikkan kedua ujung bibirnya.
Callia menatap tak minat. "Pikun lo? Kemaren gue yang ngambil kali pas istirahat kedua."
"Itu lain kata lain makna. Lo ngambil pas bukan jam makan. Ya beda posisi lah."
Pernah liat anak Excellent debat? Harusnya itu ada wasitnya, bikin pusing aja. Udah yang satu nggak mau ngalah yang lain kalo ngomong ngotot. Sama-sama maunya menang.
"Lo aja sha. Buruan." Ucap Callia memanyunkan bibir memandangi piring seolah berkata 'gue laper banget.'
Cewek yang hobinya nggak enakan ini berdiri, dia nurut pada akhirnya walau tak setuju seutuhnya. Tapi dia malah bertabrakan dengan seseorang yang tersandung disampingnya.
"Sorry, nggak sengaja.." Cowok itu menoleh sekilas, lalu mengambil botol yang terjatuh sementara Alisha mengibaskan lengan baju putihnya yang basah tapi enggak keliatan jelas kemudian menunduk melihat ujung roknya meneteskan air agak banyak. Alisha berdiri, menatap sinis pemuda yang sedang berjongkok.
Alisha bukan pendendam, apalagi pemarah kalau saja si penabrak tadi meminta maaf dengan cara layak. "ck, jadi basah.. eh loh, Brian?" Alisha mengurungkan niat marahnya. Yeah, karena dia Brian.
"Lo kenal Gue?" Brian nunjuk dirinya sendiri dengan nada khas. Songong.
Yaiyalah kenal. Dia pikir darimana Alisha manggil namanya kalo nggak kenal. Lagian aneh banget, sudah hampir dua minggu ketemu tiap hari masih aja tuh cowok enggak kenal. Ya memang sih hobinya Brian tuh dikelas molor.
"Emang lo nggak kenal gue?"
"Enggak. Emang lo siapa?" Respon Brian enteng.
Alisha melebarkan mata, terkejut sekaligus heran "beneran nggak tau? gue temen sekelas lo." Sahutnya dengan sangat yakin seyakin yakinnya.
Kasian banget sih Alisha, Brian juga kaya nggak tertarik buat kenalan tapi Alisha malah terpincut. Emang sih Alisha mah nggak ada niat buat PDKT, malah nggak tertarik walau cowok itu temen sekelas yang paling ganteng versinya. Buat pengetahuan aja dia salah satu anak IPA Exc yang juga enggak peduli sama sekitar.
Sementara Callia masih menatap Brian tanpa minat, melahap makanannya sambil melihat perbincangan kedua temannya. "Ooh, Alisha..." si bule dengan bermata cokelat itu membaca name-tag di baju Alisha.
"Berat nih, enak aja nyuruh orang." Seorang cowok menghampiri Brian dengan piring di kedua tangannya. Dia Daniel, teman satu kelasnya juga."Nih, bawa sendiri!" Daniel menyodorkan salah satu piring.
Sekali lagi, Brian menatap Alisha sekilas dan beralih ke Daniel "bentar, ambil air lagi. Tadi punya lo tumpah." Katanya segera berlalu.
Alisha kembali duduk yang diikuti Daniel. "Gue duduk sini ya Sha?" Daniel menaruh kedua piring ke meja, menarik kursi lalu duduk manis.
Alisha mengangguk. "Eh, lo kenal gue?" Alisha baru sadar, dia Daniel. Manusia yang selalu ada di samping Brian kecuali saat bimbingan olimp. Dan Daniel kenal Alisha. Wahh... Alisha bahkan syok beberapa detik.
Setahu Alisha, Daniel itu satu jenis kaya si Brian makanya mereka bisa klop. Diem cool dikelas tanpa peduli sekitar. Bedanya Daniel lebih ke hapenya daripada molor.
"Songong lo, sama temen kelas enggak boleh gitu." Katanya menggigit kecil sosis.
"Bukan gitu, maksudnya tuh lo kan nggak pernah melirik kelas ya. Brian aja nggak kenal sama gue."
Brian datang, "dosa ghibahin orang ganteng." ucapnya sebelum duduk didepan Daniel, samping Callia.
Alisha terkekeh kecil, aneh melihat kelakuan brian yang kaya gini. Brian itu tadi keliatan sok asik, padahal biasanya sinis nya minta ampun kalo enggak sengaja tatapan sama Alisha.
"eh Niel, lo kenal gue enggak?" Callia yang tadi menonton jadi ikut bersuara.
"Iya iya... gue kenal kok Callia. emang si Brian." daniel melirik Brian.
"ck.." brian balas tatapan daniel lebih sinis.
"Gue colok nih matanya.." daniel udah ngangkat garpu ditangannya Tinggi-tinggi, mana masih ada sosisnya.
"Eh Sha minumnya. Lo kok malah duduk sih?" Callia baru inget kalo Alisha enggak ngambil minum. Alisha menepuk jidat nya. "Oh iya, duh.. Tapi gue nggak pede nih roknya basah. Gimana dong." Alisha manyun membuat Callia buru-buru berdiri. Cewek itu haus, kalo nunggu bujuk Alisha lagi ya kelamaan.
"Gue sekalian ya Call." Ucap Alisha saat Callia melewatinya lalu cewek itu terkekeh senang membuat Brian dan Daniel diam-diam saling menatap sambil mengerutkan kening.
🎬🎬🎬
Gorila enggak bakal ngamuk kalo kita nggak ngeganggu. Sama halnya kayak manusia, dia nggak bakal marah atau berniat jahat kalo nggak disakiti atau diganggu yang lain. Buat pengecualian orang gila yang enggak berakal dan enggak punya otak ya.
Hari ini Ezra keliatan lebih tenang dari kemarin karena enggak ada yang bikin masalah sama dia. Termasuk Alisha, dia lagi patuh sama Ezra.
Sebenernya Alisha tuh tadi ngerjain soal nggak seutuhnya fokus. Dia malah melirik-melirik Ezra yang lagi baca buku. Ya gimana enggak, dia di depannya persis.
Tapi faedahnya Alisha tuh paham kenapa selama ini dia punya perasaan aneh tiap kali ketemu Ezra. Kaya sejenis perasaan orang yang enggak mau menghindar tapi juga enggak mau peduli. Ya gitulah, sampe bingung jelasin saking abstrak nya perasaan.
Alisha mengerti kenapa selama ini dia paling menghindari tatapan mata dengan Ezra, karena cowok itu kayak punya mata api. Ezra sekali nengok matanya tuh berapi-api. Kaya galak tapi lebih ke sinis.
"Inget kan besok ada olimp?" Tanya Ezra setelah sesi belajar selesai. Ketiga muridnya mengangguk. "Ini olimp pertama kalian. Tapi sebelumnya pas SMP ada yang pernah ikut olimpiade?"
Eli dan Adel mengangguk, membuat Alisha melirik kecil mereka bergantian di sebelah kanan dan kirinya. Cewek itu sedikit minder, dia dulu nggak sepinter itu. Tapi pas akhir kelas tiga dia mulai sadar apa yang pengen banget dia capai, disitulah dia mulai belajar mati-matian biar bisa masuk murid Excellent.
Ezra pinter, jelas dia paham gelagat Alisha hanya sekali lihat meski semua muridnya itu tak menyadari. "Sha, akhir-akhir ini lo nggak fokus?" Pertanyaan itu muncul membuat Adel dan Eli melongok Alisha.
Gadis itu menunduk, mau ngeles juga percuma. Alisha yakin Ezra tuh udah tau tanpa bertanya. "Kenapa?" tanya Ezra lagi, suasananya jadi horor gitu aja, padahal Ezra nggak lagi bentak atau marah.
"Lo mau pulang?" Tanya Ezra berganti pada Eli yang dari tadi gusar bolak-balik melihat jam tangan. Gadis itu jadi membeku, takut dimarahin juga sama Ezra tapi kemudian memberanikan diri mengangguk.
"Yaudah. Udah boleh pulang." Ucapnya tanpa di sangka.
Dalam hati Alisha bersyukur karena enggak kena marah. Dia harus berterima kasih tuh sama Eli. Buru-buru dia menaruh barang-barang nya ke tas, saking tergesa-gesa pulpennya malah jatuh.
Emang ya kalo gugup tuh suka gitu, malah ceroboh. Gadis itu berjongkok, beberapa kali terantuk meja sebelum akhirnya menemukan benda yang dicari di dekat sepatu Ezra. Ezra nggak pergi?
Alisha berdiri, melihat Adel dan Eli yang keluar lalu melirik Ezra yang menyenderkan tubuh ke kursi sambil memejamkan mata menikmati musik dari headset.
Kesempatan bagus tuh, sebelum Ezra bangun takut kena marah. Sejak kejadian sepatu di kolam renang Alisha jadi parnoan banget bakal dimarahin Ezra.
Alisha mulai berjalan menuju pintu. "Sha." Suara itu membuatnya membeku, was-was juga.
Siswi itu menoleh, Ezra sudah duduk tegak menatap sambil menunjuk nya. "Yang fokus kalo belajar. Gue nggak suka kalo pikiran lo jalan-jalan di depan soal."
Alisha bengong tapi kemudian mengiyakan. Ezra tau?
KAMU SEDANG MEMBACA
Glass Bead
Teen Fiction"Nomer lo?" "Nomer apa ka?" Cewek itu bukannya bego. Dia hanya punya jawaban bercabang seperti nomor sepatu, dia kan lagi pake sepatu atau nomor loker dan mungkin juga nomor keberuntungan. Siapa tau kan cowok itu mau nanya gitu. -Nggak semua manusia...