*04-Galak

90 4 0
                                    

Alisha yang tak memperhatikan langkah karena sibuk melihat kertas soal mental mundur beberapa langkah gara-gara menabrak punggung Callia yang menghentikan langkah mendadak. "Lo kenapa sih?"

Callia berbalik, dia menaruh telunjuk di depan bibir menyuruh diam lalu berjalan ke belakang Alisha membuat temannya ikut memutar tubuh. Callia yang tengak tengok membuat Alisha mengerutkan kening.

"Aduh. Mampus! Mati gue! Mati!" katanya panik sambil menjambak rambut membuat Alisha makin penasaran. Callia kenapa sih?

"Liat tuh." katanya kemudian menunjuk kecil arah tangga yang diduduki beberapa siswa. Alisha yang masih tak paham tak peduli. "Terus?"

Callia melotot. "Lo nggak tau apah cowok yang disana siapa." ucapnya lirih tapi menekan.

"Ka Lucas kan."

Siswi di depan Alisha mengangguk kuat. Alisha melengos. Ya terus kalo Lucas Kenapa? Bukannya Callia tuh dendam sama Lucas tapi sekarang malah ngumpet. Lucas nggak bakal ngehukum kali, orang mereka ga salah apa-apa. Ya walaupun nggak menutup kemungkinan mereka bakal di ketawain apalagi disana banyak anak XII IPA EXC.

"Lo kenapa sih? Biasanya juga mengumpat bukan ngumpet." Alisha membenarkan kertas yang ada di tangan.

Callia menunduk, bersembunyi dibalik tubuh Alisha setelah sekilas melongok pada Lucas yang kayaknya tadi sempat melihat. "Lo nggak tau sih. Gue kemaren abis ngatain dia."

"Sebelumnya juga lo ngatain." jawab Alisha polos sambil menatap Callia yang sedang merendahkan diri menutupi tubuh.

"Gue ngatain di depan mukanya sha. Bayangin." ucap Callia menggebu-gebu.

"Emang lo ngatain apa?"

"Gitu deh. Pokoknya dia duluan yang ngatain gue nggak punya mata." jawab Callia melongok lagi dari balik tubuh Alisha. "Duh, ngapain sih pake nangkring di tangga kelamaan." gumamnya. "Capek lagi gue nunduk-nunduk begini." lanjutnya sambil celingukan.

Tak lama kemudian siswi itu menarik Alisha untuk duduk di salah satu bangku di koridor. Tapi pas Alisha hampir mendudukkan tubuhnya Callia mencegah membuat Alisha mengerutkan kening kesal tapi juga bingung. "Jangan duduk. Ntar gue keliatan sama Lucas. Lo berdiri aja di samping gue biar ketutup."

Enak banget si Callia kalo ngomong dikira nggak capek apa berdiri terus. Tapi dengan polosnya Alisha menurut, alasannya sederhana 'nggak enak'. Soalnya umur sahabatan mereka masih anyar, jadi Alisha enggak mau merusak hubungan yang baru saja dibuat. Apalagi dia temen pertama dan satu-satunya sekarang.

"Gue kemaren abis tabrakan sama dia di tikungan." Callia memulai cerita, sekarang kayaknya dia udah nyaman duduk enak.

"Lo nikung kak Lucas?" jawab Alisha berniat ngelawak tapi malah membuat Callia menatapnya datar, kan Alisha jadi malu sendiri. "Iya deh enggak. Udah lanjutin."

"kita tabrakan di belokan yang mau ke ruang olimpiade kimia. Terus dia ngatain gue nggak punya mata. Padahal buku-buku gue jadi jatoh berserakan. Di tambah gue juga punya dendam sama dia, gue keluarin semua unek-unek yang tersimpan di hati yang terdalam ini." Ucapnya panjang lebar kemudian menepuk dadanya sendiri beberapa kali.

"Terus urusannya sama gue apa? Kok gue jadi ikut-ikutan sih?" Alisha menghembuskan nafas malas. Callia mendongak menatap Alisha yang berdiri di sampingnya. "Lo kan sahabat gue. Masa iya ngebiarin gue nanti dibunuh Lucas."

"Ka Lucas ngga bakal bunuh lo, kan lo cuman ngungkapin unek-unek." Callia menggeleng. "Lo ngga tau sih gue ngomong apa aja."

"Setan mana punya mata. Kan mereka buta. Kaki aja ngambang, malah ngatain orang. Benerin dulu jalannya, kalo cuman ngatain gue juga bisa. Nggak punya mata lo, buta, nggak bisa ngeliat. dasar genderuwo." Alisha mengerutkan kening, ini Callia kesurupan apa gimana. Ngomong lancar bener kayak lagi baca mantra, mana mata merem lagi.

Callia makin menundukkan wajah. "Itu yang gue ucapin di depan Lucas kemarin." Katanya lirih tapi masih bisa di dengar. Alisha jadi melebarkan mata, ingin sekali memarahi. Gila ya ni anak.

"Duh. Malah jalan kesini sih." Callia bergumam setelah melongok. Lalu gadis itu berdiri dan ngibrit balik lagi ke kantin meninggalkan Alisha.

Sudah duapuluh menit menemani Callia dan Alisha harusnya bimbingan, dia membiarkan temannya bersembunyi sendiri. Sekarang waktunya mengurus matematika.

Begitu membalikkan badan geng Lucas sudah jalan di depannya membuat gadis itu merinding takut kena imbasnya. Tapi Lucas Keliatan acuh tak acuh membuat Alisha bernafas lega. Alisha melanjutkan langkah menaiki tangga menuju ruang olimpiade matematika. Semoga aja Ezra terlambat.

🎬🎬🎬

Nggak semua harapan itu bisa jadi nyata seutuhnya, contohnya sekarang. Alisha menatap lemas Ezra yang sudah duduk di depan kedua teman se-olimpiadenya. Eli dan Adel.

Sebenernya harapannya sedikit terkabul sih, Ezra terlambat tapi cuman lima menit. Beda sama dia yang terlambat hampir setengah jam. Harusnya dia itu berharap biar Ezra datang setelahnya.

Takut-takut Alisha datang dari belakang Ezra. Eli yang sadar mendongak, mengalihkan pandangan dari kertas di depannya. "Maaf ka." ucapnya lirih. Setengah mati menahan takut.

Ezra menoleh, dengan Adel yang sekarang juga melihat Alisha. "Ngapain kesini?" pertanyaannya menusuk.

Alisha sadar kok dia salah. Tapi pertanyaannya enggak asik banget. Masa iya Alisha datang ke ruang olimpiade buat mancing kepiting, Ezra tuh ngotak ngga sih? Mana Alisha tuh cewe yang bawa hati banget lagi kalo kayak gini. Dia lagi meratapi diri, hawanya mau nangis tapi ditahan liat muka Ezra yang kaya orang mau ngajak tarung banteng.

"Tadi ada urusan ka. Maaf." siswi itu menunduk, menjawab sekenanya. Setakut itu sama Ezra. "Lo pikir gue ngga ada urusan hah? Lo masih baru nggak usah sok sibuk. Otak lo sepinter apa? Mau sombong?" suara Ezra meninggi membuat Eli dan Adel juga ikut merinding meski terlihat sibuk kembali dengan soal-soal di depannya seolah tak ada apa-apa.

Disini Alisha mau nyalahin siapa? Callia, Ka Lucas atau Ka Ezra yang nggak pengertian. Walupun ujung-ujungnya cuman marah dalam hati. Alisha tuh cemen banget jadi cewek, nggak ada berani buat mengumpat terang-terangan.

"Sepatu lo. Lepas!" perintah itu awalnya membuat Alisha mendongak. Tapi kemudian melepasnya teringat Lucas yang lebih ngamuk kalo nggak diturutin.

"Kerjain di bawah." ucapnya menunjuk lantai lalu keluar membawa sepatu Alisha. Dia melirik Eli dan Adel yang terlihat acuh tak acuh.

Glass BeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang