06

5.1K 456 80
                                    

Bagaimana jika suatu hari nanti ia mencintai Ara sekaligus wanita lain? Bagaimana jika ia menemukan rasa pada wanita lain yang sama seperti ia rasakan saat bersama Ara?

Edgar terdiam, ia memang belum pernah merasakan posisi Bimo. Tapi, jika Bimo berpikir kalau dia bisa menemukan kebahagianya yang belum dia temukan dari istrinya, pasti ada kekeliruan di rumah tangga atau pola pikir Bimo. Tapi Edgar kembali menetralkan pikirannya untuk mencari dasar yang logis dan menurutnya rasional.

Edgar mulai menganalisis sebagai bahan referensi mencari solusinya kelak. Menurut Edgar, logikanya kenapa Bimo bisa merasakan cinta pada dua orang sekaligus itu karena kedua wanita itu memberi kebutuhan atau hal yang berbeda untuk Bimo namun tetap sama saat Bimo rasakan dan jelas Bimo tidak ingin kehilangan salah satu dari kebutuhannya tersebut namun pada akhirnya ia harus melepas salah satu dan memperjuangkan satunya lagi.

Edgar menatap jam tangan di tangan kirinya, ini sudah jam sembilan malam. Sebelumnya Edgar sudah mengabari Ara untuk bertemu dengan teman-temannya, Dan Ara mengerti. Di perjalanan otak Edgar terus memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya. Namun apakah wajar jika ia berpikiran seperti itu?

"Gimana kalau suatu hari nanti gue ketemu Ara yang berbeda?"

*

Ara bisa mendengar suara ketukan pintu dan Ara tahu siapa yang dibalik pintu tersebut, dengan cepat Ara berjalan ke arah pintu dan membuka pintu tersebut. Disana sudah ada Edgar yang terlihat sedikit acak-acakan. Ara mencium tangan suaminya lalu menatapnya bingung.

Edgar berjalan masuk ke dalam rumah sambil mengendorkan dasinya, lalu duduk di sofa yang berada diruang tengah. Dengan cepat Ara membuat teh untuk suaminya itu yang terlihat lelah, "Mas nggak apa-apa?" Tanya Ara khawatir.

Edgar menatap Ara intens, lalu tak berapa lama ia langsung menutup matanya lagi. Ara mengerti kalau suaminya itu lelah, ia mulai memberi secangkit teh pada Edgar lalu memijat kepala suamiya itu. "Mas tiduran aja dulu." Kata Ara sambil menaruh bantal sofa di pangkuannya. Edgar mengangguk lalu membaringkan diri disofa dan kepalanya mendarat di bantal yang berada di pangkuan Ara.

Ara mulai memijat kepala Edgar yang kepalanya sedang dipangkuan Ara, "Ra, makasih ya." Kata Edgar pelan.

*

Makan siang ini Ara duduk sendirian di restoran depan kantor, ia hanya ditemani dengan satu paper bag berisikan baju sebagai hadiah ulang tahun Mas Erkan, memang agak telat tapi dari pada tidak memberi sama sekali kan?

Ara bisa melihat Mas Erkan yang berjalan kearahnya, tadi awalnya Ara, Mbak Jess dan Mas Erkan akan ke restoran bersama, tapi Mbak Jess dan Mas Erkan disibukan Revian, jadi mereka datang kemari sendiri-sendiri. "Maaf telat ya Mas," kata Ara saat Mas Erkan sudah duduk di hadapannya sambil memberi paper bag itu. "Aduh Ra, makasih banyak haha." Kata Mas Erkan.

"Mau gue traktir?" Tawar Ara sambil menaik turun kan alisnya. "Lo emang terbaik Ra." Kata Mas Erkan yang jiwa gratisannya mulai mengguar. Erkan mulai memesan makanan yang sedang promo beli satu gratis satu, Ara juga mulai memesankan makanan untuk Mbak Jess.

Sambil menunggu Ara mulai mengingat Mbak Jess, sepertinya Mbak Jess bahagia dengan suaminya. Ara mulai menyandarkan punggungnya ke kursi. Apa pernikahannya dengan Edgar itu masih abu-abu? Apa dia akan bahagia dengan Edgar? Apa Edgar akan semanis dulu? Apakah Edgar merasakan hal yang sama?

Ara menatap Mas Erkan yang sedang sibuk memainkan game. "Mas, menurut lo.."

"Menurut lo sebagai cowok bla bla bla kayak gimana?" Ara nyengir mendengarnya, sepertinya Mas Erkan sudah tahu apa yang ia inginkan. "Mas menurut lo sebagai cowok, kebahagian itu kayak gimana? terus wajarkan kalau kita ingin terus ngejar kebahagiaan?"

Welcome Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang