14

4.4K 417 107
                                    

💛

Dewi tersenyum melihat Edgar, dan Dewi tahu kenapa pipinya mulai menghangat dan jantungnya mulai berpacu. Itu semua karena pak Edgar. Dewi mulai tersipu malu saat Edgar mulai berjalan kearahnya, ia mulai menegakan badannya dan menatap Edgar yang sekarang sedang dudu menghadapnya. "Pulang ada waktu?" Tanya Edgar.

Beberapa sales konter pun menatap ke arah Edgar dan Dewi yang sedang berbicara itu, namun akhirnya mereka kembali fokus pada urusan mereka masing-masing. "Ada kok." Kata Dewi tersenyum malu. "Ya udah aku.." Ucapan Edgar terjeda sejenak. "Maksud saya, saya mau ke ruangan saya dulu." Edgar tersenyum lalu beranjak dari kursi.

Dewi menahan bibirnya agar bibirnya itu tak mengeluarkan senyuman manisnya itu, namun sialnya itu gagal total. Ia tidak bisa menahan senyumnya itu, sungguh. "Dewi?" Dewi menatap Thalia yang berada disampingnya. "Hm?"

"Pak Edgar baik banget ya?" Dewi terdiam sejenak, entah kenapa Thalia seperti sedang mengingatkannya kalau Edgar memang baik ke semua karyawannya. Tapi, Dewi merasa perlakuan Edgar padanya dan pada karyawan lain itu beda. Jelas pak Edgar sering meluangkan waktu untuk Dewi. Tapi Dewi hanya mengangguk tersenyum mendengar Thalia.

Apa Thalia seperti itu karena dia cemburu kedekatannya dan pak Edgar begitu dekat? Tapi setelah dipikir-pikir pak Edgar sepertinya tak melakukan hal yang sama pada Thalia. Dewi menghela napasnya lalu kembali fokus pada kerjaannya.

*

Edgar dan Irvan berjalan ke luar dealer sambil berbicara mengenai pameran mobil yang akan berakhir besok di salah satu mall. Namun tatapan Edgar terfokus pada Dewi yang sedang bermain ponsel di depan dealer. Edgar mulai mengembangkan senyumnya saat Dewi sadar akan kedatangannya. "Van, saya duluan." Kata Edgar sambil berjalan cepat menghampiri Dewi.

"Nunggu lama?" Tanya Edgar dan Dewi hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Ya udah mau makan dimana?" Tanya Dewi akrab. "Bakso aja gimana?" Tanya Edgar sambil tersenyum. "Kamu nggak bosan bakso terus?" Tanya Dewi lagi. "Nggak sih, tapi kalau kamu bosan kita ganti yang lain aja."

"Nggak bosan kok." Kata Dewi sambil membuka mobil Edgar. Sudah tak ada kecanggungan lagi diantara mereka, terutama saat jam kantor selesai, mereka terlihat sangat akrab dibandingkan dengan sikap Edgar pada karyawan lain. Mereka terlalu asyik berbicara dan tak mempedulikan beberapa orang sudah menatapnya dari tadi, termasuk Irvan.

"Kamu kemarin kurang puas ya makan baksonya?" Tanya Dewi sambil tertawa melihat telinga merah milik Edgar. "Aku kurang bisa ngebumbuin baksonya." Kata Edgar sambil fokus ke depan. "Ya udah nanti aku bumbuin deh." Kata Dewi santai. "Kenapa kamu senyum terus dari tadi?"

Dewi membungkam, kenapa dari tadi ia tersenyum? Bukannya sudah jelas karena adanya Edgar ia tak bisa lagi menahan rasa salah tingkahnya? "Kepo banget sih." Kata Dewi sambil mengambil ponselnya yang berada di tas. "Biarin dong, emang nggak boleh kepo ya?"

"Emang kamu mau tahu banget ya?" Pancing Dewi sambil tersenyum. "Hm, ya udah deh kalau nggak mau kasih tahu." Ucap Edgar sambil tersenyum. "Telinga kamu merah banget." Bisik Dewi sambil tertawa. "Serius?" Tanya Edgar dan diangguki oleh Dewi.

"Imut." Kata Dewi dan entah kenapa Edgar terasa senang mendengarnya "Makasih lho." Kata Edgar sambil tertawa. Edgar dan Dewi mulai menghabiskan waktu mereka hingga larut malam. Jujur Edgar sangat senang dengan ini, ia bisa berbicara leluasa dengan Dewi, ia bisa tertawa bersamanya, ia bisa menghabiskan waktu dengan kenyamanannya.

Dewi adalah teman untuk berbagi ceritanya.

Dewi adalah seseorang yang mengerti dirinya.

Dewi adalah zona nyamannya.

Welcome Home!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang