💛
"Tadi bapak ke dealer Soeta, ada apa?" Edgar terdiam, dia kan seharusnya membawa laptop miliknya yang tidak ia bawa hampir seminggu. "Hm, sebenernya saya mau bawa laptop. Eh malah ketemu kamu." Dewi tersenyum lalu menatap Edgar yang masih datar itu. "Emang kenapa kalau ketemu saya?"
"Keinget traktiran." Kata Edgar lalu menyeruput jus jambunya. "Bapak suka traktiran ya?" Dan Edgar mengangguk. "Rezeki nggak boleh ditolak." Dewi merasa gemas dengan bosnya yang satu ini. "Terus kalau traktirannya tiket pesawat ke luar negeri bapak mau?"
"Ya kalau itu rezeki, kenapa nggak?" Dewi dan Edgar tertawa bersama. Dan tak lama bakso pesanan mereka datang. Edgar menatap, bakso yang cukup besar di hadapannya. Dewi benar-benar mentraktirnya, ia menatap kearah Dewi yang sedang meracik bumbunya dengan sambal. "Kamu nggak kasih kecap?" Tanya Edgar sambil menatap kearah kecap dipinggirnya. "Kalau saya sih nggak biasa kasih kecap ke kuah bakso." Kata Dewi.
"Kalau bapak?" Tanya Dewi sambil mencari topik pembicaraan. "Aku sih mau pake kecap atau nggak asal enak langsung santap aja." Dewi terdiam lalu tersenyum menatap Edgar. "Sekarang pakai aku nih pak?" Edgar terdiam lalu menatap Dewi lagi.
"Ya.. ini kan diluar kantor? emang harus formal banget ya?" Tanya Edgar santai. "Ya aneh aja, mungkin karena kebiasaan ngedengar bapak bilang saya kali ya." Ucap Dewi sambil mulai menyantap baksonya. "Ya udah biasain aja." Ucap Edgar sambil memeras jeruk nipis ke kuah bakso. "Kenapa?" Tanya Edgar saat tatapannya bertemu dengan tatapan Dewi.
"Nggak, cuman agak aneh aja. Atau emang bapak tuh kayak gini?" Tanya Dewi sedikit berhati-hati. "Gini kayak gimana?" Edgar mulai menaikan sebelah alisnya. "Bapak ke semua karyawan kayak gini?" Tanya Dewi sedikit terhipnotis dengan wajah pria di depannya yang hangat.
"Ya emang aku kayak gini ke karyawan. Tapi.." Edgar terdiam sejenak, ia memang dekat dengan semua karyawan, tapi ia rasa Dewi sedikit berbeda. Apa karena dia memang sudah menemukan teman diskusi barunya?
"Tapi?" Dewi mulai mengikuti Edgar dengan menaikan sebelah alisnya. "Tapi kamu beda." Dewi merasa pipinya mulai menghangat. "Beda apanya?" Tanya Dewi lalu ia mulai melanjutkan aktivitas makannya. "Kamu asik di ajak ngobrol, aku pikir kita bisa.. diskusi bareng?" Kata Edgar sedikit canggung.
"Bukannya kita udah sering ngobrol?" Edgar terdiam, itu bukan ucapan yang ia dengar. "Ya, maksudnya ngobrol yang kita belum bahas sebelumnya." Dewi tersenyum lalu mengangguk dengan senang hati. Edgar tersenyum mendengarnya, ia merasa sangat nyaman dengan pembicaraannya dengan Dewi. Walaupun disini agak berisik tapi ia masih merasa tenang dan tak terganggu sama sekali ketika berbicara dengan Dewi.
"Pak." Edgar menatap kearah Dewi lalu Dewi tersenyum menatap layar ponselnya. "Lihat deh." Dewi memperlihatkan foto Edgar yang di filter beruang, dan Edgar langsung mengambil ponsel milik Dewi. Dulu ia sering melakukan ini dengan Garie, Bram dan Bimo saat ada waktu luang, biasanya mereka mengambil secara candid agar mendapatkan foto aib untuk di masukan ke album.
"Lucu." Kata Edgar sambil nyengir. "Mau aku fotokan?" Dewi mengangguk lalu mulai bergaya dua jari di depan Edgar. "1..2..3.. Cekrek." Kata Edgar sambil tertawa. "Apaan pak?" Dewi mengerutkan dahinya saat Edgra menunjukan foto wajahnya yang di zoom oleh Edgar. "Ih pak." Dewi merasa pipinya sangat memanas. "Siniin."
"Iya, iya. Aku fotoin. Coba gayanya gimana?" Canda Edgar sambil memfoto gadis itu, Dewi mulai menutup mukanya dengan kedua tangannya. "Bagus." Dewi terdiam saat Edgar mengucapkan itu. Sepertinya pria itu sedang serius. Dewi mulai melirik kearah Edgar yang menatap ponselnya. "Lihat." Edgar memberi ponsel itu ke Dewi. "Bagus." Kata Dewi menirukan suara berat Edgar yang jelas-jelas terasa lucu di dengar Edgar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home!
RomansaStart : 12 - Juni - 2019 End : 10- Juli - 2019 Ketika menurut sebagian orang pernikahan adalah suatu kebahagian yang tak tertandingi, itu membuat Ara penasaran dengan apa arti pernikahan sebenarnya, ia menikah dengan Edgar Devano Tanoedibra pria sup...