Mereka bertiga mengantarkan Arinda keRumah sakit menggunakan Mobil Dirga.
Diperjalanan Menuju Rumah sakit.
"Van Bisa cepet gak?" Tanya Dirga dengan Raut Khawatir
"Sabar Njing! Macet nih." Balas Ervan . Sedangkan Arshel ia sudah menangis sesenggukkan Mengkhawatirkan keadaan Sahabatnya.
"Rin Hiks.. Yang Ku-at Rin.. hiksss" Ucap Arshel seolah menguatkan sahabatnya.
Arin ia berbaring DiJok belakang mobil bersama Dirga dengan dipangku dirga.
Sabar Rin, Bertahan. batin Dirga menguatkan. Entah apa yang ia rasakan sehingga membuatnya lebih khawatir dan Hatinya seakan tersayat melihat Arin Lemah dengan Wajah Pucat.
Sesampainnya DiRumah sakit Dirga langsung menggendong Arin mendahului sahabatnya.
"DOKTER !!SUSTERR!! " Panggil Dirga Lalu Ada 3 Suster yang membawa Ranjang Ber Roda lalu Arin direbahkan nya. Lalu dibawa ke UGD.
Dirga , Arshel Dan Ervan menunggu Arin di depan UGD.
"Shel Lo Udah hubungin Keluarganya Arin belum?" Tanya Ervan.
"Udah." Jawab Arshel.
"Arin Pasti gak papa kok." Ucap Ervan Sambil menguatkan Arshel sedangkan Dirga ia hanya melamun.
Lalu ada sesosok pria berbadan tegap dan tinggi, Tampan seperti Mahasiswa. lalu menghampiri Arshel, Dirga dan Ervan.
"Ehm.. Arinda dimana?" Tanya Sosok tersebut dan Arshel pun memdongak
"Kak Aron Hikss.. Rinda kak " Ucap Arshel yang masih sesenggukkan.
"Sabar Shel. Arin dimana?" Tanya Aron lagi.
"Arin Masih diUGD Bang." Jawab Dirga yang sekian lama diam.
"Masih DiPeriksa Dokter." Lanjut Ervan.
"Oh" Balas Aron lalu terduduk disamping Dirga.
"Kenalin Bang. Gue Ervan temen sekelasnya Arin." Ucap Ervan sambil mengulurkan Tangannya.
"Aron" Balas Aron sambil membalas uluran tangannya.
"Lah itu samping Lo siapa? Kok gue kayak Pernah liat di... Mm oh iya di Meja belajar Arin ... Siapa ya namanya shhh duh lupa padahall kemaren gue juga liat loh" Jelas Aron Blakblakan.
Meja belajar Arin? Sebenernya Dia Ada perasaan apa sih? Kok kek Seneng gini. Batin dirga sambil tersenyum kecil.
"Oh Saya Dirga Bang. Temen Sebangkunya Arin." Ucap Dirga sambil mengulurkan Tangannya kepada Aron.
"Oh Ini yang namanya dirga, Pantes Arin Suka." Balas Aron dan memelankan suaranya diKalimat terakhir.
Tiba tiba Dokter pun keluar dari Ruangan Arin.
"Keluarga Pasien" Panggil dokter
"Saya dok saya Kakaknya." Ucap Aron.
"Adik anda hanya kelelahan saja mohon dijaga Kesehatannya.." Jelas Dokter
"Oke dok. Makasih." Balas Aron dengan tersenyum. Sedangkan Dirga ,Arshel dan Ervan pun hanya menghela nafasnya lega.
KeEmpatnya pun memasuki ruangan Dimana Arin dirawat, Terlihat sosok Arin berbaring lemah dengan Wajah pucat serta dibantu dengan selang Oksigen.
Aron mendekat keRanjang Arin Lalu mengusap kepala Arin Lembut dengan penuh kasih sayang. Lalu mengecup Kening Arin. Lalu ia pun duduk diBangku yang terletak disamping Ranjang Arin dan memandangi wajah Arin dengan penuh Tanya lalu tatapannya pun beralih pada sudut Bibir arin yang terdapat bekas Luka seperti habis ditampar. Tapi.. Siapa yang berani menampar adik kesayangannya itu?
Aron lalu menatap Arshel , Ervan dan Dirga yang sedang Duduk diSofa kamar trsebut.
"Siapa yang Nampar Arin?" Tanya Aron dengan Nada dingin sambil menatap mereka bertiga bergantian sedangkan yang ditatap seperti itupun hanya diam. Arshel menundukkan kepalanya dalam.
"JAWAB!!siapa.yang.nampar.Arin?" Tanya Aron dengan nada yang lebih tajam serta menekankan perkatanya.
"E-eh Itu kak Tadi dikantin waktu istirahat....." Arshel pun menjelaskan secara Rinci tanpa ada yang dikurangkan maupun dilebih-lebihkan.
Hingga membuat Aron Geram. Siapapun yang membuat adiknya terluka maka ia telah mengangkat bendera peperangan pada Aron.
"Bangsat!" Umpat Aron setelah mendengar cerita Arshel.
"Enghh." Ringis Arin ketika ia sudah sadar dari tidur nya. Ia meringis karena merasakan kepalanya yang berdenyut seakan ingin meledak.
"Kaak A..ron." Panggil Arin dengan Lirih. Yang dipanggil pun segera menghampiri Adiknya yang tengah terbaring.
"Kamu udah sadar dek? Mana yang sakit? mau apa?" Tanya Aron bertubi tubi dengan Raut wajah yang khawatir.
"Aku gak papa kok kak... Ha-us." Ucap Arin.
Dengan spontan Dirga yang sedari tadi memperhatikan perbincangan antara kakak dan adik itu pun bergegas mengambil Air minum di Nakas. lalu menyodorkan nya pada Arin.
Arin terkejut, Bagaimana tidak Sosok laki-laki yang dikenal dengan sebutan Cold Boy itu bisa melakukan hal spontan seperti tadi? Ah, Rasanya seperti mimpi.
Begitu pula dengan Arshel dan Ervan yang menatap Dirga Aneh. sedangkan Aron hanya tersenyum Simpul.
"Makasih" ucap Arin setelah meminum Air yang disodorkan oleh Dirga tadi.
Dan hanya dibalas oleh Anggukkan oleh Dirga.
Tiba-tiba pintu Ruang rawat inap itu terbuka dan menampilkan Wanita paruh baya dan pria paruhbaya yang datang tergopoh gopoh dengan Raut wajah yang Khawatir. Mereka adalah Gerald dan Derala. yang tak lain adalah orang tua Arin dan Aron.
"Astaga Arin!! Kamu kenapa nak!! Mana yang luka? Hm? siapa yang bikin kamu kayak gini?" pekik Derala heboh. Sedangkan Aron hanya memutar bola matanya Jengah. Mengapa Bundanya ini sangat sangat Lebay? Ah sudahlah bagaimanapun juga ia tetap bundanya.
Arin Tersenyum dan menatap Bundanya sendu.
"arin gak papa mah." Jawab Arin singkat."Gak papa pala lo! Jelas-jelas tadi mimisan! Itu yang lo bilang gapapa? Sarap emang lo!" Hardik Arshel dengan wajah tanpa dosanya.
Sedangkan Arin hanya menatap tajam kearah Arshel. Yang ditatap seperti itu hanya cengar cengir tak jelas.
"Hah!? Siapa yang bikin kamu kayak gini? Jawab Papa!" Tanya Gerald tegas sambil menatap Arin.
"Oh itu pa, Emm Hanya salah paham." Jelas Arin walaupun ia sangat gugup karena mendapat tatapan tajam milik papa-nya.
"Kalau sampai kejadian ini terulang lagi, Papa gak segan-segan buat laporin ini ke Pihak berwajib." Jelas Gerald Rinci.ia hanya khawatir akan keadaan Anaknya ini.
Tatapan Gerald pun beralih pada dua orang Lelaki yang sepsrtinya teman Arin.
Ervan yang peka akan tatapan itu pun lantas memperkenalkan namanya pada Gerald.
"Oh, Saya Ervan Om. teman sekelasnya Arin." Ucap Ervan sambil menyalami tangan Gerald.
Gerald hanya tersenyum menanggapi Ervan Lalu tatapan matanya beralih pada Lakilaki disamping Ervan."Saya Dirga, om. Teman Sekelas nya Arin." Ucap Dirga sambil tersenyum Tipis sambil menyalami Gerald dan Derala.
"Oh, Iya." Balas Gerald.
Oh Jadi ini yang namanya Dirga. Batin Gerald sambil menatap Dirga.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang ARINDA
Romance"Sebagai pihak yang mencintai, Gue cuma bisa bersabar dan berharap, Karena sejauh apapun lo berlari dan menjauh Kalo emang kita ditakdirkan berjodoh. Lo Bisa Apa?" -Arinda aderala "Jauhin gue!" -Dirga Alvan "Kenapa ? Karena lo gak bisa bales perasa...