Raihan duduk dihadapan pak Richard sambil menyisir rambutnya dengan jari, mengabaikan pria paruh baya di depannya tanpa canggung dia bahkan menaikkan kakinya ke atas paha.
"Raihan Sebastian! Putra Wijaya Sebastian...dengarkan saya!" Geram pak Richard.
"Ngomong aja, gue gak budek kok"
Brak.
Pak Richard memukul meja nya kesal "yang sopan kalo ngomong, kamu itu masih dibawah saya" ucap Pak Richard dengan wajah merah menahan emosi.
Raihan pun menghentikan aksi sisir rambutnya--yang tidak pernah selesai itu-- dan menatap pria di depannya angkuh.
"to the point aja pak" tukasnya yang mulai bosan berada di ruangan sumpek itu. Tidak tidak! Bukan ruangan nya yang sempit tapi keberadaan guru rese di depannyalah yang membuat ruangan ini menjadi sumpek.
"Oke, lagian saya juga males liat sikap kurang ajar kamu, saya panggil kamu kesini karna nilai kamu semakin merosot, semua pilihan ada ditanganmu, mau perbaiki dari sekarang atau saya laporkan kepada orangtua kamu? Bagaimana?" Tanya nya.
"Kalo saya gak peduli?" Tanya Raihan cuek.
"Terpaksa tahun ini mungkin kamu akan tinggal kelas, atau di drop out dari sekolah" jawabnya "baiklah, silahkan dipikirkan lagi, cuma itu yang mau saya sampaikan, sekarang kamu boleh pulang" lanjut nya tersirat usiran halus yang terdengar jelas di telinga Raihan. Namun Raihan sudah kebal dengan semua itu dan segera bergegas keluar tanpa harus menunggu usiran berikutnya.
Pria yang sudah menjadi guru selama 5 tahun itu pun menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar, ia tidak habis pikir dengan murid badungnya itu.
Bisa bisanya dia terlihat santai saat diberikan berita buruk? Memang aneh aneh sekali pelajar jaman sekarang.
***
Raihan melempar tas nya sembarangan ke arah Stivo yang asik ngorok disofa ruang TV apartemen nya, membuatnya terkejut dan bangun.
"Bangke.. tamu gue sopan bener" ucapnya menyingkirkan tas sialan yang mengganggu mimpi indahnya.
"Suara ngorok lo berisik, makanya gue mau tutup mulut lo biar gak ngorok... " Ucap Raihan yang sekarang tengah berjalan santai ke dapur untuk mengambil minum.
"Eh bangsat, bilang aja sengaja" umpat Stiv yang sama sekali tidak dipedulikan Raihan
"Oh iya Re, denger dari john katanya tadi lo masuk kelas ya? Tumben bener, lo gak lagi kerasukan setan mutola atau semacamnya kan?" Tanya Stiv seraya menyalakan TV.
Raihan tidak langsung menjawab, dia membawa beberapa toples cemilan yang ada di dapur ke ruang tengah, dia duduk di karpet dan bersandar pada sofa tempat Stiv duduk.
"Karna lagi pengen aja" jawab nya sontak menarik perhatian Stiv dari layar persegi di depannya dan menatap Raihan seperti melihat kambing berkepala iguana.
"Buset dehh.. beneran kerasukkan lo Re?" Ucapnya dengan ekspresi kaget yang berlebihan.
"Emang salah ya?" Tanya Raihan tanpa mengalihkan matanya dari layar persegi di depannya, bukan karna dia menikmati acaranya karna sejak tadi matanya hanya menatap kosong, sedangkan ia sibuk memikirkan kenapa dia masuk kelas hari ini?
Kenapa?
Kenapa ya??
"Woy Re.. jangan bengong dong ah, gue jadi merinding liatnya" ucap Stiv mengusap lengan atasnya sambil menatap Raihan ngeri.
"Apaan sih lo. Gue fine kok, Btw lo tadi ke gudang?" Tanya Raihan.
"Males banget nongkrong di sana sendirian, itukan tempat romantisan kita berdua Re" ucap Stiv mencolek colek dagu Raihan dengan genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up!
Teen FictionSeperti daun daun yang terjatuh karna angin musim gugur.. Bukan untuk berakhir sia sia di tanah, melainkan untuk tumbuh menjadi pohon yang baru Begitulah kehidupan.. *** Jadwal update random Jadi pantau saja terus ok?