"itu siapa Re, si karin? Gila dia cantik banget" ucap Stiv setelah tersadar dari bengong nya.
"Eh nyet. Cewek mana sih yang jelek dimata lo?" Tanya Raihan sarkas
"Kagak sih.. tapi sumpah karin beda man" ucapnya dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Sampai
Puk.
Sebuah bantal kembali melayang ke wajahnya dengan mulus.
"Kagak usah ngebayangin juga pe-ak" kesal Raihan bukan main.
Entahlah sebelumnya Raihan tidak pernah merasa terganggu saat Stiv memuji wanita manapun, tapi saat wanita itu adalah Karin, Raihan merasa tidak suka mendengarnya.
"Lo kenapa Re? Tumben amat protes? Gue curiga.. lo naksir ya sama dia?"
"Berisik! Udah pulang sana." Usir Raihan terang terangan.
"Njir-- gue di usir nih? Seriusan? Muka ganteng kaya gini di usir? Lo tega bener dah Re" Raihan tidak mendengar protesan Stivo dia fokus menyeret Stiv agar keluar dari apartemen nya dengan tidak manusiawi.
"Eh bangsad! Iye iye gue pulang nih? Gak usah tarik tarik baju gue juga kali, nyokap gue ngamuk entar kalo sampe robek" tukas Stiv pada akhirnya mengalah.
"Gue juga gak mau nyokap lo dateng ke rumah gue terus ngamuk ngamuk gak jelas kaya kesetanan gara gara lo gak ada di apartemen lo sampe jam segini" ucap Raihan yang tau betul tabiat ibunda Stiv yang amat sangat mengontrol anaknya itu bahkan dia sengaja memasang cctv di apartemen Stiv kecuali dikamar pribadinya untuk memantau anaknya itu. Jadi sejak dulu Stiv tidak pernah bisa mengadakan pesta di apartemen nya karna ada mata mata elektronik.
Sialan memang! Tapi wanita menyebalkan itu adalah ibunda tercinta nya. Mana mungkin dia menolak, senakal nakalnya Stiv dia paling takut melukai ibunya.
Dia seharusnya bersyukur diberi ibu yang menyayanginya tidak seperti Raihan yang dilupakan ibunya begitu saja.
"Ah alesan lo. Mana nyokap gue tau gue ada disini, yaudah gue pulang yee, babay Rere sayang" ucap Stiv dengan seringai jahilnya.
"Sinting!" Ketus Raihan jijik.
Karin yang mendengar itu sontak tertawa geli, dia memang mengintip mereka berdua dari kamar Raihan sejak tadi.
Namun Karin segera menghentikan tawanya saat Raihan berbalik dan menangkap basah dirinya.
"Lo ngapain disitu? Nguping?" Sindir Raihan
"Eh enggak Rey.. " ucap Karin yang kini keluar masih dengan pakaian yang tadi. "Gak sedikit maksudnya" lanjut Karin yang membuat Raihan tersenyum geli. Namun itu tidak berlangsung lama karna Raihan segera menyadari penampilan Karin yang sukses membangunkan naluri laki laki nya.
"Lo ganti baju gih, bajunya ada di paperbag sana" ucap Raihan dengan suara yang berubah serak. Sial!
Karin pun tidak banyak membantah, dia segera melesat mengambil paperbag di sofa dan kembali ke kamar untuk mengganti baju.
Tanpa disangka sangka isi paperbag itu tidak hanya baju tapi juga berikut pakaian dalamnya. Dan semuanya benar benar pas ditubuhnya.
Hey, darimana Raihan tau ukurannya?
Karin tidak peduli, dia berkaca dan melihat gadis di cermin mengenakan dress maroon yang panjangnya hanya sampai lutut dengan kerah sabrina, benar benar cute. Ternyata Raihan memiliki selera yang cukup bagus untuk ukuran cowok berhati batu seperti nya.
Setalah puas memandangi diri sendiri Karin pun keluar kamar dan Raihan ternyata sudah menunggu nya di sofa.
"Pulang sekarang?" Tanya Raihan seperti tak rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up!
Teen FictionSeperti daun daun yang terjatuh karna angin musim gugur.. Bukan untuk berakhir sia sia di tanah, melainkan untuk tumbuh menjadi pohon yang baru Begitulah kehidupan.. *** Jadwal update random Jadi pantau saja terus ok?