Episode #2

5.7K 631 9
                                    





" The Alaskan Bull Worm "
🎞






Jisung bangun dengan jengkel ketika dia tidak dapat menemukan sosok Appa-nya disebelahnya pagi ini.



Dia bangkit dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi sembari menggaruk lehernya, dan mengedipkan matanya berulang kali,



“Appa...” Dia merengek lirih dengan suara parau.



Setelah menyadari bahwa Jaemin tidak ada di kamar mandi, dia menghentakkan kakinya seraya pergi ke dapur.



Ada suara ketukan samar yang terdengar dari sana dan dia yakin itu adalah Appa-nya.



“Appa...”



Tapi pandangannya menangkap sosok Jeno, bukan Jaemin.



“Dad...” Jisung terus menggaruk lehernya yang sudah berubah menjadi ruam merah besar.



Jeno menggendongnya sambil masih mengaduk sup dengan tangan satunya, “Good morning, Baby...”
Dia mencium pipi Jisung dua kali lalu kembali untuk fokus pada supnya.




“Appa...” Jisung merengek lagi sambil menempelkan kepalanya di bahu Jeno.



“Kenapa? Lapar?” tanya Jeno sambil menarik kursi bayi, mendudukan Jisung disana dan menariknya lebih dekat ke meja makan.



“Appa...” Jisung mulai rewel, dengan kakinya yang menendang-nendang di udara.



Jeno menghela nafas, dia mengelus wajah Jisung dengan jemarina, dan juga mengusap jejak iler yang berkerak dipipi Jisung, “Baby...Makan sarapanmu dulu, mau ya?”



Setelah itu, sarapan yang tidak begitu damai pun dimulai.



Jisung yang sedang rewel tidak mau memakan makanannya; membuang sup nya kesegala arah dengan sendoknya, membuat kekacauan di seluruh dapur, dan menumpahkan susunya ke seluruh meja makan, sementara itu Jeno sudah tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan untuk memperbaiki kekacauan ini.



“Baby...” Jeno menghela nafas sekali lagi ketika dia mengangkat Jisung dari kursi bayi dan membawanya duduk di pinggiran bak cuci piring, lalu membasuh wajahnya yang belepotan dengan sup kemudian melepas piyamanya.




Sekarang Jisung adalah bayi yang sedang telanjang, duduk di tepi bak cuci piring, dengan mata bengkak, kernyitan di dahi dan menyilangkan tangan di dadanya.



Jeno berkacak pinggang, menatap putranya, tanpa berkedip.



Ya. Mereka berdua sedang mengadakan kontes menatap.



“Oke, beri tahu Daddy, apa yang Jisung mau?” Jeno mengangkat putranya dari tepi bak cuci piring dan membawanya kembali ke kamar tidur, untuk mengenakan pakaian.




“Appa... Daddy! Appaaaa!” Kaki Jisung terus menendang udara dan kadang-kadang mengenai perut Jeno.




“Baby...” Jeno membawa Jisung untuk duduk diatas ranjang kecilnya, lalu dia berlutut di depannya, “Apa yang Daddy bilang soal merengek dan merajuk di pagi hari?”



MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang