Episode # 11

3.5K 450 34
                                    




“Antic-ness”
🎞








Pagi ini Jaemin membawa Jisung ke taman terdekat di lingkungan tempat tinggal mereka bersama Ethan dan Milly. Pada awalnya, Jeno sempat menentang, tetapi ketika Jaemin bertanya apa alasannya,



“Just because,” hanya itu yang dia katakan.



Setelah pertengkaran kecil, pada akhirnya Jeno menyerah dan membiarkan Jaemin membawa Jisung bersamanya ke taman.



Hanya butuh waktu sekitar lima menit berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di sebuah taman sederhana yang tertutup selimut alami berwarna putih tebal. Beberapa patung penghias sudut tampak mengintip dibalik selimut salju yang menutupi hampir separuh bagiannya, dan juga terlihat beberapa jejak kaki saling bersilangan di sekitar jalan setapak yang mereka lalui.



Selain warna cokelat pohon yang gugur, satu-satunya warna adalah warna merah gelap hampir kehitaman yang berasal dari tanah yang berada di sekitar dasar setiap tiang lampu, pohon, dan semak.



Ethan berlari ke ayunan, diikuti oleh Jisung dan Milly dari belakang. Setelah itu, Ethan sudah terlihat mendorong Jisung yang sedang terkikik di atas ayunan.



“Be careful, kids!” Jaemin memperingatkan mereka sembari ia duduk di bangku kayu tidak jauh dari ayunan.



“Appppaaaaaa!!!” Jisung berteriak dengan kekehan yang terselip di antara tawanya sembari melambaikan tangan pada Jaemin. Dan tiba-tiba Milly melompat dan membuatnya tersandung jatuh ke tanah bersalju.



“Ehehehe! No Milly!” kekehnya geli, sambil mencoba mendorong Milly agar tidak menjilati wajahnya.



Jaemin hanya tertawa melihat pemandangan itu, dia senang mengajak Jisung pagi ini. Dia perlu berada di luar dan menikmati musim dingin, meskipun dirinya sangat membenci dingin, tetapi dia tidak ingin Jisung juga ikut membencinya.



“Oh! Good there, Mr. Lee!” sapa seorang wanita yang baru saja melewati taman dan berhenti untuk menyapanya.



“Good morning, Mrs. Wilson!” Jaemin menyapanya kembali sembari membungkuk sedikit. Kemudian dia berjalan mendekat pada Nyonya Wilson, yang sepertinya memiliki sesuatu untuk dibicarakan dengannya.



Jaemin sepertinya menikmati obrolan paginya dengan Nyonya Wilson, sampai dia tidak memperhatikan putranya sama sekali. Dia berpikir, sudah ada Ethan dan Milly. Yang pasti, mereka akan menjaganya seperti biasa.



Dan, ya, lagipula kekacauan macam apa yang bisa dilakukan bocah berusia tiga tahun?



Ethan terlihat sibuk mengumpulkan buah pinus yang mengering dan jatuh disekitar taman, sedangkan Milly sedang mengibaskan ekornya dengan semangat di samping Jisung, yang sedang mengadakan kontes menatap dengan tiang logam penyangga ayunan.



Jari-jarinya yang tertutup sarung tangan tebal perlahan-lahan menari di permukaan tiang, ia terpesona oleh salju yang membeku yang melapisi permukaannya.



Lalu Jisung memiringkan kepala dan menyipitkan matanya, “pwetty.” Dia terkikik sambil menoleh pada Milly.



Segalanya tampak baik-baik saja, bukan?



“Nnnnnggggghhh!!! Nnnngggghh!!!!!”



“Woooff!! Wooofff! Woofff!!!”



“Nnnggggggghhh !!!”



“Jisung!” Ethan melemparkan buah pinus yang terkumpul ditangannya begitu saja ke tanah, lalu secepat kilat ia menghampiri Jisung yang hampir menangis dengan Milly disisinya yang menggonggong heboh.



MEMORIES || NOMIN || MEMORIES SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang