13 | percaya

404 71 1
                                    

naya perlahan mengerjapkan matanya. ia melihat anta yang sedang sibuk mengupas buah-buahan.

"a-anta?" panggil naya.

anta menoleh sejenak. "feel better, nay?"

"uh... kepala aku masih pusing."

"kalo gitu istirahat aja dulu. oke?"

"tapi aku mau pulang..."

"iya, tapi makan malam dulu ya?"

naya mengangguk.

"tadi gue udah nelpon bang raka. dia minta maaf gak bisa ke sini, lagi sibuk banget di kampus."

setelah makan malam, anta langsung mengantar naya pulang.

"naya?" suara berat pria di beranda rumahnya sontak membuat naya maupun anta terkejut.

"eh iya pah?"

"dari mana? kok pulangnya malem?" tanya lelaki itu.

"abis belajar bareng sama temen aku."

"om, saya anta. temen naya." anta menyalami tangan sergio.

naya berlalu untuk menaruh tasnya di kamar. yang menyebabkan suasana di beranda rumah itu hening.

"om... saya mau ngasih tau sesuatu. ini tentang naya, om." ucap anta hati-hati.

sergio menurunkan korannya.

"naya kenapa?"

"anu... naya om. tadi pas mau pulang, naya pingsan. terus saya bawa ke rumah sakit. dokter bilang dia punya penyakit kardiomiopati atau bisa dibilang lemah jantung, om. kata dokter, naya butuh pengobatan secepatnya."

sergio merasakan dunia nya runtuh saat itu juga. membayangkan putri bungsunya menderita penyakit yang sama dengan mendiang ayahnya dulu.

"dokter juga bilang, kemungkinan penyakit naya disebabkan oleh faktor keturunan, om." lanjut anta.

sergio berdehem sebentar. "almarhum ayah saya punya penyakit itu."

"anta." panggil sergio.

"iya om?"

"cuma kamu laki-laki yang om percaya selain raka. kamu bisa jaga dia kan?"

"bisa om." ucap anta.

"dan soal penyakit naya, jangan beritahu ini dulu sampai dia lulus SMA. om takut kegiatan belajarnya jadi terganggu karena hal ini."

"baik, om."

lalu beberapa menit kemudian, naya datang dengan piyama yang ia pakai.

"nay, gue pamit ya."

"eh? buru-buru banget? masuk dulu aja yuk?"

"ngga deh, lain kali aja. hehe. nyokap udah nyariin."

"owalah... oke deh. hati-hati di jalan, ya." naya melambaikan tangannya.

anta tersenyum. tidak lupa pamit dan menyalami tangan sergio.

"om, saya pamit ya."

"hati-hati di jalan, nak anta."

"siap, om."

―TBC―

HAIII! PADA KANGEN AKU GAK? ENGGAK YA???:(

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang