11 | menahan

425 76 1
                                    

sepanjang perjalanan, karina terdiam. melamun.

anta yang melihat itu pun terheran. apa yang terjadi dengan bunda nya?

"bun? bunda gak apa-apa?" tanya anta.

wanita itu tidak menjawab. tatapan matanya kosong.

"bunda." panggil anta seraya menepuk bahu bunda nya.

karina menoleh. wanita itu kembali menangis. memeluk anta erat-erat.

"bunda kenapa? kok nangis?" anta bingung.

"bunda sayang anta." karina terus mengecup puncak kepala putra nya.

anta tersenyum. "anta juga sayang bunda."

•••

anta masih penasaran. serius. tentang kejadian kemarin malam. dimana bunda nya menangis sembari terus-terusan mengucapkan kata maaf.

sebenarnya apa yang terjadi?

jadi anta memutuskan kembali ke rumah sakit dan menemui dokter hana. dokter yang mengecek keadaannya semalam.

"dokter?"

"eh? anta kan? ayo sini masuk."

anta tersenyum.

"maaf sebelumnya. saya pengen nanya, dok. kemarin bunda kan yang lihat hasil kesehatan saya?"

"iya, lalu?"

"saya boleh lihat juga, dok?"

"loh, bunda kamu belum ngasih tau kamu?"

"ngasih tau apa dok?" tanya anta bingung.

dokter hana menghela nafas. lalu mengambil beberapa berkas dan memberinya ke anta.

anta membaca satu persatu kalimat yang ada di kertas tersebut.

jantungnya mencelos.

tumor otak? benarkah?

"d-dok... ini beneran?" anta masih tidak percaya.

"iya, anta. tumornya tumbuh sekitar dua tahun yang lalu. berarti kamu masih kelas 10 ya waktu itu?"

anta tidak mampu berkata-kata. lidahnya kelu.

"anta, secepatnya kamu harus melakukan kemoterapi." ujar dokter hana.

•••

"bunda..." pria dengan jas abu-abunya itu langsung memeluk sayang karina.

"ayah... anta..." karina tidak dapat menahan tangisnya saat itu juga.

altair tidak mampu untuk tidak menangis ketika melihat istri kesayangannya bergelinang air mata.

pria yang sudah menginjak kepala empat itu mengusap sayang rambut istrinya.

"mungkin ini udah takdir Tuhan. kita bisa apa..." bisik altair pada karina.

"bunda belum siap, yah. bunda masih pengen sama anta."

mereka tidak mengetahui bahwa sedari tadi anta mengintip dari ruang tengah. mati-matian menahan tangis.

―TBC―

―TBC―

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAY HI TO OM ALTAIR DAN TANTE KARINA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAY HI TO OM ALTAIR DAN TANTE KARINA!

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang