12 | jangan

401 81 2
                                    

"hai anta? kok lesu gitu mukanya?" naya datang menghampirinya dengan menyodorkan sekotak susu coklat pada anta.

anta tersenyum getir. "makasih, nay."

naya ikut duduk di samping lelaki dengan wajah tertekuk itu.

"hei... kenapa?"

masih diam.

"kamu... mungkin bisa cerita. biar kamu lega." ucap naya.

"gue enggak yakin bisa atau enggak buat wujudin mimpi gue." tutur anta.

naya tersenyum. "anta, ngga ada yang ngga bisa. kalo kamu berusaha dan berdoa, pasti Tuhan kasih yang terbaik untuk kamu."

semenjak naya menjadi tempat untuk anta bercerita keluh kesah hidupnya, disaat itu pula lelaki berlesung pipi itu mulai menyukai gadis dengan rambut pendek itu.

hanya saja, anta belum berani mengungkapkan. karena lelaki itu yakin, atmosfir nya akan berubah ketika ia menyatakan cintanya ke naya.

•••

hari menjelang petang, naya dan anta baru selesai belajar bersama.

ketika mereka berdua menuju parkiran, naya berhenti sejenak. memegangi dadanya yang terasa nyeri.

"nay, kerumah gue bentar ya― eh, nay?!" anta berbalik menemukan naya yang tampak kesakitan.

naya kesulitan bernafas. kepalanya pusing. lalu, semuanya gelap.

•••

"jadi gimana keadaan naya dok?" tanya anta.

"kamu pacarnya ya?"

"uh.. iya dok."

"naya menderita kardiomiopati atau biasa disebut lemah jantung. penyebabnya mungkin karena faktor keturunan." ucap sang dokter dengan name tag Alicia.

anta terkejut bukan main. Tuhan, apalagi ini? cukup dirinya saja yang diberi penyakit mematikan. jangan naya. jangan.

"ah... apa bisa sembuh dok?"

"tentu bisa, naya harus melakukan pengobatan rutin tiap minggunya." ucap dokter alicia.

"terimakasih, dok..."

"ya sama-sama. kalo begitu, saya pamit dulu."

―TBC―
apakah kalian udah menebak endingnya bakal seperti apa hmmm🌚

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang