19 | skenario

395 70 6
                                    

"gak apa-apa kan, yah? bun?"

karina dan altair speechless luar biasa ketika anta ingin mendonorkan jantungnya pada naya.

"nak..."

"aku nggak apa-apa, yah. penyakitku makin parah, kalo aku begini terus aku nggak akan pernah bahagia."

air mata karina mengalir membasahi pipi.

"lagian aku juga udah banyak nyusahin ayah sama bunda."

karina menarik anta ke dalam pelukannya. mengusap lembut kepala putranya. "anta nggak pernah nyusahin ayah sama bunda. anta hebat. anta udah banyak bikin ayah sama bunda bangga."

air mata anta tidak dapat ditahan olehnya.

"jadi boleh ya, yah? bun?"

dengan setengah hati, keduanya mengangguk menyetujui.

"makasih banyak, bun, yah. anta sayang banget sama ayah dan bunda."

•••

"ta... lo serius?"

"iya, kak. gue serius. lagian ini juga untuk kesehatan naya. naya udah banyak berkorban demi wujudin cita-cita dia."

raka menghela nafasnya kasar. "ya udah kalo begitu. gue bakal bilang dokter untung atur jadwalnya."

"iya, kak."

sebelum raka keluar dari ruangan, raka menoleh sejenak.

"ta."

"kenapa, kak?"

"makasih banyak."

lalu dibalas senyuman getir oleh anta. "senang bisa bantu, kak."

•••

"nak anta yakin?" tanya sergio pada anta.

"yakin, om."

yuna dan sergio mengucapkan terimakasih berkali-kali pada lelaki itu.

anta tersenyum. perlahan ikut bahagia ketika melihat orang-orang terdekatnya mengembangkan senyuman.

ah, andai skenario Tuhan tidak seperti ini. anta yakin, hidupnya sungguh jauh lebih bahagia.

namun anta siapa? siapa dirinya yang berani protes dengan skenario yang telah Tuhan tetapkan?

mungkin ini sudah jalan hidupnya. mungkin sampai disini kisahnya dengan naya. semoga saja mereka di pertemukan kembali di tempat yang abadi.

―TBC―
chapter depan ending gaes! siapkan hati ya!

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang