15 | maaf

395 73 3
                                    

naya perhatikan selama mereka berdua belajar bersama anta tidak pernah sulit untuk fokus seperti sekarang ini.

lelaki itu cemas sedari tadi, air mukanya khawatir. sorot matanya menajam.

"anta? kenapa?" naya membuat anta terdiam menatapnya.

"ngga apa-apa, gue cuma... khawatir."

"khawatir kenapa? kamu bisa cerita." naya menggenggam tangan lelaki itu.

anta harus bilang apa. masa iya lelaki itu harus jujur bahwa ia mengkhawatirkan kesehatan naya? gak mungkin kan. jadi dengan terpaksa ia berbohong.

"gue khawatir sama adek gue yang ada di bandung hehe."

"owalah, kamu punya adek?"

"iya. dia sekolah disana. gue khawatir kalo dia kenapa-napa."

"ah... ternyata kamu khawatir tentang itu. kamu bisa nelpon dia, mungkin?"

"hm... iya."

anta menyeruput iced coffee nya. iseng bertanya hal-hal tidak penting pada naya.

"nay, tipe cowok lo yang kayak apa?" entah maksud dan tujuan apa anta menanyakan hal itu.

"eh? memangnya kenapa?" pipinya bersemu malu. anta jadi gemas.

"nanya aja... buat referensi." jawaban paling nggak nyambung. tapi sabodo teuing.

"tipe cowok aku... kayak papah." gadis itu nyengir.

"yang mukanya sangar gitu?"

"hush! bukan! papah itu penyayang, penyabar, dan selalu prioritasin keluarganya! aku bahagia punya papah kayak beliau. aku bersyukur banget!" wajahnya berseri-seri.

anta mengangguk. lelaki itu tersenyum kecil memperhatikan naya sedang mengunyah cheese burger nya.

sore itu adalah salah satu dari sekian sore terbahagia yang ia lewati bersama naya. seperti hari-hari sebelumnya.

lelaki itu ingin berterima kasih pada mister leeteuk karena sudah membuat keduanya dekat dengan embel-embel 'tutor belajar'.

•••

"anta, bunda mau ngobrol sama kamu. ikut ke ruang tamu, yuk? udah ada ayah disana." bundanya tersenyum seraya membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat.

sampai ruang tamu. ayah dan bunda bertatap-tatapan sebelumnya. lalu keduanya menghela nafas pasrah.

"jadi anta―"

"ini soal penyakit itu kan?" potong anta.

keduanya bungkam. mata bunda berkaca-kaca. altair menggenggam tangan karina.

"aku udah tau semuanya..."

"nggak apa-apa, yah, bun. mungkin emang udah garis takdir aku."

tangis karina pecah. anta menunduk dalam.

"maaf. gak bisa bahagiain ayah sama bunda. maaf udah gagal jadi anak dan kakak yang baik. maaf pernah bikin ayah dan bunda kecewa. ini salah anta. sekali lagi maaf."

karina memeluk putranya. disusul altair memeluk keduanya.

"bukan salah kamu, sayang. justru bunda yang minta maaf karena belum bisa ngerawat kamu dengan baik." tutur bunda di sela-sela tangisnya.

"aku sayang ayah sama bunda." bisik anta pelan.

―TBC―
halooo! maaf ya kayaknya aku bakal jarang update. karena ak sibuk banget akhir2 ini ((cielah)) wkwkwk. tapi aku bakal usahain up secepatnya kok! btw ANNOYING GIRL udah mencapai 30k reads gaissssss!!! ayo yang belum baca, baca sekarang!

memoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang