Setelah berdebat dengan sang dokter.Akhirnya,Darka di izinkan untuk keluar berjalan jalan di taman.Dengan bantuan tembok dan tanpa infusan di tangannya, ia melangkahkan kakinya perlahan menuju bangku taman.Ia mendudukkan tubuhnya di bangku bawah pohon, memejamkan kedua matanya dan menyederkan kepalanya di bangku.
Tanpa sepengetahuan Darka, seorang anak perempuan berusia 3 tahun.Berbusana yang sama dengannya duduk di sampingnya.Memandang Darka dengan tatapan polosnya dan melambaikan tangannya di wajah Darka, membuat Darka membuka kedua matanya.
Darka yang baru saja membuka kedua matanya.Terkejut, ketika Anak perempuan itu memeluknya"Ulan Angen Apah."ucapnya di pelukan Darka.
Pelukan Anak itu tak se erat tadi, kini pelukan itu mulai melemas seiringinya kesadaran anak itu menghilang dalam pelukan Darka.
Tiba tiba seorang gadis menghampirinya"Maaf, itu adik saya.Bisakah kau menggendongnya ke kamarnya?"ucap gadis itu pada Darka, Darka pun menggangguk.
Darka menggendong Anak perempuan sambil mengikuti langkah gadis itu.Langkahnya terhenti, di depan pintu bercat putih, tempat anak itu di rawat.Ia pun menaruh Anak perempuan itu perlahan lalu menyusul gadis itu keluar, karena dokter akan memeriksa kondisi anak itu.
----
Gadis itu nampak terus mondar mandir di depan pintu Bulan, menunggu sang dokter keluar.Sementara Darka memejam kan kedua matanya, menahan rasa pusing di kepalanya.
Ceklek
Pintu Bulan terbuka, menampilkan dokter Jacob yang memeriksa Bulan."Dia baik baik saja, Hanya perlu istirahat."ucap dokter Jacob lalu beranjak pergi.
Darka bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter Jacob yang melintas di hadapannya.
"Dia kenapa?"tanya Darka pada dokter Jacob.
"Sama seperti mu, Leukemia.Tapi, stadium akhir."ucap Dokter Jacob.
Darka menunduk"Kau juga sakit,mengapa tidak istirahat?"bisik dokter Jacob pada Darka.
"Saya mohon, rahasiakan penyakit saya pada siapa pun."ucap Darka.Dokter itu mengangguk dan beranjak pergi.
Darka masuk ke dalam ruangannya Bulan,yang pertama kali ia lihat adalah ruangan yang serba putih serta alat alat yang jumlahnya banyak yang menempel pada tubuh anak itu di samping anak itu ada seorang gadis yang sedang memegang tangan mungilnya sambil terisak.
Darka pun menghampiri anak itu yang masih terpejam dan duduk berhadapan dengan gadis yang masih terisak.
"Maaf.."ucap gadis itu lalu menunduk sambil terus terisak.
"Maaff?"tanya Darka
Gadis itu mendongak menatap Darka"Maaff tadi Bulan memanggil mu dengan Papah dan maaf tadi kami merepotkanmu."ucap Gadis itu.
Darka hanya mengangguk"Kenapa dia memanggilku dengan sebutan Papah?"tanya Darka.
"Dari kecil ia tak pernah kenal dengan sosok papahnya.Jadi, setiap ada laki laki dewasa ia selalu memanggilnya dengan sebutan Papah dan baru kali ini ada laki laki dewasa yang tidak memakinya, Terima kasih ya..sudah mau di peluk oleh Bulan."jawab gadis itu
"Eumm..mau kah kamu menjadi papah nya Bulan untuk sementara waktu, sampai waktu di mana semua membawanya pergi."ucap gadis itu lagi.
"Maksud mu?"tanya Darka tak mengerti.
"Dokter bilang,penyakit itu terlalu ganas dan para medis menyerahkan semuanya pada tuhan.Maukah kamu menjadi papah untuknya? Sama sepertiku yang menjadi mama untuknya."jelas gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang dia, Darka✔||selesai
Ficção Adolescente"Kehidupan memang indah, tapi siapa sangka kematian jauh lebih indah. Buktinya yang pernah mati mereka betah dan enggan untuk kembali." "Kembali bertemu dapat membuat seseorang mencintai perpisahan." -- #TakPandaiMembuatDeskripsiCerita. #HappyRead...