Tawa menggelegar mengisi kebisingan di halte malam itu. Saling bersahutan dengan bunyi mobil yang berlalu lalang. Soobin dan Yeoreum masih duduk disana sambil menunggu bus jurusan masing-masing datang menjemput mereka.
Malam itu menjadi malam bersejarah yang menjadikan keduanya dekat. Dan untuk pertama kalinya, ia melihat pangeran es itu tertawa. Dari awal melihat saat SMP dikenalkan oleh Beomgyu, Yaereum tak pernah melihat laki-laki itu tersenyum tipis sekalipun. Kemudian yang ia dapatkan sekarang, tawa itu kian menggelegar ketika ia mengucapkan berbagai lelucon.
"Yeoreum-ah, jangan katakan pesanku pada Beomgyu!" kata Soobin.
Yeoreum mengerutkan keningnya, "Waeyo?"
"Aku terlalu malu untuk minta maaf dan sekedar dekat dengannya."
Yeoreum tersenyum, "Kenapa malu? Kulihat kau tulus. Gwencanha, Beomgyu akan menerimamu dengan baik. Dia pasti akan senang mendapat perlakuan manis dari Kakaknya."
Soobin tersenyum tipis, "Semoga."
Yeoreum menepuk bahu Soobin pelan, sedikit memberi kekuatan untuk sang pemuda. Sedangkan si pemuda Choi tersenyum tulus sambil menatap manik pekat milik Yeoreum. Baru pertama kali ia dekat dan berbicara akrab dengan seorang gadis.
Gadis ini benar-benar membuka hati Soobin. Pelan tapi pasti mulai masuk kedalamnya dan menjadi malaikat pengobat luka disana. Senyuman, ocehan dan ceramah yang selalu dilontarkan, perlahan membuat Soobin bisa mengangkat sudut bibirnya, merasa nyaman dengan gadis ini.
"Ya, Soobin-ah! Aku akan naik bus itu, sampai jumpa di sekolah!"
oOo
Pagi itu, matahari masih malu-malu menyapa dunia. Burung-burung masih sangat antusias bersahutan. Pun dedaunan masih diselimuti embun segar pagi hari.
Jalanan Seoul sudah agak ramai oleh orang-orang yang berangkat kerja dan sekolah. Tak jauh beda dengan halte bus tempat si gadis musim panas berdiri sekarang.
Yeoreum mengeratkan coatnya saat dirasa udara dingin mulai menelusup, menusuk-nusuk kulitnya yang sudah terbalut seragam sekolah dan coat tebal berwarna maroon.
Rambutnya yang semula ia kuncir kuda pun akhirnya ia gerai demi meminimalisir udara dingin yang menginterupsi lehernya. Salahnya, kenapa juga Yeoreum tidak memakai scraft. Padahal sudah tahu sekarang musim dingin. Dasar Im Yeoreum, mentang-mentang ia si gadis musim panas, memangnya ia kuat menahan dingin? Baru sebentar berada di luar rumah saat musim salju saja Yeoreum sudah flu. Kemungkinan setelah ini mungkin ia akan flu.
Yeoreum menggosok-gosokkan kedua tangannya sebelum ia tempel ke pipi. Sesekali juga menggesek hidungnya yang mulai terasa gatal. Nah, sebentar lagi Yeoreum pasti flu.
"Eoh? Im Yeoreum?"
Yeoreum mengernyit samar kala mendengar sebuah suara tak asing memasuki pendengarannya. "Yeonjun?" Matanya melotot kala mendapati si pemuda Choi juga sedang menunggu bus sama sepertinya.
"Ah, annyeong." Yeonjun tersenyum kikuk.
Si gadis Im menautkan alisnya, "Kau tinggal di sekitaran sini?"
"Ne," jawab Yeonjun seraya mengangguk.
Refleks, mata Yeoreum membola bersama dengan tangannya yang bertepuk heboh. "Whoahhhh jinjja, daebak! Kita bisa berangkat bersama kalau begitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown || Choi Yeonjun
Fiksi Penggemar[UP SABTU] Yeonjun tidak pernah ingin hidup sebagai monster. Hal berbeda yang ia miliki bukan sebuah keistimewaan yang patut dibangga-banggakan. Namun hidupnya seketika berubah ketika ia menemukan kebahagiaan bersama orang baru yang tercatat didalam...