Sepasang iris sapphire itu tak henti menatap pemuda jakung di depannya dengan tatapan intimidasi. Menuntut penjelasan yang akurat dari bibir sang adam.
"Apa?!" Hardik pemuda tersebut karena lewat tatapan gadis utu saja dia merasa bebar-benar dihakimi.
"Ngerti kesalahan lo apa?" Tanya si gadis masih tetap dengan wajah culas yang meredupkan keberanian siapa saja.
"Iya gue janji ga bakal berantem lagi! Kalau nggak ketahuan..." Cicitnya pelan diakhir kalimat.
Gadis tersebut membuang nafas kasar, sungguh lelah menolerir setiap kesalahan yang diperbuat pemuda dihadapannya.
"Sebenernya gue udah ga peduli lagi sih kalau lo berantem, lo bukan anak kecil lagi yang selalu diatur-atur, otak lo itu udah bisa dipake mikir dan bedain mana yang benar mana yang salah. Tapi kali ini, lo bohongin gue Hwang Hyunjin"
Gadis tersebut mendesis, nadanya mungkin tenang, tapi tetap tajam di setiap katanya. Seakan mampu menikam sosok dihadapannya hanya lewat kata-kata.
"Lo pagi-pagi buta ke rumah gue, pamit mau balapan ke Bandung, yah emang gue tau lagi ada event balapan resmi di sana. Tapi lo malah muncul di sekolah dan buat keributan"
Gadis tersebut maju selangkah kini badannya benar-benar menempel dengan Hyunjin.
"Kalau mau berantem yang cerdas, di luar sekolah kan bisa. Biar boong lo ga ketahuan"
Lalu dengan gerakan kilat gadis tersebut sudah menarik telinga pemuda Hwang dengan sekuat tenaga. Si empu meringis, namun hanya dapat pasrah. Pembelaan bentuk apapun yang dia berikan tak akan diterima oleh si gadis.
"Udah dong! Copot nih telinga gue!"
"Biarin! Ini telinga ga berguna! Di nasehatin berkali-kali tapi masih tetep ngulangin lagi!"
Terlintas sebuah ide konyol di benak sang Hwang.
Dengan cepat dia melingkarkan kedua lengan, mendekap pinggang gadis yang lebih pendek darinya sepuluh senti itu.
"Hyunjin lo beneran mau gue hajar ya?!"
Tak menghiraukan teriakan si gadis, dia justru mempererat dekapannya. Sementara Anma hanya mendengus super kesal, seragam Hyunjin yang amat sangat kotor bak keluar dari kubangan lumpur itu menempel dengan seragamnya yang bersih dan wangi.
Untuk ukuran licik, Anma memang tak bisa disandingkan dengan lelaki buaya Crysantae Hinghschool satu ini.
"Jen! Jeno! Tolongin!"
Kebetulan pemuda Lee sedang melintas di taman belakang, namun panggilan Anma tak kunjung dia sahuti, dia justru melangkah dengan tenang seolah tak ada apa-apa.
Sial, Anma memaki dalam hati.
Si Hwang justru tertawa terbahak-bahak karena Anma sudah diabaikan. Tak ingin melewatkan kesempatan, Anma segera melepaskan lengan pemuda sipit tersebut dan menghadiahi sebuah bogeman mentah di perutnya sebelum melenggang pergi juga dari sana.
Hyunjin hanya mengaduh dan meringis diselingi kekehan yang benar-benar miris. Sungguh serangan Anma memang tak ada duanya. Lebih baik dia berkelahi melawan puluhan preman dari pada harus by one dengan gadis itu.
Sekali serangan dapat meruntuhkan pertahanan, dia pun tak dapat melawan, mana sampai hati dia melukai sang sepupu kesayangan, namun jika terus dibiarkan dia hanya akan terbaring lemah selama beberapa hari di ranjang.
Felix, Han, Changbin yang sedari tadi bersembunyi di balik pepohonan itu segera menghampiri Hyunjin. Menatap iba, sosok dihadapannya yang sedari tadi mengadu, sambil memegangi perutnya. Rupanya tonjokan Anma mengenai ulu hatinya.
Dengan hati-hati mereka membopong tubuh bongsor Hyunjin.
"Kan gue udah bilang, gelutnya nanti aja pas pulang sekolah" Ujar Han sok menasehati.
"Niatnya sih gitu, tapi tadi si kadal itu tiba-tiba nyerang gue, auhh. Pelan-pelan setan!"
Andai saja, Hyunjin bukan temannya, pasti sudah mereka tinggalkan dia sendirian meringis menahan sakit di taman belakang yang memang selalu sepi, namun sebagai kawan mereka tidak sampai hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
「 𝐤𝐚𝐫𝐦𝐚 - 𝐥𝐞𝐞 𝐣𝐞𝐧𝐨 」✔
Fanfiction[𝗟𝗘𝗘 𝗝𝗘𝗡𝗢 𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖𝗧𝗜𝗢𝗡] 𝙸𝚗𝚐𝚊𝚝𝚕𝚊𝚑 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚖𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚓𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑! ©nadlynx 2018